Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Balikpapan > Artikel
Negosiasi, Ketika Anda dan Mereka Menang
Wahyuni Eka Wulandari
Kamis, 30 Juni 2022   |   24645 kali

Apa yang terlintas di benak anda ketika kita membahas tentang negosiasi? Apakah tentang perundingan dua pihak atas masalah yang kompleks? Dengan situasi yang tegang, penuh keseriusan dan penuh tekanan?

 

Ya, terkadang negosiasi bisa membawa kita pada kondisi dan situasi dimaksud. Namun tak melulu seperti itu. Pernahkah anda berbicara dengan pasangan anda untuk menentukan kemana anda akan pergi berlibur akhir pekan ini, dimana anda ingin stay-at-home saja, namun pasangan anda ingin pergi ke mall? Nah, hal sesimpel itu juga disebut negosiasi.

 

Jika merujuk pada konsep dasarnya, negosiasi didefinisikan sebagai “komunikasi antara dua pihak untuk menemukan posisi-posisi yang saling bersesuaian, yang jika dilakukan dan diselesaikan dengan baik akan berakhir dengan kondisi paling tidak satu pihak ‘memperoleh apa yang diinginkan’ dan pihak lain ‘bersedia berkompromi’.”

 

               Lantas, bagaimana sikap yang anda tunjukkan selama ini ketika menghadapi negosiasi? Apakah anda sudah sangat mahir dalam menghadapinya, atau mungkin masih gugup dalam menyampaikan argumentasi anda ketika berkomunikasi dengan pihak lain dalam negosiasi?

 

Negosiasi rentan berjalan tidak sesuai harapan ketika para pihak yang melakukan negosiasi membiarkan hubungan di antara mereka mengaburkan pertimbangan mereka. Kerap kali para negosiator pemula lantas mengakhiri proses negosiasi yang dijalaninya dengan memberikan konsesi kepada pihak lawan karena mereka memahami negosiasi sebagai sebuah konfrontasi. Sementara di sisi lain, para negosiator profesional berusaha keras mengendalikan pembicaraan selama proses negosiasi berlangsung demi memperoleh hasil yang bisa menguntungkan kedua belah pihak. Negosiasi seharusnya hanya dimulai ketika salah satu pihak telah mengambil keputusan untuk melakukan kerja sama dan membuat proposal secara aktual.

 

Kita perlu memiliki kecermatan untuk membaca situasi, sehingga kita tahu kapan harus beralih ke pola pikir negosiasi dan kemudian bisa mengendalikan hasil akhir. Selain itu, kemampuan mengatur dan mengendalikan emosi merupakan faktor kunci dalam keberhasilan negosiasi. Dan yang tak kalah pentingnya, kecerdasan emosional juga menjadi hal yang krusial untuk bisa bernegosiasi secara efektif. Oleh karenanya, para negosiator andal hendaknya bisa menggunakan keterampilan sosial, kesadaran diri, kemampuan manajemen diri dan ambisi mereka untuk membangun hubungan dengan pihak lain, yang membuat pihaknya dan pihak lain bisa menemukan posisi yang saling bersesuaian.

 

               Langkah pertama yang harus ditempuh untuk menjadi seorang negosiator andal adalah membangun pola pikir pemenang. Kemampuan mengondisikan pikiran dengan benar sebelum mulai melakukan negosiasi adalah hal yang kritis bagi kesuksesan negosiasi. Namun sebelumnya, penting bagi kita untuk memahami peran kesadaran diri dalam pengembangan diri untuk memahami dan mengenali berbagai emosi yang kita miliki beserta dampaknya terhadap orang lain. Terdapat empat cara untuk meningkatkan kesadaran diri kita yaitu :

1.        Menghadirkan pikiran

2.        Mengambil tes kepribadian

3.        Meminta umpan balik

4.        Menuliskan apa yang menjadi prioritas dan ambisi kita.

 

Selanjutnya, keluarlah dari zona nyaman. Keinginan yang kuat untuk terus memperbaiki diri adalah hal yang membedakan orang sukses dengan yang lain. Dapat kita amati bahwa seseorang akan menunjukkan performa terbaiknya ketika mereka mengalami tantangan tingkat menengah, yaitu ketika mereka keluar dari zona nyaman (comfort zone) dan masuk ke zona pembelajaran (stretch zone). Namun jika kita menantang diri kita lebih jauh, maka kita berisiko memasuki zona panik (panic zone). Di zona ini, tingkat performa kita akan kembali menurun.

 

Terdapat lima gejala yang menunjukkan bahwa kita terperangkap dalam zona nyaman yaitu :

1.        Merasa bosan

2.        Mengkritik diri sendiri

3.        Merasa tidak memiliki motivasi

4.        Kurang menghargai diri sendiri

5.        Mudah terdistraksi

 

Sementara itu, zona pembelajaran adalah tempat keajaiban terjadi dimana ini akan mendorong kita keluar dari zona nyaman, tetapi tidak sampai membuat kita memasuki zona panik. Terdapat enam langkah yang bisa dilakukan untuk beralih ke zona pembelajaran yaitu :

1.      Hadapi ketakutan

2.      Buat perencanaan

3.      Cari dukungan

4.      Visualisasikan kesuksesan

5.      Pecah proses negosiasi ke dalam bagian-bagian kecil

6.      Temukan sosok sumber inspirasi

 


Beralih ke zona panik akan melemahkan kepercayaan diri kita. Ada lima gejala yang menunjukkan bahwa kita berada dalam zona panik yaitu :

1.      Merasa tidak sanggup dan tidak bisa berpikir dengan jernih

2.      Sulit membuat keputusan

3.      Tidak dapat tidur dengan baik atau terbangun dengan perasaan cemas

4.      Terserang sakit kepala atau gangguan pencernaan

5.      Umpan balik konstruktif terasa seperti kritik personal

 

Keseimbangan kekuatan merupakan bagian paling penting dalam negosiasi. Para negosiator andal memahami bahwa keberhasilan negosiasi ada pada bagaimana menciptakan situasi di mana kedua belah pihak memiliki kesempatan yang sama. Negosiasi terbaik adalah negosiasi yang membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Ketika kita memasuki tahapan negosiasi dengan memposisikan diri kita setara dengan pihak lain, kita memiliki peluang untuk membangun hubungan berdasarkan kepercayaan dan rasa hormat yang bisa membawa kesuksesan bagi kedua belah pihak untuk jangka waktu yang lama.

 

(Diolah dari berbagai sumber)

 

Penulis : Wahyuni Eka Wulandari, KPKNL Balikpapan.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini