Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN Riau, Sumatera Barat dan Kepulauan Riau > Artikel
Mengapa Terjebak Gaya Hidup Hedonisme
Junaedi Seto Saputro
Senin, 12 Juni 2023   |   110713 kali

Jangan lupa sahabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) khususnya Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) bahwa faktor pendorong perilaku korupsi di Indonesia sangat beragam. Salah satunya adalah gaya hidup bermewah-mewahan yang mengacu pada kesenangan material. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa korupsi merupakan salah satu dampak yang diakibatkan dari gaya hidup hedonisme. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh para pelaku koruptor.

Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi yang memiliki pengaruh besar terhadap globalisasi dan dampak budaya negatif tanpa kita sadari. Tentunya, adanya globalisasi dan modernisasi berpengaruh terhadap negara-negara di dunia termasuk negara Indonesia. Masyarakat tidak terasa pula pelan-pelan atau secara langsung terbawah dengan gaya hidup hedonisme merupakan gaya hidup yang tidak baik dan serba mewah. Sebenarnya, banyak orang yang mengetahui hedonisme namun tidak menyadari telah masuk dalam perangkap gaya hidup ini.

Semua orang di seluruh dunia dapat terhubung melalui jaringan internet dan pertukaran informasi antarnegara yang sangat jauh bisa didapatkan dalam waktu real time. Namun kemudahan komunikasi membawa manusia pada globalisasi dan modernisasi. Tidak bisa menolak kenyataan bahwa kemajuan teknologi dan perkembangan waktu telah membawa perubahan dalam penggunaan segala sesuatu termasuk uang, sehingga masyarakat tertarik dan fokus pada kemewahan hidup hedonisme yang dianggap terpenuhi agar kehadirannya diakui di masyarakat.

Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer dimana pada waktu yang sama mempunyai pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling bergantung satu sama lain. Bisa dibilang bahwa globalisasi membawa perspektif baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini menjadi realita dan sangat mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru.

Penulis mencoba menjelaskan bagaimana cara mengatasi gaya hidup hedonisme? Lantas, bagaimana agama harus hadir dalam hal ini? Jika kita menolak masuknya globalisasi dan modernisasi tentunya adanya pengaruh budaya baru, sama artinya dengan kita mengucilkan diri sendiri dari perkembangan zaman atau kancah internasional namun sebagai masyarakat Indonesia dengan budaya ketimurannya mempunyai budaya sendiri yang sesuai dengan perilaku masyarakat Indonesia sebagai filter mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jika kita tidak siap mengantisipasi dan menyaring arus globaliasasi dan modernisasi tersebut, maka akan berdampak negatif bagi kita sendiri. Salah satunya yaitu gaya hidup yang bersifat hedonisme yang terus berubah setiap saat.

Hedonisme merupakan sebuah pandangan hidup yang menyatakan kesenangan untuk menikmati segalanya adalah tujuan hidup manusia di dunia ini. Kondisi hedonisme banyak ditemukan dilingkungan masyarakat bukan hanya pada pelajar, dan anak-anak muda atau mahasiswa, nampaknya sudah menjangkiti di semua lapisan atau menyeluruh dalam berbagai kalangan masyarakat. Awalnya gaya hidup ini hanya dilakukan oleh kebanyakan dari orang-orang berduit yang selalu memperhatikan penampilan luar dan menikmati hidup ini sesuai dengan keinginannya atau mengikuti tren yanga ada.  Selanjutnya gaya hidup ini dirasa kurang baik, meski tampak mewah dan menyenangkan, nyatanya dampak hedonisme tidak selalu positif. Budaya hedonisme saat ini marak terjadi di Indonesia dan menjangkit semua kalangan.

Kita tahu gaya hidup setiap orang memang berbeda-beda, ada yang memiliki gaya hidup sederhana karena lebih nyaman dengan kesederhanaan namun ada pula yang lebih menyukai gaya hidup yang mewah.  Ada dua gaya hidup yang familiar, yaitu gaya hidup minimalis dan gaya hidup hedonisme. Gaya hidup minimalis sesuai dengan namanya, seseorang memilih dan lebih nyaman dengan hidup tidak berlebihan dan memanfaatkan barang yang sudah ada dengan maksimal. Biasanya, orang yang memiliki gaya hidup minimalis cenderung tidak membeli barang yang tidak sesuai kebutuhannya. Sebaliknya, gaya hidup hedonisme merupakan gaya hidup ketika seseorang membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ia perlukan atau tidak dapat digunakan dengan maksimal atau melakukan pemborosan waktu dan uang.

