Melakukan
sebuah perubahan harus dimulai dari perubahan mindset, sikap dan
karakter merupakan langkah awal untuk melakukan perubahan diri seorang pegawai. Maka
pentingnya mengubah mental passenger menjadi driver, kita
tidak hanya sekedar tahu apa itu penumpang (passenger) melainkan dengan perubahan
mindset, sikap dan karakter untuk bisa menjadi seorang pengemudi (driver).
Mindset adalah sebuah pola pikir seseorang dalam memandang sebuah permasalahan
yang ada. Mindset merupakan suatu keadaan atau cara pandang mental
seseorang yang memiliki pengaruh terhadap pendekatan seseorang dalam menghadapi
suatu fenomena yang ada. Sedangkan
sikap dan karakter merupakan dua kata yang tampak serupa dalam arti tetapi
sebenarnya ada perbedaan di antara keduanya. Sikap adalah pendapat atau metode
yang digunakan seseorang untuk mendekati situasi tertentu. Karakter di sisi
lain membuat seseorang melakukan hal tertentu bahkan jika dunia sedang menonton.
Karakter adalah inti dari manusia tertentu.
Sifat buruk yang membentuk karakter buruk meliputi kepalsuan,
keserakahan, nafsu, ketidakjujuran, ketidaksopanan dan sejenisnya. Salah satu
perbedaan terbesar antara karakter dan sikap adalah karakter tidak dapat
berubah dalam waktu singkat, sedangkan sikap dapat berubah dalam waktu singkat.
Setiap manusia mempunyai kesempatan untuk
melakukan perubahan diri menjadi yang terbaik, hak untuk hidup adalah hak asasi
yang paling mendasar bagi diri setiap manusia. Sifat keberadaan hak ini tidak
dapat ditawar lagi (non derogable rights). Hak untuk hidup mungkin
merupakan hak yang memiliki nilai paling mendasar dari peradaban modern. Dalam
analisis yang bersifat final, jika tidak ada hak untuk hidup maka tidak akan
ada pokok persoalan dalam hak asasi manusia lainnya. Inilah bukti
bahwa manusia memiliki persamaan hak di hadapan Allah SWT. Memang sejak dilahirkan,
manusia diberikan “kendaraan” yang kita sebut “self”. Hanya
dengan self-driving, manusia bisa mengembangkan semua potensinya
dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Kemudian, persamaan
kedudukan warga negara dalam aspek hukum dijelaskan dalam pasal 27 UUD 1945. Di
dalamnya disebutkan, negara menjamin warganya tanpa mendiskriminasi ras, agama,
gender, budaya, suku, dan golongan. Melalui hal tersebut juga diharapkan akan
ada kesadaran hukum di seluruh level masyarakat, tatanan hukum yang baik dan
benar, peradilan yang adil, efektif, efisien, serta menghargai HAM.
Tentunya setiap manusia ingin melakukan
perubahan yang lebih untuk masa kedepannya, banyak
orang bermimpi mengubah kariernya tetapi tidak yakin cara untuk melakukannya.
Apakah kita membenci pekerjaaan yang sedang kita jalani atau memimpikan jam
kerja yang lebih fleksibel, mengubah karier sangat memungkinkan dengan proses
pencarian jati diri, perencanaan yang matang dan menjalankan pekerjaan secara
fokus. Memang sedikit menakutkan dan beresiko untuk mengubah karier, akan
tetapi keuntungan yang kita dapatkan dari menikmati pekerjaan yang kita jalani
sungguh sepadan dengan resikonya.
Buku Self Driving karya Rhenald Kasali memberikan
semangat menuju keperubahan yang lebih baik. Buku bestseller ini sangat menarik
perhatian orang yang sedang berjalan-jalan ke toko buku. Ada tiga alasan kuat
untuk membeli buku ini. Pertama, buku ini jadi referensi banyak orang yang
bermimpi menjadi pemimpin yang tangkas, penulisnya cukup terkenal, serta karena
kajian dalam buku tersebut tampak menarik. Sesuai judulnya, buku ini berisi
tentang pilihan menjadi manusia sebagai pemimpin. Pilihannya ada dua,
sebagai driver (pengemudi)
atau passenger (penumpang).
