Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN Riau, Sumatera Barat dan Kepulauan Riau > Artikel
Mengubah Mental Passenger Menjadi Driver
Junaedi Seto Saputro
Jum'at, 01 September 2023   |   1195 kali

Melakukan sebuah perubahan harus dimulai dari perubahan mindset, sikap dan karakter merupakan langkah awal untuk melakukan perubahan diri seorang pegawai. Maka pentingnya mengubah mental passenger menjadi driver, kita tidak hanya sekedar tahu apa itu penumpang (passenger) melainkan dengan perubahan mindset, sikap dan karakter untuk bisa menjadi seorang pengemudi (driver).

 

Mindset adalah sebuah pola pikir seseorang dalam memandang sebuah permasalahan yang ada. Mindset merupakan suatu keadaan atau cara pandang mental seseorang yang memiliki pengaruh terhadap pendekatan seseorang dalam menghadapi suatu fenomena yang ada. Sedangkan sikap dan karakter merupakan dua kata yang tampak serupa dalam arti tetapi sebenarnya ada perbedaan di antara keduanya. Sikap adalah pendapat atau metode yang digunakan seseorang untuk mendekati situasi tertentu. Karakter di sisi lain membuat seseorang melakukan hal tertentu bahkan jika dunia sedang menonton. Karakter adalah inti dari manusia tertentu.

 

Sifat buruk yang membentuk karakter buruk meliputi kepalsuan, keserakahan, nafsu, ketidakjujuran, ketidaksopanan dan sejenisnya. Salah satu perbedaan terbesar antara karakter dan sikap adalah karakter tidak dapat berubah dalam waktu singkat, sedangkan sikap dapat berubah dalam waktu singkat.

 

Setiap manusia mempunyai kesempatan untuk melakukan perubahan diri menjadi yang terbaik, hak untuk hidup adalah hak asasi yang paling mendasar bagi diri setiap manusia. Sifat keberadaan hak ini tidak dapat ditawar lagi (non derogable rights). Hak untuk hidup mungkin merupakan hak yang memiliki nilai paling mendasar dari peradaban modern. Dalam analisis yang bersifat final, jika tidak ada hak untuk hidup maka tidak akan ada pokok persoalan dalam hak asasi manusia lainnya. Inilah bukti bahwa manusia memiliki persamaan hak di hadapan Allah SWT. Memang sejak dilahirkan, manusia diberikan “kendaraan” yang kita sebut “self”. Hanya dengan self-driving, manusia bisa mengembangkan semua potensinya dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.

 

Kemudian, persamaan kedudukan warga negara dalam aspek hukum dijelaskan dalam pasal 27 UUD 1945. Di dalamnya disebutkan, negara menjamin warganya tanpa mendiskriminasi ras, agama, gender, budaya, suku, dan golongan. Melalui hal tersebut juga diharapkan akan ada kesadaran hukum di seluruh level masyarakat, tatanan hukum yang baik dan benar, peradilan yang adil, efektif, efisien, serta menghargai HAM.

 

Tentunya setiap manusia ingin melakukan perubahan yang lebih untuk masa kedepannya, banyak orang bermimpi mengubah kariernya tetapi tidak yakin cara untuk melakukannya. Apakah kita membenci pekerjaaan yang sedang kita jalani atau memimpikan jam kerja yang lebih fleksibel, mengubah karier sangat memungkinkan dengan proses pencarian jati diri, perencanaan yang matang dan menjalankan pekerjaan secara fokus. Memang sedikit menakutkan dan beresiko untuk mengubah karier, akan tetapi keuntungan yang kita dapatkan dari menikmati pekerjaan yang kita jalani sungguh sepadan dengan resikonya.  

 

Buku Self Driving karya Rhenald Kasali memberikan semangat menuju keperubahan yang lebih baik. Buku bestseller ini sangat menarik perhatian orang yang sedang berjalan-jalan ke toko buku. Ada tiga alasan kuat untuk membeli buku ini. Pertama, buku ini jadi referensi banyak orang yang bermimpi menjadi pemimpin yang tangkas, penulisnya cukup terkenal, serta karena kajian dalam buku tersebut tampak menarik. Sesuai judulnya, buku ini berisi tentang pilihan menjadi manusia sebagai pemimpin. Pilihannya ada dua, sebagai driver (pengemudi) atau passenger (penumpang).

