URGENSI RESILIENCE
AND SUSTAINABILITY TRUST (RST)
Presidensi G20 telah
sukses dilaksanakan di Bali dan telah menghasilkan G20 Bali Leaders’
Declaration. Para pemimpin negara G20 telah berkolaborasi. Dimana salah satu yang menjadi sorotan yaitu mengenai Resilience
and Sustainability Trust (RST) oleh International Monetary Fund (IMF). Apa
itu RST dan Manfaat RST bagi Indonesia?
1. Apa
itu RST?
Pembentukan RST sendiri dimulai pada bulan April 2022 berfungsi sebagai
pilar ketiga dari perangkat pinjaman IMF yang menyediakan pembiayaan dengan
jatuh tempo 20 tahun dan masa tenggang 10 ½ tahun.
Resilience and Sustainability Trust (RST) IMF bertujuan untuk
membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan berpenghasilan menengah yang
rentan membangun ketahanan terhadap guncangan eksternal dan memastikan
pertumbuhan yang berkelanjutan, berkontribusi pada stabilitas neraca pembayaran
jangka panjang mereka. Ini melengkapi alat pinjaman IMF yang ada dengan
menyediakan pembiayaan jangka panjang yang terjangkau untuk mengatasi tantangan
jangka panjang termasuk perubahan iklim dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi.
Deklarasi kesepakatan bersama (MoU) KTT G20 menghasilkan 52 poin kesepakatan,
dimana salah satu poinnya yaitu poin ke 33 adalah tentang Resilience and
Sustainability Trust (RST). Negara
anggota G20 berkomitmen mendukung negara yang rentan untuk pulih bersama dengan
mengalokasikan sebesar USD 81.6 miliar secara sukarela melalui mekanisme Special
Drawing Rights (SDRs), terdapat ambisi global bahwa alokasi tersebut akan
ditingkatkan mencapai total USD 100 miliar. Negara anggota G20 sepakat meyambut
baik atas operasional Resilience and Sustainability Trust (RST) di bawah
IMF tersebut. Melalui RST negara anggota secara sukarela mengalokasi bagian
mereka dalam Special Drawing Rights (SDR) yang telah dibagikan untuk
mendukung negara rentan dalam mengatasi permasalahan struktural jangka panjang
yang memiliki risiko ekonomi makro, dalam hal ini termasuk yang berasal dari
pandemi dan juga perubahan iklim.
2. Urgensi
RST bagi Indonesia?
Sejak tiga tahun terakhir mulai dari tahun 2020 perekonomian dunia diguncangkan
dengan adanya pandemi global Covid-19, diikuti kasus perang Rusia dan Ukraina,
belum lagi dunia harus menghadapi krisis iklim yang tetap terus berjalan.
Hingga tahun 2022, Pemerintah
Indonesia telah mengucurkan dana sebesar Rp1.895,59 triliun untuk menanggulangi
dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, Pemerintah mengalokasikan
anggaran untuk penanggulangan dampak pandemi Covid-19 mulai tahun 2020 dengan realisasi
sebesar Rp575.85 triliun, dan meningkat menjadi Rp655.14 triliun pada tahun
2021. Sedangkan untuk tahun 2022, dikutip dari Siaran pers kementerian keuangan
nomor SP-176/KLI/2022 tanggal 24 November 2022, realisasi anggaran PC-PEN per 18 November 2022
mencapai sebesar Rp 280,7 triliun atau 61,6 persen dari alokasi anggaran
sebesar Rp 455,62 triliun.
Sedangkan untuk perubahan iklim, Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan salah satu penyebab utama bencana di indonesia. Bencana di indonesia terus meningkat selama lima tahun terakhir, dan rata-rata lebih dari 90 persen kejadian bencana terkait hidrometeorologi. Salah satu penyebab utama terjadinya bencana hidrometeorologi yaitu dampak dari Perubahan Iklim.
Sumber Data: Badan Nasional Penanggulangan Bencana,Tahun 2017-2021 (diolah)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data kejadian
bencana di Indonesia, di mana setiap tahunnya lebih banyak terkait
hidrometeorologi. Pada Tahun 2017, terhitung sebanyak 2.372 kejadian bencana,
dari total tersebut sebanyak 2.350 kejadian bencana merupakan bencana
hidrometeorologi. Pada tahun 2018
(14/12/2018), terhitung sebanyak 2.426 kejadian bencana, dari total tersebut
2.350 bencana merupakan bencana hidrometeorologi. Pada tahun 2019, terhitung
sebanyak 3.768 Bencana dan sebanyak 3.731 kejadian bencana hidrometeorologi
mendominasi. Pada tahun 2020 terhitung sebanyak 2.925 Kejadian bencana dan 2.901
merupakan bencana terkait hidrometeorologi, terakhir tahun 2021 terhitung 5.402
bencana dan di antaranya sebanyak 5.377 merupakan bencana terkait
hidrometeorologi.