Driver ialah seorang pemimpin yang yang dalam perjalanannya bisa
saja salah, atau membentur kendaraan lain. Kalau ada kecelakaan, dialah yang
bertanggung jawab, bukan penumpang. Sedangkan passenger, seorang pemimpin
yang diibaratkan penumpang yang dalam perjalanan menuju sebuah tempat. Dia
boleh mengantuk, tertidur, terdiam, bahkan tak perlu tahu arah, serta tak perlu
banting tulang untuk menjaga mobilnya. Dari istilah itu, Renald memadankan
kata driver dengan winner (orang yang sukses),
dan passenger dengan loser (orang yang gagal).
Winner menurut Rhenald, merupakan orang yang terlihat penuh semangat,
tak mudah putus asa, tidak mengeluh dan tak banyak komplain. Sementara, loser dianggap sebagai
orang mudah menyerah, menganggap semuanya susah, menyalahkan orang lain dan
sering bertindak tidak terarah/ngawur. Dari sinilah, pembaca disajikan banyak
hal terkait perbedaan antara driver dan passenger. Renald juga
membedah istilah lain, seperti bad
driver (pengemudi yang buruk), dan good passenger (penumpang
yang baik). Semuanya disajikan dengan motivasi-motivasi berupa cuplikan tulisan
dari empunya buku di koran-koran nasional, baik yang bermuatan ilmu, maupun
rangkuman profil dari orang-orang yang sukses menjadikan dirinya pemimpin bagi
perusahaan hingga negara. Bahasa yang ditulis dalam buku ini pun mudah
dimengerti semua orang.
Bagi kita yang ditengah jalan mulai
merasakan hidup yang cenderung biasa-biasa saja, maka perlu membaca saja Self Driving, siapa tahu kita
habis membaca, mental kita yang dulunya seorang passanger, kemudian berubah
menjadi seorang driver.
Berikut sebuah pandangan dari Rhenald Kasali yang menarik untuk direnungi:
“Berdasarkan pengamatan saya, salah satu persoalan berat yang dihadapi bangsa
ini dalam menghadapi perubahan adalah rendahnya kemampuan kita untuk keluar
dari comfort zone (zona
nyaman).”
Manusia yang masih bermental passenger,
yang hanya menjadi pengikut, bukan penggerak adalah orang yang cenderung pasif
dan tidak memiliki inisiatif, bahkan kadang menjadi beban bagi orang
lain. Untuk mewujudkan sebuah perubahan besar di masyarakat khusunya
didalam organisasi, perlu diawali dari perubahan mental orang-orang di
dalamnya, dari bad passenger menjadi good-passenger kemudian dari
good passenger menjadi driver. Pada akhirnya
seseorang dapat mencapai level kepemimpinan bagi dirinya sendiri atau untuk
memimpin orang lain. Penulis mencoba menjelaskan: A. Bagaimana mengubah
seseorang yang bermental penumpang menjadi pengemudi? Dan B. Bagaimana melihat level kepemimpinan seseorang
pemimpin di sekitar kita?. Mari kita simak perlahan-perlahan penjelasan penulis
dibawah ini:
A. Bagaimana
mengubah seseoarang yang bermental penumpang menjadi pengemudi.
Kemudian bagaimana merubah
orang-orang yang bermental penumpang menjadi seorang yang bermental
pengemudi. Driver adalah orang-orang yang tidak hanya memiliki
kompetensi yang mumpuni tetapi juga gesit, aktif, dan selalu berani mengambil
inisiatif serta melakukan perubahan yang berarti. Biasanya dalam
perjalanan dari passenger menuju ke driver, ada
benang merahnya antara lain: mereka berani mengeksplorasi diri, bukan exploit
(eksploitasi), mereka tidak berteori, tetapi bertindak, mereka diremehkan,
disalah-salahkan orang sekitarnya, dan mereka tidak pernah berhenti melakukan
yang terbaik untuk menjadi driver.