 

Driver ialah seorang pemimpin yang yang dalam perjalanannya bisa saja salah, atau membentur kendaraan lain. Kalau ada kecelakaan, dialah yang bertanggung jawab, bukan penumpang. Sedangkan passenger, seorang pemimpin yang diibaratkan penumpang yang dalam perjalanan menuju sebuah tempat. Dia boleh mengantuk, tertidur, terdiam, bahkan tak perlu tahu arah, serta tak perlu banting tulang untuk menjaga mobilnya.  Dari istilah itu, Renald memadankan kata driver dengan winner (orang yang sukses), dan passenger dengan loser (orang yang gagal).

 

Winner menurut Rhenald, merupakan orang yang terlihat penuh semangat, tak mudah putus asa, tidak mengeluh dan tak banyak komplain. Sementara, loser dianggap sebagai orang mudah menyerah, menganggap semuanya susah, menyalahkan orang lain dan sering bertindak tidak terarah/ngawur. Dari sinilah, pembaca disajikan banyak hal terkait perbedaan antara driver dan passenger. Renald juga membedah istilah lain, seperti bad driver (pengemudi yang buruk), dan good passenger (penumpang yang baik). Semuanya disajikan dengan motivasi-motivasi berupa cuplikan tulisan dari empunya buku di koran-koran nasional, baik yang bermuatan ilmu, maupun rangkuman profil dari orang-orang yang sukses menjadikan dirinya pemimpin bagi perusahaan hingga negara. Bahasa yang ditulis dalam buku ini pun mudah dimengerti semua orang.

 

Bagi kita yang ditengah jalan mulai merasakan hidup yang cenderung biasa-biasa saja, maka perlu membaca saja Self Driving, siapa tahu kita habis membaca, mental kita yang dulunya seorang passanger, kemudian berubah menjadi seorang driver. Berikut sebuah pandangan dari Rhenald Kasali yang menarik untuk direnungi: “Berdasarkan pengamatan saya, salah satu persoalan berat yang dihadapi bangsa ini dalam menghadapi perubahan adalah rendahnya kemampuan kita untuk keluar dari comfort zone (zona nyaman).”

 

Manusia yang masih bermental passenger, yang hanya menjadi pengikut, bukan penggerak adalah orang yang cenderung pasif dan tidak memiliki inisiatif, bahkan kadang menjadi beban bagi orang lain. Untuk mewujudkan sebuah perubahan besar di masyarakat khusunya didalam organisasi, perlu diawali dari perubahan mental orang-orang di dalamnya, dari bad passenger menjadi good-passenger kemudian dari good passenger menjadi driver. Pada akhirnya seseorang dapat mencapai level kepemimpinan bagi dirinya sendiri atau untuk memimpin orang lain. Penulis mencoba menjelaskan: A. Bagaimana mengubah seseorang yang bermental penumpang menjadi pengemudi? Dan B.  Bagaimana melihat level kepemimpinan seseorang pemimpin di sekitar kita?. Mari kita simak perlahan-perlahan penjelasan penulis dibawah ini:

 

A. Bagaimana mengubah seseoarang yang bermental penumpang menjadi pengemudi

Kemudian bagaimana merubah orang-orang yang bermental penumpang menjadi seorang yang bermental pengemudi. Driver adalah orang-orang yang tidak hanya memiliki kompetensi yang mumpuni tetapi juga gesit, aktif, dan selalu berani mengambil inisiatif serta melakukan perubahan yang berarti. Biasanya dalam perjalanan dari passenger menuju ke driver, ada benang merahnya antara lain: mereka berani mengeksplorasi diri, bukan exploit (eksploitasi), mereka tidak berteori, tetapi bertindak, mereka diremehkan, disalah-salahkan orang sekitarnya, dan mereka tidak pernah berhenti melakukan yang terbaik untuk menjadi driver.

