Apa yang terlintas
di benak anda ketika kita membahas tentang negosiasi? Apakah tentang
perundingan dua pihak atas masalah yang kompleks? Dengan situasi yang tegang, penuh
keseriusan dan penuh tekanan?
Ya, terkadang
negosiasi bisa membawa kita pada kondisi dan situasi dimaksud. Namun tak melulu
seperti itu. Pernahkah anda berbicara dengan pasangan anda untuk menentukan
kemana anda akan pergi berlibur akhir pekan ini, dimana anda ingin stay-at-home
saja, namun pasangan anda ingin pergi ke mall? Nah, hal sesimpel itu juga
disebut negosiasi.
Jika merujuk
pada konsep dasarnya, negosiasi didefinisikan sebagai “komunikasi antara dua
pihak untuk menemukan posisi-posisi yang saling bersesuaian, yang jika
dilakukan dan diselesaikan dengan baik akan berakhir dengan kondisi paling
tidak satu pihak ‘memperoleh apa yang diinginkan’ dan pihak lain ‘bersedia
berkompromi’.”
Lantas,
bagaimana sikap yang anda tunjukkan selama ini ketika menghadapi negosiasi? Apakah
anda sudah sangat mahir dalam menghadapinya, atau mungkin masih gugup dalam menyampaikan
argumentasi anda ketika berkomunikasi dengan pihak lain dalam negosiasi?
Negosiasi
rentan berjalan tidak sesuai harapan ketika para pihak yang melakukan negosiasi
membiarkan hubungan di antara mereka mengaburkan pertimbangan mereka. Kerap
kali para negosiator pemula lantas mengakhiri proses negosiasi yang dijalaninya
dengan memberikan konsesi kepada pihak lawan karena mereka memahami negosiasi
sebagai sebuah konfrontasi. Sementara di sisi lain, para negosiator profesional
berusaha keras mengendalikan pembicaraan selama proses negosiasi berlangsung
demi memperoleh hasil yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Negosiasi
seharusnya hanya dimulai ketika salah satu pihak telah mengambil keputusan
untuk melakukan kerja sama dan membuat proposal secara aktual.
Kita perlu
memiliki kecermatan untuk membaca situasi, sehingga kita tahu kapan harus
beralih ke pola pikir negosiasi dan kemudian bisa mengendalikan hasil akhir.
Selain itu, kemampuan mengatur dan mengendalikan emosi merupakan faktor kunci
dalam keberhasilan negosiasi. Dan yang tak kalah pentingnya, kecerdasan
emosional juga menjadi hal yang krusial untuk bisa bernegosiasi secara efektif.
Oleh karenanya, para negosiator andal hendaknya bisa menggunakan keterampilan
sosial, kesadaran diri, kemampuan manajemen diri dan ambisi mereka untuk
membangun hubungan dengan pihak lain, yang membuat pihaknya dan pihak lain bisa
menemukan posisi yang saling bersesuaian.
Langkah pertama yang harus ditempuh untuk menjadi
seorang negosiator andal adalah membangun pola pikir pemenang. Kemampuan
mengondisikan pikiran dengan benar sebelum mulai melakukan negosiasi adalah hal
yang kritis bagi kesuksesan negosiasi. Namun sebelumnya, penting bagi kita untuk
memahami peran kesadaran diri dalam pengembangan diri untuk memahami dan
mengenali berbagai emosi yang kita miliki beserta dampaknya terhadap orang
lain. Terdapat empat cara untuk meningkatkan kesadaran diri kita yaitu :
1.
Menghadirkan pikiran
2.
Mengambil tes kepribadian
3.
Meminta umpan balik
4.
Menuliskan apa yang menjadi prioritas dan ambisi
kita.
Selanjutnya,
keluarlah dari zona nyaman. Keinginan yang kuat untuk terus memperbaiki diri
adalah hal yang membedakan orang sukses dengan yang lain. Dapat kita amati
bahwa seseorang akan menunjukkan performa terbaiknya ketika mereka mengalami
tantangan tingkat menengah, yaitu ketika mereka keluar dari zona nyaman (comfort
zone) dan masuk ke zona pembelajaran (stretch zone). Namun jika kita
menantang diri kita lebih jauh, maka kita berisiko memasuki zona panik (panic
zone). Di zona ini, tingkat performa kita akan kembali menurun.
Terdapat lima gejala yang
menunjukkan bahwa kita terperangkap dalam zona nyaman yaitu :
1.
Merasa bosan
2.
Mengkritik diri sendiri
3.
Merasa tidak memiliki motivasi
4.
Kurang menghargai diri sendiri
5.
Mudah terdistraksi
Sementara itu,
zona pembelajaran adalah tempat keajaiban terjadi dimana ini akan mendorong
kita keluar dari zona nyaman, tetapi tidak sampai membuat kita memasuki zona
panik. Terdapat enam langkah yang bisa dilakukan untuk beralih ke zona
pembelajaran yaitu :
1.
Hadapi ketakutan
2.
Buat perencanaan
3.
Cari dukungan
4.
Visualisasikan kesuksesan
5.
Pecah proses negosiasi ke dalam bagian-bagian
kecil
6.
Temukan sosok sumber inspirasi
1.
Merasa tidak sanggup dan tidak bisa berpikir
dengan jernih
2.
Sulit membuat keputusan
3.
Tidak dapat tidur dengan baik atau terbangun
dengan perasaan cemas
4.
Terserang sakit kepala atau gangguan pencernaan
5.
Umpan balik konstruktif terasa seperti kritik
personal
Keseimbangan
kekuatan merupakan bagian paling penting dalam negosiasi. Para negosiator andal
memahami bahwa keberhasilan negosiasi ada pada bagaimana menciptakan situasi di
mana kedua belah pihak memiliki kesempatan yang sama. Negosiasi terbaik adalah
negosiasi yang membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Ketika kita memasuki
tahapan negosiasi dengan memposisikan diri kita setara dengan pihak lain, kita
memiliki peluang untuk membangun hubungan berdasarkan kepercayaan dan rasa
hormat yang bisa membawa kesuksesan bagi kedua belah pihak untuk jangka waktu
yang lama.
(Diolah dari berbagai sumber)
Penulis : Wahyuni Eka Wulandari,
KPKNL Balikpapan.