Pemimpin yang hebat adalah seseorang
yang mampu membawa perubahan besar yang positif bagi bangsa (driver
nation) yang dihasilkan oleh pribadi-pribadi yang disebut driver,
karena mereka menyadari sebagai mandataris atau amanah dari rakyat untuk
melakukan perubahan.
a). Kenapa seorang passenger harus
berubah menjadi driver
Seorang dengan status passenger sebetulnya
mereka berada pada zona aman namun kalau tidak mau melakukan ekplorasi dirinya,
biasanya sedikit ada goncangan bila tidak mengikuti perubahan baik dari dalam
maupun luar organisasi. Manusia bisa mengembangkan semua potensinya dan
mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan hanya dengan mengembangkan self-driving.
Sedangkan mentalitas passenger yang ada ini harus keluar dari
perangkap 'passenger' bisa berubah lebih baik tidak sekedar menjadi
penumpang.
Keinginan seorang pegawai (passenger) ingin melakukan
perubahan menjadi pemimpin (driver) harus bisa menghilangkan
ketergantungan dan mau belajar hal-hal baru sebagai langkah awal menjadi
seorang driver. Kita sudah diberikan mandat kehidupan oleh Tuhan Sang
Pencipta dan juga dibekali dengan “kendaraan” istimewa, yaitu diri kita
sendiri. Kitapun bebas menentukan mau menjadi seorang passenger atau driver?
Menjadi seorang passenger,
boleh mengantuk dan tidur, serta tidak ada tanggung jawab dan juga risiko.
Sementara jika kita memutuskan untuk menjadi seorang driver maka
kita harus berani mengambil risiko dan bertanggung jawab atas keselamatan semua
penumpangnya atau di dalam organisasi atas keselamatan para pegawainya.
Perlu diketahui bahwa sebuah
perubahan tidak diciptakan oleh orang-orang bermental passenger melainkan
oleh orang-orang bermental driver. Perubahan bisa dimulai dari mana
saja dan kemudian berlanjut di kantor sebagai sebuah organisasi, untuk
membentuk manusia bermental driver semacam ini. Jangan terpaku
pada ajaran untuk sekedar “tahu”, melainkan harus “bisa” untuk melakukan, bukan
tidak mau berpikir dan hanya mahir dalam memindahkan informasi dari buku ke
dalam otak. Tentu harus diubah dari mindset penumpang
(passenger) agar dapat menghasilkan orang-orang yang bisa menjadi aktor
perubahan (driver).
Orang-orang yang ingin
berubah dari mental penumpang (passenger) menjadi pemimpin
atau pengemudi (driver) harus
melakukan dengan cara-cara disiplin diri sebagai berikut: Menentukan sasaran yang ingin dicapai
serta mempelajari aturan-aturan, Berusaha keras dan bertanggung jawab, Mengatur
waktu pekerjaan (deadline), Disiplin sebagai gaya hidup, Menerapkan
manajemen 3D (Do it, Delegate it or Dump it!) artinya kerjakan, delegasikan
atau tolak bila tidak mampu untuk melaksanakan.
b). Langkah
awal mengubah seseorang yang bermental passenger menjadi driver
Bagaimana Langkah awal
untuk mengubah dari mental passenger menjadi driver. Menjadi passenger adalah
mereka yang sudah merasa puas dengan keadaan, tidak menyukai tantangan, takut
menghadapi masalah dan takut melakukan kesalahan. Sedangkan menjadi driver artinya
harus cekatan dalam bertindak, berani dalam mengambil keputusan, mengukur
risiko, berpikir lebih keras, dan melatih ketahanan diri lebih kuat daripada (passenger)
kebanyakan orang.
Kemudian apa aksi kita
merubah dari passenger menjadi driver? Banyak cara
yang dapat dilakukan oleh seorang yang ingin bertransformasi menjadi
seorang pemimpin (driver), yaitu dengan melatih diri menghadapi
resiko dan tidak membuang waktu, melatih diri serta melatih persepsi kita,
karena persepsi dibentuk oleh kebiasaan dan latihan yang akhirnya membentuk
kebiasaan. Ada beberapa tahap awal untuk mengubah mental penumpang
menjadi pemimpin, sebagai berikut: menghilangkan ketergantungan, belajar
dengan hal-hal baru; dan keluar dari zona nyaman.