 

Pemimpin yang hebat adalah seseorang yang mampu membawa perubahan besar yang positif bagi bangsa (driver nation) yang dihasilkan oleh pribadi-pribadi yang disebut driver, karena mereka menyadari sebagai mandataris atau amanah dari rakyat untuk melakukan perubahan.  

a). Kenapa seorang passenger harus berubah menjadi driver

Seorang dengan status passenger sebetulnya mereka berada pada zona aman namun kalau tidak mau melakukan ekplorasi dirinya, biasanya sedikit ada goncangan bila tidak mengikuti perubahan baik dari dalam maupun luar organisasi. Manusia bisa mengembangkan semua potensinya dan mencapai sesuatu yang tak pernah terbayangkan hanya dengan mengembangkan self-driving. Sedangkan mentalitas passenger yang ada ini harus keluar dari perangkap 'passenger' bisa berubah lebih baik tidak sekedar menjadi penumpang.


Keinginan seorang pegawai (passenger) ingin melakukan perubahan menjadi pemimpin (driver) harus bisa menghilangkan ketergantungan dan mau belajar hal-hal baru sebagai langkah awal menjadi seorang driver. Kita sudah diberikan mandat kehidupan oleh Tuhan Sang Pencipta dan juga dibekali dengan “kendaraan” istimewa, yaitu diri kita sendiri. Kitapun bebas menentukan mau menjadi seorang passenger atau driver?

 

Menjadi seorang passenger, boleh mengantuk dan tidur, serta tidak ada tanggung jawab dan juga risiko. Sementara jika kita memutuskan untuk menjadi seorang driver maka kita harus berani mengambil risiko dan bertanggung jawab atas keselamatan semua penumpangnya atau di dalam organisasi atas keselamatan para pegawainya.

 

Perlu diketahui bahwa sebuah perubahan tidak diciptakan oleh orang-orang bermental passenger melainkan oleh orang-orang bermental driver. Perubahan bisa dimulai dari mana saja dan kemudian berlanjut di kantor sebagai sebuah organisasi, untuk membentuk manusia bermental driver semacam ini. Jangan terpaku pada ajaran untuk sekedar “tahu”, melainkan harus “bisa” untuk melakukan, bukan tidak mau berpikir dan hanya mahir dalam memindahkan informasi dari buku ke dalam otak.   Tentu harus diubah dari mindset penumpang (passenger) agar dapat menghasilkan orang-orang yang bisa menjadi aktor perubahan (driver).

 

Orang-orang yang ingin berubah dari mental penumpang (passenger) menjadi pemimpin  atau pengemudi (driver) harus melakukan dengan cara-cara disiplin diri sebagai berikut: Menentukan sasaran yang ingin dicapai serta mempelajari aturan-aturan, Berusaha keras dan bertanggung jawab, Mengatur waktu pekerjaan (deadline), Disiplin sebagai gaya hidup, Menerapkan manajemen 3D (Do it, Delegate it or Dump it!) artinya kerjakan, delegasikan atau tolak bila tidak mampu untuk melaksanakan.

 

b). Langkah awal mengubah seseorang yang bermental passenger menjadi driver

Bagaimana Langkah awal untuk mengubah dari mental passenger menjadi driver. Menjadi passenger adalah mereka yang sudah merasa puas dengan keadaan, tidak menyukai tantangan, takut menghadapi masalah dan takut melakukan kesalahan. Sedangkan menjadi driver artinya harus cekatan dalam bertindak, berani dalam mengambil keputusan, mengukur risiko, berpikir lebih keras, dan melatih ketahanan diri lebih kuat daripada (passenger) kebanyakan orang.

  

Kemudian apa aksi kita merubah dari passenger menjadi driver? Banyak cara yang dapat dilakukan oleh seorang yang ingin bertransformasi menjadi seorang pemimpin (driver), yaitu dengan melatih diri menghadapi resiko dan tidak membuang waktu, melatih diri serta melatih persepsi kita, karena persepsi dibentuk oleh kebiasaan dan latihan yang akhirnya membentuk kebiasaan. Ada beberapa tahap awal untuk mengubah mental penumpang menjadi pemimpin, sebagai berikut: menghilangkan ketergantungan, belajar dengan hal-hal baru; dan keluar dari zona nyaman.