Menurut KBBI Hedonisme adalah pandangan yang menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup seseorang. Gaya hidup hedonisme adalah suatu dorongan individu untuk berperilaku dengan memegang prinsip kesenangan (Benthem dalam Faqih, 2003).

Menurut Collin Gem, hedonisme merupakan sebuah doktrin yang menyampaikan bahwa kesenangan adalah hal yang paling penting di dalam hidup.  Hedonisme adalah istilah berasal dari bahasa Yunani "Hedone" berarti kesenangan. Pengertian hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas.

 

Tokoh-tokoh pelopor hedonisme

Beberapa tokoh yang menjadi pelopor paham hedonisme berasal dari Yunani. Diawali oleh Sokrates yang menanyakan, “Apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir hidup manusia?”. Pertanyaan ini kemungkinan besar ditanyakan pula oleh sebagian besar masyarakat dunia atau masyarakat Indonesia sekarang, ini? Dua tokoh ini menjawab pertanyaan Sokrates tersebut melalui pengertian hedonisme berikut ini.

1.    Aristippus, menjawab pertanyaan Sokrates tersebut dengan memaparkan bahwa tujuan hidup alami manusia adalah kesenangan. Apabila manusia tidak bisa mencapainya, maka akan mencari sesuatu yang lain lagi.

2.    Epikuros, sementara itu Epikuros memaparkan pengertian hedonisme yang lebih luas. Epikuros tidak hanya menyebutkan kesenangan badani saja, tetapi rohani juga. Dalam hal itu adalah jiwa yang terbebas dari keresahan dalam pengertian kesenangan jasmani dan rohani.

 

A.   Bagaimana Cara Mengatasi Gaya Hidup Hedonisme

Untuk mengatasi atau menundukan gaya hidup hedonisme ini dibutuhkan waktu untuk berpikir dan mendifinisikan ulang tujuan hidup kita masing-masing. Berfokus pada sesuatu yang prioritas dan bermakna dalam hidup yang lebih bahagia, Adapun hal-hal yang perlu diatasi antara lain;

a)    Membiasakan untuk menemukan kebahagiaan dalam hal sederhana dengan melakukan hal-hal yang positif.

b)    Bersyukur apa yang telah dimiliki, kebahagiaan tidak datang hanya berupa materi atau uang yang banyak, melainkan dari hati yang paling dalam dan bersyukur saat menjalani kehidupan.

c)    Menentukan yang priotitas, memilih sesuatu mana untuk kesenangan dan mana untuk kebutuhan mendesak.

d)    Meninggalkan kegiatan tidak bermanfaat karena tidak semua kegiatan yang kita lakukan itu memberi manfaat.

e)    Pertemanan, lingkungan perteman menjadi salah satu faktor dalam membentuk kepribadiaan seseorang dan gaya hidupnya. Jika lingkup pertemanan saat ini mendorong untuk menjadi pribadi yang suka hura-hura, sebaiknya secepatnya mengubah lingkup pertemanan. Selektif saat memilih lingkaran pertemanan. Hindari circle yang mendorong kita untuk mengedepankan gaya hidup mewah.

f)     Mengubah mindset konsumtif jadi produktif, Kita harus memiliki pola pikir memandang sesuatu berdasarkan produktivitasnya dengan mempertimbangkan keuntungan di masa sekarang dan masa mendatang.