Kemudian apa saja
tanda-tanda seorang itu passenger, antara lain: Merasa
sudah puas dengan keadaan sekarang, Tidak menyukai tantangan, Menyerahkan
masalah kepada orang lain, Menunggu perintah, Takut menghadapai masalah, Sangat
mencintai jabatan, Dikendalikan oleh autopilot, Membanggakan apa yang telah
dicapai, dan Organisasi sebagai alat untuk menumpang hidup
Dalam melakukan perubahan dan
membentuk manusia bermental driver, ada yang berpendapat sistem
pendidikan perlu diubah. Sebagai orang tua harus memberikan kesempatan kepada
anak-anaknya untuk memilih hidupnya sendiri untuk mencoba hal-hal baru meskipun
berisiko dan juga membiarkan mereka untuk tumbuh dan berkembang tanpa
kehawatiran dan keterlibatan yang terlalu jauh. Perubahan menuntut
manusia untuk selalu berpikir dan belajar.
Untuk menghadapi perubahan
manusia harus berpikir yang hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki
mental driver. Dengan mental driver seseorang
tidak hanya akan mengubah dirinya sendiri, melainkan juga dapat mengubah orang
lain, organisasi dan juga masyarakat di sekitarnya.
c). Karakter yang harus
dimiliki oleh seorang pengemudi (driver)
Mengubah good-passenger menjadi driver diperlukan
latihan untuk keluar dari zona nyaman juga sehinga bisa menjadi good-driver.
Pada perubahan yang dikelolanya memberi gambaran betapa pentingnya keluar dari
zona nyaman dan berpikir ‘out of the box’, artinya seseorang
yang mampu berpikir melampaui batasan diri sehingga menghasilkan ide yang baru
dan tidak terpikirkan orang lain sebelumnya, sudah sewajarnya seorang pemimpin
itu harus good-driver.
Kemudian
apa itu good-driver? Good-driver adalah seorang pemimpin
yang menjadi inisiator tokoh perubahan dan mampu menjadi panutan bagi semua
orang atau para pegawai yang ada di dalam organisasi maupun perusahaan.
Bagaimanakah melatih seseorang menjadi Good-driver? Salah satu cara
untuk menjadi Good-driver adalah memberikan keterampilan juga
pelatihan-pelatihan cara berpikir kritis dan kreatif agar dapat membaca peluang
dan mampu bertahan sesuai pekembangan zaman dan mampu menghadapi kondisi VUCA. VUCA adalah singkatan
dari volatility,
uncertainty, complexity, dan ambiguity. Di dalam bahasa Indonesia dan
mengacu pada dunia bisnis, arti VUCA merupakan situasi atau kondisi lingkungan
bisnis yang tengah mengalami gejolak atau volatilitas, ketidakpastian,
kompleksitas, serta ambiguitas.
Seorang driver harus
memiliki kedisiplinan diri dan berani mengambil risiko serta penuh tanggung
jawab. Supaya menjadi good-driver, membiasakan diri dengan beberapa
latihan hal ini sebagai berikut: self discipline, berani menghadapi
risiko, play to win, the power of simplicity, creative
thinking dan critical thinking.
Prinsip bagi
seorang pemimpin (driver) diantaranya:
1) Mempunyai Inisiatif artinya bekerja tanpa
ada yang menyuruh, berani mengambil resiko, cepat merespon (responsive),
dan cepat membaca gejala atau situasi.
2) Melayani artinya orang yang berpikir
tentang orang lain, mampu mendengarkan, mau memahami, pedui, dan berempati.
3) Bernavigasi artinya memiliki keterampilan
membawa gerbong ke tujuan, tahu arah, mampu mengarahkan, memberi semangat,
dan menyatukan tindakan. Memelihara kendaraan (organisasi) untuk sampai ke
tujuan.
4) Tanggungjawab artinya tidak menyalahkan
orang lain, tidak berbelit-belit atau menutupi kesalahan diri.
Tanda-tanda seorang itu
menjadi pemimpin yang hebat (Driver):
1) Sangat tidak puas dengan keadaan
sekarang.
2) Menyukai tantangan dan mengeksplorasi
peluang-peluang baru.
3) Sanggup memecahkan masalah bersama,
menginspirasi pegawai atau orang lain.