 

Kemudian apa saja tanda-tanda seorang itu passenger, antara lain: Merasa sudah puas dengan keadaan sekarang, Tidak menyukai tantangan, Menyerahkan masalah kepada orang lain, Menunggu perintah, Takut menghadapai masalah, Sangat mencintai jabatan, Dikendalikan oleh autopilot, Membanggakan apa yang telah dicapai, dan Organisasi sebagai alat untuk menumpang hidup

 

Dalam melakukan perubahan dan membentuk manusia bermental driver, ada yang berpendapat sistem pendidikan perlu diubah. Sebagai orang tua harus memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk memilih hidupnya sendiri untuk mencoba hal-hal baru meskipun berisiko dan juga membiarkan mereka untuk tumbuh dan berkembang tanpa kehawatiran dan keterlibatan yang terlalu jauh.  Perubahan menuntut manusia untuk selalu berpikir dan belajar.

 

Untuk menghadapi perubahan manusia harus berpikir yang hanya dimiliki oleh seseorang yang memiliki mental driver. Dengan mental driver seseorang tidak hanya akan mengubah dirinya sendiri, melainkan juga dapat mengubah orang lain, organisasi dan juga masyarakat di sekitarnya.

 

c). Karakter yang harus dimiliki oleh seorang pengemudi (driver) 

Mengubah good-passenger menjadi driver diperlukan latihan untuk keluar dari zona nyaman juga sehinga bisa menjadi good-driver. Pada perubahan yang dikelolanya memberi gambaran betapa pentingnya keluar dari zona nyaman dan berpikir ‘out of the box’, artinya seseorang yang mampu berpikir melampaui batasan diri sehingga menghasilkan ide yang baru dan tidak terpikirkan orang lain sebelumnya, sudah sewajarnya seorang pemimpin itu harus good-driver.

 

Kemudian apa itu good-driverGood-driver adalah seorang pemimpin yang menjadi inisiator tokoh perubahan dan mampu menjadi panutan bagi semua orang atau para pegawai yang ada di dalam organisasi maupun perusahaan. Bagaimanakah melatih seseorang menjadi Good-driver? Salah satu cara untuk menjadi Good-driver adalah memberikan keterampilan juga pelatihan-pelatihan cara berpikir kritis dan kreatif agar dapat membaca peluang dan mampu bertahan sesuai pekembangan zaman dan mampu menghadapi kondisi VUCA. VUCA adalah singkatan dari volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity. Di dalam bahasa Indonesia dan mengacu pada dunia bisnis, arti VUCA merupakan situasi atau kondisi lingkungan bisnis yang tengah mengalami gejolak atau volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, serta ambiguitas.

 

Seorang driver harus memiliki kedisiplinan diri dan berani mengambil risiko serta penuh tanggung jawab. Supaya menjadi good-driver, membiasakan diri dengan beberapa latihan hal ini sebagai berikut: self discipline, berani menghadapi risiko, play to winthe power of simplicity, creative thinking dan critical thinking.

  

Prinsip bagi seorang pemimpin (driver) diantaranya:

1)    Mempunyai Inisiatif artinya bekerja tanpa ada yang menyuruh, berani mengambil resiko, cepat merespon (responsive), dan cepat membaca gejala atau situasi.

2)    Melayani artinya orang yang berpikir tentang orang lain, mampu mendengarkan, mau memahami, pedui, dan berempati.

3)    Bernavigasi artinya memiliki keterampilan membawa gerbong ke tujuan, tahu arah, mampu mengarahkan, memberi semangat, dan menyatukan tindakan. Memelihara kendaraan (organisasi) untuk sampai ke tujuan.

4)    Tanggungjawab artinya tidak menyalahkan orang lain, tidak berbelit-belit atau menutupi kesalahan diri.

Tanda-tanda seorang itu menjadi pemimpin yang hebat (Driver):

1)    Sangat tidak puas dengan keadaan sekarang.

2)    Menyukai tantangan dan mengeksplorasi peluang-peluang baru.

3)    Sanggup memecahkan masalah bersama, menginspirasi pegawai atau orang lain.

4)    Berkerja dengan hati, menjaga hubungan baik dan peduli sesama.

5)    Memberikan arahan-arahan, memperbaiki cara berpikir penumpangnya (passenger).