 
1. Faktor Penyebab Hedonisme

Adapun faktor-faktor penyebab hedonisme dapat dikelompokkan menjadi dua bagian.  Perlu kita sadari bahwa gaya hidup hedonisme tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang mendorong seseorang menjadi penganut paham hedonisme, baik itu faktor dari dalam diri sendiri “internal” ataupun dari luar “eksternal”.

a)    Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang didasarkan pada keyakinan diri sendiri untuk bergaya hidup sesuai keinginannya, hal ini penyebab hedonisme yang paling utama. Sudah menjadi sifat dasar manusia ingin memiliki kesenangan dengan bekerja seringan mungkin, pada umumnya berperilaku berbelanja secara boros dengan membeli apa yang diinginkan. Sifat dasar yang lain adalah rasa tidak puas manusia yang tidak berujung. Hal inilah yang kemudian menjadikan manusia sebagai makhluk yang serakah dan cenderung materialistik. Kecenderungan inilah, yang apabila tidak dikendalikan dengan baik akan menyebabkan perilaku konsumerisme, yang berujung kemudian kepada hedonisme.

b)    Faktor Eksternal

Pengaruh dari lingkungan secara langsung atau tidak langsung bisa menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup hedonisme. Faktor penyebab hedonisme dari luar yang paling utama ialah arus informasi dari luar yang sangat besar atau globalisasi. Kebiasaan-kebiasaan dan paham orang dari luar negeri atau budaya asing yang dianggap bisa membuat senang kemudian diadaptasi tanpa difilter lebih dahulu oleh masyarakat Indonesia. Adapun faktor eksternal yang lain menjadi penyebab hedonisme yang paling utama adalah arus westernisasi atau globalisasi informasi. Media menyebabkan arus informasi mengalir begitu derasnya, informasi yang ada di satu belahan dunia secara langsung dapat dinikmati di belahan dunia lainnya.

 

2.    Dampak Hedonisme Yang Tidak Baik Untuk Seseorang

Perilaku hedonisme ini sangat mudah kita temukan di tengah masyarakat baik melalui media sosial ataupun kita lihat sendiri secara langsung di berbagai tempat, namun banyak yang tidak menyadari bahwa mereka tengah terjerumus dalam hedonism. Perilaku hedonisme pada umumnya lebih cenderung ke arah negatif. Berikut ini adalah masyarakat atau seseorang yang sedang terjangkit gaya hidup seperti ini, beberapa dampak hedonisme pada masyarakat, antara lain:

a)    Individualisme, bagi mereka yang berperilaku hedonisme cenderung individualis atau menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain.

b)    Konsumtif, kebiasaan membeli barang-barang yang tak dibutuhkan, hal ini dilakukan hanya untuk kesenangan semata-mata karena untuk kesenangan belaka.

c)    Egois, masih berhubungan dengan individualis mereka yang berperilaku hedonisme biasanya lebih mementingkan diri sendiri tanpa peduli orang lain.

d)    Cenderung pemalas, sebagian orang yang terjerumus hedonisme biasanya cenderung menjadi orang pemalas dan tidak menghargai waktu.

e)    Kurang bertanggung jawab, selain menjadi pemalas, penganut hedonisme biasanya kurang bertanggung jawab, bahkan kepada dirinya sendiri.

f)     Boros, demi kesenangan semata, mereka yang punya gaya hidup hedonisme biasanya sangat boros. Mereka akan mengeluarkan banyak uang untuk hal-hal yang membuat senang tanpa perduli manfaat dan kegunaan barang yang dibeli.

g)    Korupsi, salah satu dampak hedonisme yang sering terjadi pada seseorang adalah kebiasaan korupsi, bukan hanya korupsi uang, namun juga hal lain, seperti korupsi waktu, korupsi pekerjaan dan lain sebagainya.

 

B.   Bagaimana Agama dan Negara Harus Hadir di Dalam Hal Ini

Tentunya semua agama mengajarkan gaya hidup kepada umatnya dengan penuh kesederhaan dan tidak berlebih-lebihan. Islam adalah agama yang syâmil (menyeluruh) dan kâmil (sempurna). Sebagai agama yang syâmil, Islam mengatur berbagai aspek kehidupan. Islam tidak hanya sekedar mengatur masalah ibadah yang bersifat ritual, moralitas (akhlak), ataupun persoalan-persoalan individual. Namun Islam juga mengatur masalah mu’âmalah seperti politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesehatan, hukum, dan lainnya. Salah satunya adalah dengan mengajarkan cara bersikap dan hidup sederhana serta menjauhi segala bentuk pemborosan dan berlebih-lebihan.