4) Berkerja dengan hati, menjaga hubungan
baik dan peduli sesama.
5) Memberikan arahan-arahan, memperbaiki
cara berpikir penumpangnya (passenger).
Seorang pemimpin (driver) harus
memiliki mental “bermain untuk menang” (play to win) dan mampu
menyederhanakan segala sesuatu, seperti kata Eleanor Roosevelt:
“Dengan melangkah, maka
kita akan mendapatlan keberanian, kekuatan dan percaya diri. Setiap langkah
yang kita ambil mengajarkan kita sesuatu yang membuat kita melupakan segala
ancaman dan risiko. Kita harus melangkah dengan berani untuk menaklukkan rasa
khawatir bahwa kita tidak bisa.”
d). Bagaimana upaya yang
dilakukan untuk menjadi seorang driver.
Menggunakan kesempatan
dengan baik dan jelih karena tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin (driver)
sebagai seorang winner, bukan loser. Winner adalah
seorang driver juga harus bisa berpikir sederhana dan mampu
menyederhanakan persoalan di dalam ornganisasi saat ini. Seorang driver
dapat bertransformasi dengan latihan seperti berikut:
1) Melakukan penyederhanaan
(editing), tidak hanya tulisan, tapi juga perkataan, pola pikir, dan proses
bisnis;
2) Untuk
menjadi orang yang lebih bersahabat dimanapun berada;
3) Menjadi
pemimpin yang mudah dimengerti;
4) Menerapkan
ilmu dan pengetahuan sesuai kondisi.
Sifat kreatif, kritis serta
memiliki growth-mindset merupakan cara berpikir yang harus
dimiliki seorang pemimpin besar. Seorang driver harus
memiliki growth-mindset yang bersumber dari pengalaman
hidupnya dan menyukai tantangan-tantangan baru.
"Orang yang meraih
kesuksesan tidak selalu orang yang pintar, tapi orang yang selalu meraih
kesuksesan adalah orang yang gigih dan pantang menyerah. Bagaimana caranya
mewujudkan impian agar sukses, kunci suksesnya adalah komitmen dengan apa yang
kita jalani".
B. Bagaimana melihat level kepemimpinan seseorang pemimpin di
sekitar kita
Di dalam organisasi, ketika jumlah
pegawai semakin banyak maka semakin tinggi kualitas leadership yang
dibutuhkan bagi seorang pemimpin. Selain dituntut untuk meningkatkan skill
leadership, kualitas leadership juga perlu ditingkatkan yang bisa menjadikan
kita lebih bijak dalam mengambil keputusan dan juga membina hubungan dengan
rekan kerja kita. Dengan skill kepemimpinan yang baik, tentu kita juga bisa
mengelola bisnis lebih mudah, karena para
stakeholder mempercayai
kita sepenuhnya sehingga membuat reputasi bisnis kita menjadi lebih baik, maka yang
perlu diperhatikan bagi seorang pemimpin harus mampu, antara lain:
1. Menganalisis kualitas kepemimpinan diri
sendiri artinya mencari tahu tipe pemimpin seperti apa
yang ada di dalam diri kita, melihat diri kita dari sudut pandang
orang lain, menganalisis kualitas kepemimpinan kita dan mengenali area
mana yang perlu ditingkatkan.
2.
Meningkatkan
keterampilan berkomunikasi artinya mampu berdialog secara efektif dan
menjadi pendengar aktif.
3. Memimpin dengan memberi contoh artinya
mempunyai inisiatif, menjadi pribadi yang bertanggung jawab,
meningkatkan kemampuan terus menerus dan mempunyai visi.
4.
Memfasilitasi
kerja sama tim yang baik artinya memberi motivasi kepada orang
lain, menghargai pekerjaan yang dilakukan dengan baik, kooperatif, kompetitif
dengan sehat dan Jadilah orang yang mudah dilihat dan didekati.
Kemudian sampai diposisi manakah level
kepemimpinan kita pada suatu organisasi, cara tepat dalam meningkatkan skill
leadership kita adalah memperoleh kualitas dari skill
leadership atau kepemimpinan yang kuat dapat memberikan kepercayaan
diri dan arah tujuan. Ada banyak situasi di mana kita mungkin ingin mengambil
peran kepemimpinan, seperti mengelola tim atau proyek di tempat kerja kita.