 

Seorang pemimpin (driver) harus memiliki mental “bermain untuk menang” (play to win) dan mampu menyederhanakan segala sesuatu, seperti kata  Eleanor Roosevelt:

 

“Dengan melangkah, maka kita akan mendapatlan keberanian, kekuatan dan percaya diri. Setiap langkah yang kita ambil mengajarkan kita sesuatu yang membuat kita melupakan segala ancaman dan risiko. Kita harus melangkah dengan berani untuk menaklukkan rasa khawatir bahwa kita tidak bisa.”  

 

d). Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menjadi seorang driver.

Menggunakan kesempatan dengan baik dan jelih karena tidak mudah untuk menjadi seorang pemimpin (driver) sebagai seorang winner, bukan loser.  Winner adalah seorang driver juga harus bisa berpikir sederhana dan mampu menyederhanakan persoalan di dalam ornganisasi saat ini. Seorang driver dapat bertransformasi dengan latihan seperti berikut:

1)    Melakukan penyederhanaan (editing), tidak hanya tulisan, tapi juga perkataan, pola pikir, dan proses bisnis;

2)    Untuk menjadi orang yang lebih bersahabat dimanapun berada;

3)    Menjadi pemimpin yang mudah dimengerti;

4)    Menerapkan ilmu dan pengetahuan sesuai kondisi.

   

Sifat kreatif, kritis serta memiliki growth-mindset merupakan cara berpikir yang harus dimiliki seorang pemimpin besar. Seorang driver harus memiliki growth-mindset yang bersumber dari pengalaman hidupnya dan menyukai tantangan-tantangan baru.

 

"Orang yang meraih kesuksesan tidak selalu orang yang pintar, tapi orang yang selalu meraih kesuksesan adalah orang yang gigih dan pantang menyerah. Bagaimana caranya mewujudkan impian agar sukses, kunci suksesnya adalah komitmen dengan apa yang kita jalani". 

 

B. Bagaimana melihat level kepemimpinan seseorang pemimpin di sekitar kita

 

Di dalam organisasi, ketika jumlah pegawai semakin banyak maka semakin tinggi kualitas leadership yang dibutuhkan bagi seorang pemimpin. Selain dituntut untuk meningkatkan skill leadership, kualitas leadership juga perlu ditingkatkan yang bisa menjadikan kita lebih bijak dalam mengambil keputusan dan juga membina hubungan dengan rekan kerja kita. Dengan skill kepemimpinan yang baik, tentu kita juga bisa mengelola bisnis lebih mudah, karena para stakeholder mempercayai kita sepenuhnya sehingga membuat reputasi bisnis kita menjadi lebih baik, maka yang perlu diperhatikan bagi seorang pemimpin harus mampu, antara lain:

1.    Menganalisis kualitas kepemimpinan diri sendiri artinya mencari tahu tipe pemimpin seperti apa yang ada di dalam diri kita, melihat diri kita dari sudut pandang orang lain, menganalisis kualitas kepemimpinan kita dan mengenali area mana yang perlu ditingkatkan. 

2.    Meningkatkan keterampilan berkomunikasi artinya mampu berdialog secara efektif dan menjadi pendengar aktif. 

3.    Memimpin dengan memberi contoh artinya mempunyai inisiatif, menjadi pribadi yang bertanggung jawab, meningkatkan kemampuan terus menerus dan mempunyai visi. 

4.    Memfasilitasi kerja sama tim yang baik artinya memberi motivasi kepada orang lain, menghargai pekerjaan yang dilakukan dengan baik, kooperatif, kompetitif dengan sehat dan Jadilah orang yang mudah dilihat dan didekati. 

 

Kemudian sampai diposisi manakah level kepemimpinan kita pada suatu organisasi, cara tepat dalam meningkatkan skill leadership kita adalah memperoleh kualitas dari skill leadership atau kepemimpinan yang kuat dapat memberikan kepercayaan diri dan arah tujuan. Ada banyak situasi di mana kita mungkin ingin mengambil peran kepemimpinan, seperti mengelola tim atau proyek di tempat kerja kita. Bagaimana mengembangkan kekuatan skill leadership kita dan menjadi lebih efektif dalam peran kepemimpinan, dapat kita lihat dalam tahapan yang dikemukakan seorang pakar kepemimpinan.