Pada akhirnya dampak perubahan iklim sangat mempengaruhi perekonomian
indonesia. “Indonesia diperkirakan berpotensi memiliki kerugian ekonomi akibat
krisis iklim mencapai Rp112,2 triliun atau 0,5 persen dari PDB pada tahun
2023” ujar Ibu Sri Mulyani pada acara
HSBC Summit 2022 (14/9/2022). Sedangkan berdasarkan hasil kajian Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas),
kerugian ekonomi atas dampak perubahan iklim mencapai Rp544 triliun sepanjang
tahun 2020-2024.
Potensi kerugian ekonomi akibat perubahan iklim akan terus meningkat beriringan dengan bencana di indonesia yang meningkat setiap tahunnya oleh karena itu perubahan iklim tidak dapat dipandang sebelah mata. Untuk menghadapi kondisi tersebut, salah satu mitigasi yang dapat dilakukan yaitu dengan memenuhi target Nationally Determined Contribution (NDC) sesuai komitmen indonesia sebesar 29 persen dengan total kebutuhan pendanaan iklim sebesar Rp3.461 triliun sampai dengan tahun 2030, atau rata-rata sebesar Rp266,2 triliun per tahunnya.
Sedangkan kondisi saat ini, Indonesia mengeluarkan rata-rata belanja iklim per tahun hanya sebesar Rp89.6 triliun selama lima tahun terakhir.
Sumber Data: Laporan Anggaran Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Tahun 2018-2020
Tahun 2018-2022 total anggaran yang telah di
alokasikan untuk perubahan iklim sebesar Rp307,94 triliun. Indikasi penurunan
tren alokasi anggaran perubahan iklim selama tiga tahun terakhir dapat
disebabkan karena output tersebut sudah tercapai pada tahun sebelumnya sehingga
kementerian/lembaga tidak memproduksi output yang sama pada tahun berikutnya.
Sementara pada tahun 2020-2022 terjadi penurunan akibat kebijakan realokasi dan
refocussing anggaran dalam penanganan pandemi Covid-19, sehingga alokasi
anggaran dalam APBN kurun 2020-2022 menjadi sekitar Rp31,9 triliun. Dengan kata lain rata-rata belanja iklim
sebesar Rp89.6 triliun per tahun yang telah dikeluarkan Indonesia selama lima
tahun terakhir hanya dapat menutupi 34 persen dari kebutuhan pendanaan iklim
sebesar Rp266,2 triliun per tahunnya.
Berdasarkan uraian diatas, kiranya menjadi urgensi terkait RST bagi Indonesia. Kebutuhan pendanaan iklim bagi Indonesia masih relatif besar yaitu sebesar 66 persen dari total pendanaan iklim per tahun dalam rangka memenuhi target Nationally Determined Contribution (NDC). Hal ini tentu tidak dapat hanya mengandalkan pendanaan yang bersumber dari APBN. Oleh karena itu peran Resilience and Sustainability Trust (RST) IMF sangat dibutuhkan untuk membantu ketersediaan pembiayaan dalam mengatasi permasalahan struktural jangka panjang yang memiliki risiko ekonomi makro, termasuk yang berasal dari pandemi dan perubahan iklim tersebut.
(Penulis: Nia Lemita Purba)
Referensi:
1.
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2021
2.
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2020
3. “Laporan Anggaran Mitigasi dan Adaptasi
Perubahan Iklim Tahun 2018-2020”.Fiskal.kemenkeu.go.id, Januari 2021, https://fiskal.kemenkeu.go.id/publikasi/buku?x=2
4. “Buku Pendanaan Publik Untuk Pengendalian
Perubahan Iklim Indonesia Tahun 2016-2018”. Fiskal.Kemenkeu.go.id, Januari
2019, https://fiskal.kemenkeu.go.id/publikasi/buku?=2
5.
“G20 Bali Leaders’ Declaration”. G20.org,
16 November 2022, https://www.g20.org/en/about-g20/#how-g20-works
6.