Bagaimana mengembangkan kekuatan skill leadership kita dan
menjadi lebih efektif dalam peran kepemimpinan, dapat kita lihat dalam tahapan
yang dikemukakan seorang pakar kepemimpinan.
Seorang
pakar kepemimpinan John C. Maxwell, membagi tahapan kepemimpinan menjadi lima
level yang harus dilewati oleh seorang pemimpin. Bagaimanakah cara kepemimpinan
seorang pemimpin disekitar kita. Mari kita perhatikan sampai di level manakah
kepemimpinan mereka saat ini?
1. Level Posisi (Position)
Level Ini merupakan level yang terendah dari seorang pemimpin yang
baru saja memulai karir sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan level 1 ini
orang-orang mengikuti atau patuh kepada seorang pemimpin karena keharusan,
tidak ada pilihan. Hal tersebut dikarenakan seseorang memiliki kedudukan atau
posisi sebagai atasan.
Kepemimpinan level 1 adalah posisi yang baik untuk memulai
memimpin, tetapi bukan posisi yang baik untuk menetap. Karena komitmen anggota
tim masih rendah, demikian pula energinya. Seorang pemimpin tidak bisa
membangun organisasi yang hebat dengan kepemimpinan pada level 1 ini. Biasanya
anggota tim akan bekerja hanya sesuai dengan keharusan saja. Pada level
ini sebagai pemimpin tidak bisa membangun dengan motivasi tim yang seadanya
seperti itu.
2. Level Hubungan (Permission)
Level ini muncul ketika kita memiliki hubungan dengan orang-orang
yang kita pimpin artinya mereka mulai menerima kita sebagai pemimpin. Kata kunci di level
ini adalah relasi. Di level ini, orang mengikuti seorang pemimpin karena mereka
menginginkannya, dengan kata lain, mereka memberikan izin kepada seorang untuk
memimpin mereka.
Pada level 2 ini orang-orang mengikuti seorang pemimpin karena
mereka ingin dan menikmatinya. Mereka senang bekerja yang pada tim dan motivasi
tim meningkat secara signifikan dibandingkan dengan level 1. Motivasi memang
sangat berkaitan dengan hubungan baik. Jika seorang pemimpin senang dengan
timnya dan peduli terhadap mereka, maka sinergi antara seorang pemimpin dan tim
berjalan dengan baik. Pemimpin level 2 dapat mendengarkan dengan baik,
melakukan observasi dengan baik dan melayani dengan baik.
3. Level Pencapaian (Production)
Seorang pemimpin harus memberikan hasil, memastikan tim yang kita
pimpin memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan yang ingin diraih adalah
keharusan di level ini. Pemimpin yang baik tahu bagaimana memotivasi
orang-orangnya untuk menyelesaikan pekerjaan atau mencapai target.
Menyelesaikan pekerjaan atau meraih target dan mencapai keberhasilan adalah
inti dari kepemimpinan level 3. Pada level ini, pemimpin yang berhasil
menunjukkan produktivitas dan keberhasilan akan membangun dan memperkuat
pengaruh dan kredibilitas mereka.
Pada level ini juga, pemimpin memperoleh pengaruh dan kepercayaan
karena produktifitas sebagai seorang pemimpin. Berapa dan apa yang telah
dilakukan untuk tim dan organisasi. Berarti seorang pemimpin telah membangun
kredibilitas karena prestasi. Pemimpin level 3 pemimpin menjadi contoh,
memiliki kekuatan momentum, menarik orang terbaik (the law of magnetism) artinya
seorang pemimpin hanya bisa menarik orang-orang yang levelnya sama atau di
bawahnya.
4. Level Mengembangkan Tim (People Development-Reproduction)
Seorang pemimpin sejati adalah seorang yang dapat mengembangkan
orang-orang yang dipimpinnya menjadi individu yang lebih baik. Pemimpin di
level ini harus mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang sukses. Pada level ke
4 ini, orang-orang mengikuti seorang pemimpin karena apa yang telah dilakukan
untuk mereka. Seorang pemimpin mengembangkan tim dan membuat mereka lebih baik
dan lebih sukses.