 

Seorang pakar kepemimpinan John C. Maxwell, membagi tahapan kepemimpinan menjadi lima level yang harus dilewati oleh seorang pemimpin. Bagaimanakah cara kepemimpinan seorang pemimpin disekitar kita. Mari kita perhatikan sampai di level manakah kepemimpinan mereka saat ini?

 

1.    Level Posisi (Position)

Level Ini merupakan level yang terendah dari seorang pemimpin yang baru saja memulai karir sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan level 1 ini orang-orang mengikuti atau patuh kepada seorang pemimpin karena keharusan, tidak ada pilihan. Hal tersebut dikarenakan seseorang memiliki kedudukan atau posisi sebagai atasan.

 

Kepemimpinan level 1 adalah posisi yang baik untuk memulai memimpin, tetapi bukan posisi yang baik untuk menetap. Karena komitmen anggota tim masih rendah, demikian pula energinya. Seorang pemimpin tidak bisa membangun organisasi yang hebat dengan kepemimpinan pada level 1 ini. Biasanya anggota tim akan bekerja hanya sesuai dengan keharusan saja.  Pada level ini sebagai pemimpin tidak bisa membangun dengan motivasi tim yang seadanya seperti itu.

 

2.    Level Hubungan (Permission

Level ini muncul ketika kita memiliki hubungan dengan orang-orang yang kita pimpin artinya mereka mulai menerima kita sebagai pemimpin. Kata kunci di level ini adalah relasi. Di level ini, orang mengikuti seorang pemimpin karena mereka menginginkannya, dengan kata lain, mereka memberikan izin kepada seorang untuk memimpin mereka.  

 

Pada level 2 ini orang-orang mengikuti seorang pemimpin karena mereka ingin dan menikmatinya. Mereka senang bekerja yang pada tim dan motivasi tim meningkat secara signifikan dibandingkan dengan level 1. Motivasi memang sangat berkaitan dengan hubungan baik. Jika seorang pemimpin senang dengan timnya dan peduli terhadap mereka, maka sinergi antara seorang pemimpin dan tim berjalan dengan baik. Pemimpin level 2 dapat mendengarkan dengan baik, melakukan observasi dengan baik dan melayani dengan baik.  

 

3.    Level Pencapaian (Production

Seorang pemimpin harus memberikan hasil, memastikan tim yang kita pimpin memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan yang ingin diraih adalah keharusan di level ini. Pemimpin yang baik tahu bagaimana memotivasi orang-orangnya untuk menyelesaikan pekerjaan atau mencapai target. Menyelesaikan pekerjaan atau meraih target dan mencapai keberhasilan adalah inti dari kepemimpinan level 3. Pada level ini, pemimpin yang berhasil menunjukkan produktivitas dan keberhasilan akan membangun dan memperkuat pengaruh dan kredibilitas mereka. 

 

Pada level ini juga, pemimpin memperoleh pengaruh dan kepercayaan karena produktifitas sebagai seorang pemimpin. Berapa dan apa yang telah dilakukan untuk tim dan organisasi. Berarti seorang pemimpin telah membangun kredibilitas karena prestasi. Pemimpin level 3 pemimpin menjadi contoh, memiliki kekuatan momentum, menarik orang terbaik (the law of magnetism) artinya seorang pemimpin hanya bisa menarik orang-orang yang levelnya sama atau di bawahnya.

 

4.  Level Mengembangkan Tim (People Development-Reproduction

Seorang pemimpin sejati adalah seorang yang dapat mengembangkan orang-orang yang dipimpinnya menjadi individu yang lebih baik. Pemimpin di level ini harus mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang sukses. Pada level ke 4 ini, orang-orang mengikuti seorang pemimpin karena apa yang telah dilakukan untuk mereka. Seorang pemimpin mengembangkan tim dan membuat mereka lebih baik dan lebih sukses.