“Presidensi G20 Indonesia”. Kemlu.go.id,
31 Desember 2021, https://kemlu.go.id/download/L3NpdGVzL3B1c2F0L0RvY3VtZW50cy9LYWppYW4lMjBCUFBLL1AzSyUyME9JLU1VTFRJTEFURVJBTC9LYWppYW4lMjBNYW5kaXJpJTIwRzIwX0ZJTkFMLnBkZg
7.
“Resilience and Sustainability Trust”.Imf.org,
April 2022, https://www.imf.org/en/Topics/Resilience-and-Sustainability-Trust
8.
“Facing a Darkening Economic Outlook:How the
G20 Can Respond”. Imf.org, 13 Juli 2022, https://www.imf.org/en/Blogs/Articles/2022/07/13/blog-how-g20-can-respond
9.
“IMF Managing Director Kristalina Georgieva
Announces Operationalization of the Resilience and Sustainability Trust (RTS)
to Help Vulnerable Countries Meet Long-Term Challenges”.Imf.org, 12 Oktober
2022, https://www.imf.org/en/News/Articles/2022/10/12/pr22348-md-announces-operationalization-of-rst
10.
“Resilience and Sustainability
Facility”.Imf.org, 12 Oktober 2022, https://www.imf.org/en/About/Factsheets/Sheets/2022/resilience-and-sustainability-facility-rsf
11.
“Hasil Konkret Presidensi G20 Indonesia
Bantu Ketersediaan Pembiayaan Bagi Negara Rentan dan Miskin”. Kemenkeu.go.id,
16 November 2022, https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Presidensi-G20-Bantu-Ketersediaan-Pembiayaan
12.
“Menkeu: Indonesia Rentan terhadap Dampak
Perubahan Iklim”. Kemenkeu.go.id, 31 Agustus 2022, https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Indonesia-Rentan-terhadap-Dampak-Perubahan-Iklim
13.
“Menkeu: Ancaman Krisis Iklim Dapat Lebih Luas
dari Pandemi Covid-19”. Kemenkeu.go.id, 14 September 2022, https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Ancaman-Krisis-Iklim-Dapat-Lebih-Luas-Dari-Pandemi
14.
“Siaran Pers: Kinerja Baik APBN Masih Terjaga
Dengan Kuatnya Pertumbuhan Penerimaan dan Akselerasi Belanja Serta Pembiayaan
Yang Terkendali”. Kemenkeu.go.id, 24 November 2022, https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/siaran-pers/Siaran-Pers-APBN-KITA-NOVEMBER-2022
15. “Optimalisasi Pendanaan Penanggulangan Perubahan
Iklim”. Anggaran.kemenkeu.go.id, 24 April 2022,https://anggaran.kemenkeu.go.id/in/post/optimalisasi-pendanaan-penanggulangan-perubahan-iklim
16. “Bappenas Prediksi Kerugian Akibat
Perubahan Iklim Rp544 T, Begini Rinciannya”. Lcdi-Indonesia.id, 11 Januari
2022, https://lcdi-indonesia.id/2022/01/11/bappenas-prediksi-kerugian-akibat-perubahan-iklim-rp-544-t-begini-rinciannya/
17.
“BNPB Verifikasi 5.402 Kejadian Bencana
Sepanjang Tahun 2021”. BNPB.go.id, 17 Februari 2022, https://bnpb.go.id/berita/bnpb-verifikasi-5-402-kejadian-bencana-sepanjang-tahun-2021
18.
“Sebanyak 2.925 Bencana Alam Terjadi pada 2020
di Tanah Air, Bencana Hidrometeorologi Mendominasi”.BNPB.go.id, 29 Desember
2020, https://www.bnpb.go.id/berita/sebanyak-2-925-bencana-alam-terjadi-pada-2020-di-tanah-air-bencana-hidrometeorologi-mendominasi
19. “BNPB Catat 3.768 Bencana dan 478 Meninggal
Sepanjang 2019”. Cnnindonesia.com, 30 Desember 2019, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20191230190943-20-461135/bnpb-catat-3768-bencana-dan-478-meninggal-sepanjang-2019
20.
“BNPB: Tren Bencana 2018 Meningkat , 4.231 Orang
Meninggal”. Nasional.tempo.co, 19 Desember 2018, https://nasional.tempo.co/read/1156951/bnpb-tren-bencana-2018-meningkat-4-231-orang-meninggal
21. “Info Bencana Desember 2017”. BNPB.co.id, 2 Januari 2018, https://bnpb.go.id/informasi-bencana/info-bencana-desember-2017