Seorang pemimpin menjadi besar dan berpengaruh bukan karena
kekuasaan mereka, melainkan karena kemampuan untuk memberdayakan pegawai
mereka. Pemimpin menciptakan pemimpin (Leader Creates Leaders) yang
artinya pemimpin yang berhasil menciptakan pemimpin-pemimpin baru dalam timnya.
Seorang pemimpin telah melahirkan para pemimpin pada level 4 ini, dan level 4
kata kuncinya reproduksi.
5. Level
Kepribadian (Pinnacle – Respect)
Pada Level ini merupakan level tertinggi sekaligus yang paling
menantang. Seorang pemimpin akan mencapai level ini, jika mau menginvestasikan
hidupnya untuk orang-orang lain dalam waktu yang lama akhirnya akan mencapai
level Pinnacle. Pemimpin yang ada di level ini memiliki pengikut
yang menghormati pencapaiannya sebagai seorang individu dan sebagai pemimpin.
Dalam perjalanannya membutuhkan waktu, tenaga, dan komitmen yang solid untuk
bisa sampai level ini. Contoh menjadi sosok terkenal di level ini adalah menjadi
seorang negarawan besar seperti Presiden Ir. Soekarno.
Level terakhir yaitu pinnacle atau puncak. Pemimpin pada level ini
mendapatkan respek karena telah mencapai semua level. Pemimpin pada level ini
mengembangkan pemimpin level 4 yang nantinya akan mengembangkan
pemimpin-pemimpin baru. Orang-orang mengikuti pemimpin pada level ini karena
melihat siapa dia dan apa yang dia telah representasikan selama ini kepada
semua orang, Masyarakat, organisasi maupun bangsa dan negara sebagai pemimpin
bangsa (driver nation).
Seorang pemimpin pada level ini akan membawa kesuksesan ke manapun
mereka pergi. Kebanyakan pemimpin mencapai level ini di akhir kariernya. Pada
level ini, pemimpin harus memiliki rasa syukur dan rendah hati. Selain itu,
pemimpin pada level ini harus menghasilkan pemimpin sebanyak-banyaknya dan dapat
menyelesaikan tantangan yang besar.
Saran bagi diri kita semua baik pegawai
biasa atau level pemimpin harus berani keluar dari zona aman sebagai penumpang (passanger)
yaitu dengan perjuangan, kegigihan, tidak takut ditolak, tidak terpuruk, berani
mengambil tanggung jawab, memiliki tujuan yang jelas untuk mengantarkan diri
menjadi sukses. Berpikirlah diluar kotak, jangan batasi pikiran dan semangat,
sebab pemikiran kita akan membawa masa depan kita sendiri menjadi
pemimpin/pengemudi (driver).
Kesimpulan bahwa mindset adalah
pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan atau kesuksesan seseorang. Dengan
memahami mindset, seseorang dapat mengenali dan memahami diri sendiri.
Untuk itu, sangat penting untuk mengetahui bagaimana mindset mempunyai
andil besar bagi kehidupan kita sehari-hari dalam mengubah mental penumpang
menjadi pemimpin yang baik (good driver).
Kini kembali kepada kita semua, akankah
kita puas dengan keadaan sekarang dan selalu bermental penumpang, padahal kita
bisa mengubah keadaan dengan berani mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu.
Penulis yakin, masih banyak pengemudi-pengemudi handal di sekitar kita ini yang
akan mewarnai dinamika kehidupan dan mampu membuat perubahan untuk diri
sendiri, lingkungan dan negara.
Penulis :
Abd. Choliq, Seksi Kepatuhan Internal, Bidang KIHI Kanwil RSK
Referensi :
1.
https://id.linkedin.com/pulse/perubahan-terbesar-di-mulai-dari-mindset-yusrin-ahmad-tosepu
2.
https://duta.co/5-level-kepemimpinan-tahapan-hingga-mencapai-puncak
3.
https://www.sridianti.com/gaya-hidup/sikap-dan-karakter.html
4.
https://www.jobstreet.co.id/id/career-advice/article/bagaimana-cara-untuk-mengubah-karier-anda
6.
https://majoo.id/solusi/detail/vuca-adalah