Bukittinggi — Bertempat di ruang serbaguna bawah, pada hari
Jumat 5 Mei 2017, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bukittinggi
kembali menggelar pengajian bulanan. Pengajian bulan ini bukan hanya dihadiri para
pegawai KPKNL Bukittinggi melainkan juga dihadiri oleh para tamu undangan yaitu
warga sekitar kantor. Menurut Kepala KPKNL Bukittinggi Syukriah, para warga
sengaja diundang ke pengajian kantor ini agar KPKNL Bukittinggi lebih dikenal
oleh masyarakat sekitar.
“Pengajian ini kita selenggarakan untuk mempersiapkan diri kita
menghadapi bulan suci Ramadhan,” kata Syukriah. “Pengajian ini juga merupakan upaya
kami memperkenalkan diri kepada warga di sekitar kantor,” sambung Syukriah
menanggapi turut hadirnya Ketua RT dan sebagian warga setempat pada pengajian
tersebut.
Pengajian itu dipandu oleh Zulfahri, ustadz yang diundang
khusus untuk memandu pengajian. “Selama ini kantor dan masyarakat di sekililingnya
tidak saling kenal, padahal apabila terjadi kebakaran misalnya, masyarakat
sekitarlah yang akan pertama menolongnya,” kata Zulfahri.
Untuk pengajian kali ini ia membawakan tema tentang perintah
pertama dalam Al-Quran. “Perintah pertama adalah iqra, ini mengharuskan muslim
utk menjadi cerdas,” katanya. “Namun kenyataannya saat ini tidak berimbang
antara menuntut ilmu duniawi dan ilmu ukhrowi,” tambahnya.
Zulfahri mengungkapkan bahwa saat ini masyarakat Indonesia
pada umumnya, dan masyarakat Minang pada khususnya, masih sering mempraktekkan
tradisi yang tidak sesuai dengan tuntutan ajaran Islam. Ia mencontohkan tradisi
meletakkan Al-Quran di atas kepala mayat. “Katanya Alquran ditaruh di atas
kepala mayat itu agar mayat tidak diganggu syetan dan ada juga yang mengatakan
agar Alquran menolong sang mayit,” ungkap Zulfahri.
“Padahal kalau sudah jadi mayat, Iblis kan tak lagi butuh
untuk menggoda manusia,” katanya. “Al-Quran memang bisa menolong manusia, tapi
dengan cara dibaca dan diamalkan, bukan diletakkan di atas kepala mayit,”
tambahnya.
Selain itu, Zulfahri juga menyoroti tentang tradisi melewati
bagian bawah keranda mayat. “Kata masyarakat, ini agar keluarga bisa melupakan
kepergian sang mayit,” ungkap Zulfahri. “Ini berbahaya, karena justru orang
meninggal butuh doa orang yang masih hidup.”
Pengajian yang berlangsung dari pukul 9.00 hingga pukul
10.30 ini ditutup dengan ramah tamah.
(Teks: Hakim SB Mulyono, Foto: Ilham Aldavi)