 

Seorang pemimpin menjadi besar dan berpengaruh bukan karena kekuasaan mereka, melainkan karena kemampuan untuk memberdayakan pegawai mereka. Pemimpin menciptakan pemimpin (Leader Creates Leaders) yang artinya pemimpin yang berhasil menciptakan pemimpin-pemimpin baru dalam timnya. Seorang pemimpin telah melahirkan para pemimpin pada level 4 ini, dan level 4 kata kuncinya reproduksi.

 

5.    Level Kepribadian (Pinnacle – Respect)

Pada Level ini merupakan level tertinggi sekaligus yang paling menantang. Seorang pemimpin akan mencapai level ini, jika mau menginvestasikan hidupnya untuk orang-orang lain dalam waktu yang lama akhirnya akan mencapai level Pinnacle. Pemimpin yang ada di level ini memiliki pengikut yang menghormati pencapaiannya sebagai seorang individu dan sebagai pemimpin. Dalam perjalanannya membutuhkan waktu, tenaga, dan komitmen yang solid untuk bisa sampai level ini. Contoh menjadi sosok terkenal di level ini adalah menjadi seorang negarawan besar seperti Presiden Ir. Soekarno.

 

Level terakhir yaitu pinnacle atau puncak. Pemimpin pada level ini mendapatkan respek karena telah mencapai semua level. Pemimpin pada level ini mengembangkan pemimpin level 4 yang nantinya akan mengembangkan pemimpin-pemimpin baru. Orang-orang mengikuti pemimpin pada level ini karena melihat siapa dia dan apa yang dia telah representasikan selama ini kepada semua orang, Masyarakat, organisasi maupun bangsa dan negara sebagai pemimpin bangsa (driver nation).

 

Seorang pemimpin pada level ini akan membawa kesuksesan ke manapun mereka pergi. Kebanyakan pemimpin mencapai level ini di akhir kariernya. Pada level ini, pemimpin harus memiliki rasa syukur dan rendah hati. Selain itu, pemimpin pada level ini harus menghasilkan pemimpin sebanyak-banyaknya dan dapat menyelesaikan tantangan yang besar.

 

Saran bagi diri kita semua baik pegawai biasa atau level pemimpin harus berani keluar dari zona aman sebagai penumpang (passanger) yaitu dengan perjuangan, kegigihan, tidak takut ditolak, tidak terpuruk, berani mengambil tanggung jawab, memiliki tujuan yang jelas untuk mengantarkan diri menjadi sukses. Berpikirlah diluar kotak, jangan batasi pikiran dan semangat, sebab pemikiran kita akan membawa masa depan kita sendiri menjadi pemimpin/pengemudi (driver).

 

Kesimpulan bahwa mindset adalah pola pikir yang dapat menentukan keberhasilan atau kesuksesan seseorang. Dengan memahami mindset, seseorang dapat mengenali dan memahami diri sendiri. Untuk itu, sangat penting untuk mengetahui bagaimana mindset mempunyai andil besar bagi kehidupan kita sehari-hari dalam mengubah mental penumpang menjadi pemimpin yang baik (good driver).

 

Kini kembali kepada kita semua, akankah kita puas dengan keadaan sekarang dan selalu bermental penumpang, padahal kita bisa mengubah keadaan dengan berani mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu. Penulis yakin, masih banyak pengemudi-pengemudi handal di sekitar kita ini yang akan mewarnai dinamika kehidupan dan mampu membuat perubahan untuk diri sendiri, lingkungan dan negara. 

Penulis            : Abd. Choliq, Seksi Kepatuhan Internal, Bidang KIHI Kanwil RSK

Referensi          :

1.       https://id.linkedin.com/pulse/perubahan-terbesar-di-mulai-dari-mindset-yusrin-ahmad-tosepu

2.       https://duta.co/5-level-kepemimpinan-tahapan-hingga-mencapai-puncak

3.       https://www.sridianti.com/gaya-hidup/sikap-dan-karakter.html

4.       https://www.jobstreet.co.id/id/career-advice/article/bagaimana-cara-untuk-mengubah-karier-anda

5.       https://voi.id/lifestyle/1806/resensi-buku-i-self-driving-i-mengenal-istilah-i-driver-passanger-i-ala-rhenald-kasali

6.       https://majoo.id/solusi/detail/vuca-adalah

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini