Berada di suasana kantor yang
sama dalam periode waktu yang lama menjadikan kita terbiasa dengan lingkungan
kerja sehingga rentan menimbulkan kejenuhan.
Bisa jadi, konsep coworking space dapat menjadi salah satu
cara dalam mengatasi kejenuhan dalam menjalani rutinitas pekerjaan. Dan konsep
tempat kerja yang tidak kaku mungkin lebih bisa menyegarkan pikiran. Supaya ide
bisa lebih mengalir.
Seiring dengan perkembangan
zaman dan budaya, untuk bisa terus keep
up dengan tren dan pola pikir masa kini, rasanya coworking space memang jadi opsi yang menarik dan umum untuk
diterapkan saat ini.
Kapasitas aset negara yang
besar secara luasan, kedepannya jika dapat dilakukan penataan maupun perombakan
ulang, menjadi resources yang menjanjikan dalam menerapkan konsep coworking
space. Apalagi berbicara dengan tahun-tahun mendatang dimana perkembangan
informasi dan pola kerja generasi muda yang tentunya akan lebih inovatif dan
dinamis, tidak menutup kemungkinan bahwa kesan kaku dalam penggunaan dan
pengoptimalisasian aset negara akan berubah menjadi lebih dinamis.
Banyaknya kebutuhan ruang
kerja bagi para pelaku usaha terutama startup,
di sisi lain selaras dengan realita bahwa tak seluruh gedung pemerintahan
terisi penuh. Dari sisi aset, apabila konsep ini dapat dijalankan, dapat
menjanjikan penghematan ruang kerja yang cukup besar sehingga dapat memberikan
peluang pemanfaatan aset untuk menghasilkan PNBP. Ketergunaan aset tersebut
dapat meningkatkan occupancy rate yang sejalan dengan penambahan PNBP
yang dihasilkan melalui sewa BMN pada aset dimaksud. Melalui pemanfaatan berupa
sewa area coworking space bagi masyarakat juga dapat membantu pemerintah
dalam memahami kondisi masyarakat dan membangun jejaring bagi pemerintah untuk
tukar pikiran, berbagi informasi dan berkomunikasi dengan masyarakat.
Dengan program pengukuran
kesesuaian Standar Barang Standar Kebutuhan (SBSK) yang dilaksanakan DJKN,
dapat menjadi kajian awal untuk mempertimbangkan kebijakan terhadap
optimalisasi aset kedepannya. Bagaimana pengukuran yang dilakukan dapat menjadi
data awal untuk mengembangkan konsep pengembangan aset selanjutnya.
Saya pikir fleksibilitas
ruang kerja dalam bentuk coworking space ini juga akan lebih menghemat dari
sisi anggaran. Pemangkasan anggaran untuk membangun cubicle atau
partisi-partisi selain dapat menciptakan efisiensi anggaran, juga membuat
ruangan jadi lebih lega dan bisa didayagunakan untuk kepentingan yang beragam. Meeting
dan personal space untuk bekerja sendirian bisa dilakukan di satu
tempat atau area yang sama.
Saat ini memang kita tidak
dapat lagi menutup mata dari tren dunia berupa konsep coworking space
untuk semua jenis perkantoran, tak terkecuali untuk kantor pemerintahan. Konsep
ini muncul karena perkembangan teknologi yang sangat masif sehingga membuat
pekerjaan dapat dilakukan secara digital. Database yang dibutuhkan dalam
memproses pekerjaan pun telah mayoritas terdigitalisasi sehinga dapat diakses
dimana saja.. Lebih jauh, tuntutan birokrasi digital yang mudah diakses, fleksibel,
kolaboratif, dan dinamis harus dapat diwujudkan oleh pemerintah dalam meningkatkan
kualitas pelayanan publik.
Adaptif dengan mobilitas dan
pola kerja saat ini, konsep coworking space pun juga menerima resistensi
dari beberapa kalangan.
Hal ini wajar terjadi,
mengingat dinamika pekerjaan terkadang atau seringkali menuntut konsentrasi
yang tinggi dan kondisi sekitar yang sepi dan tidak menimbulkan distraksi.
Tidak dipungkiri, coworking space juga memiliki kelemahan,
salah satunya adalah sulitnya menjaga privasi. Bisa dibayangkan ketika anda membutuhkan
kondisi suasana kerja yang hening untuk bisa lebih fokus dan serius, namun
rekan-rekan kerja anda sedang diskusi santai dengan suara yang cukup keras. Dan
dengan kondisi ruang kerja yang lebih terbuka, mereka juga bisa melibatkan anda
dalam perbincangan tersebut. Cubicle
untuk private space pun terasa tidak
efektif karena dikelilingi flexible space
yang lebih ramai. Nyatanya, memang tidak semua pihak merasa nyaman untuk
bekerja dengan konsep coworking space
ini.
"Di tengah teknologi
digital, semakin banyak tempat kerja yang gunakan konsep co-sharing dan open
space, sehingga kebutuhan space berkerja akan berubah. Ini menentukan gimana
BMN-BMN kita digunakan secara baik." Demikian kalimat yang disampaikan
oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam acara Rapat Kerja Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan Pemerintah pada tanggal 12 September 2019 yang lalu.
Dengan konsep ini, diasumsikan akan membuat hubungan antar pegawai menjadi
lebih dekat sehingga kolaborasi di antara mereka makin meningkat (Bernstein,
et.al, 2018).
Terlepas dari pro dan kontra
yang diperoleh dalam penerapan coworking
space, salah satu faktor utama yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana
komitmen para pegawai dalam menjalankan konsep budaya kerja berbasis coworking space tersebut. Hal ini
menjadi yang utama karena setiap kebijakan yang dijalankan adalah guna mencapai
tujuan organisasi. Jangan sampai alih-alih mengikuti tren budaya kerja terkini,
penerapan konsep coworking space justru
menurunkan performa pegawai yang berimplikasi terhadap kinerja organisasi.
Keselarasan dalam mengakomodir kebutuhan kerja pegawai dengan peningkatan
kinerja organisasi tetap menjadi pertimbangan serius dalam rangka penerapan
konsep coworking space tersebut.
(Diolah dari berbagai
sumber)
Penulis : Wahyuni, Seksi
HI KPKNL Balikpapan
Tulisan ini merupakan
pandangan pribadi penulis dan bukan mencerminkan pandangan unit kerja.