 

Salah satu sikap yang tergolong pemborosan adalah konsumtif. Konsumtif secara umum dapat diartikan sebagai perilaku yang lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan, tanpa adanya skala prioritas yang jelas. Dengan kata lain, konsumtif adalah perilaku berlebih-lebihan atau boros dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Secara sederhana, konsumtif bisa juga disebut dengan gaya hidup bermewah-mewahan. Perilaku ini, bahkan terkadang tak peduli jika harus mengorbankan banyak hal agar bisa mengikuti gaya hidup tersebut. Padahal, barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut tidak terlalu diperlukan. Semuanya dilakukan hanya untuk memenuhi kepuasan nafsunya saja.

 

Dalam kehidupan, tidak ada salahnya bagi seseorang menginginkan sesuatu. Dalam agama Islam pun tidak ada larangan jika hamba-Nya menginginkan hal-hal yang halal. Jika kita sudah memiliki suatu barang yang dapat berfungsi dengan baik dan mampu memberi layanan penuh, namun masih merasa tidak puas dan cenderung kurang, maka perlu dipertanyakan apa sebetulnya yang menjadi fokus kita dalam hidup ini.

 

Ketika kita merasakan dorongan untuk memiliki sesuatu, pikirkan dulu sebelum memutuskan untuk mendapatkannya. Apakah hal itu sesuatu yang benar-benar dibutuhkan atau hanya sekedar keinginan belaka. Tanyakan pula mengapa barang itu diperlukan. Apakah benar membawa keuntungan dan sepadan dengan waktu maupun sumber daya yang harus dikeluarkan. Masing-masing dari kita hanya memiliki waktu dan sumber daya yang terbatas. Untuk memanfaatkannya sebaik mungkin, maka luangkanlah waktu dengan hal-hal yang benar-benar penting.

 

Dalam ajaran islam menurut Nabi Muhammad SAW, menjadi kaya bukan berarti memiliki harta yang banyak. Orang yang benar-benar kaya adalah orang yang merasa cukup, (At-Tirmidzi 2373). Apakah Anda ingin sukses? Nabi Muhammad mendefinisikan kesuksesan dengan tiga syarat, yaitu, penerimaan Islam, diberikan rizki yang cukup, serta merasa puas dengan apa yang dimiliki. (Muslim 1054).

 

Dampak negatif modernisasi gejalanya yang terjadi di berbagai bidang kehidupan masyarakat, sebagai suatu gejala umum yang dewasa ini terjadi di masyarakat dan modernisasi dapat dipastikan akan menimbulkan suatu dampak. Entah itu dampak positif maupun negatif. Lalu, apakah dampak positif dan dampak negatif dari modernisasi?

 

Sebagai pemicu atau dorongan kuat mengganasnya hedonisme di zaman now adalah gaya hidup kekinian dengan pernak-pernik produk teknologi. Orang ingin memiliki barang seperti handphone canggih, malu kalau tidak dapat membeli mobil, minder dengan tetangga kalau tidak mempunyai televisi ukuran besar. Rasa malu para hedonis karena tidak dapat memenuhi apa yang mereka inginkan, bukan malu karena berperilaku menyimpang, malahan mempunyai perilaku terbalik.

 

Hedonisme juga terjadi di dunia birokrasi. Mengapa kasus korupsi banyak terjadi, dan pelakunya pejabat negara yang sebenarnya secara ekonomi sangat mapan? Itu karena mereka tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki. Hal ini tidak aneh karena secara materi manusia tidak akan pernah mencapai puncak utilitas. Ketika dapat uang satu juta, lalu ingin dua juta. Dapat dua miliar, lalu ingin lima milyar. Begitu seterusnya sesuai kenyataan manusiawi. Salah satu dampak negatif dari modernisasi adalah masyarakat mengikuti tren atau gaya hidup yang tidak baik yaitu hedonisme, Faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonisme, tentu ada penyebabnya.

 

1.    Faktor-Faktor Lain dari luar Diri Seseorang

Ada banyak faktor ekstrinsik (faktor yang datang dari luar diri) yang memicu atau mendorong emosi mereka menjadi manusia hedonisme, antara lain:

a)    Orang tua dan kerabat atau lingkaran pertemanan adalah penyebab utama generasi mereka menjadi hedonisme. Orangtua lalai untuk mewarisi anak dengan norma dan gaya hidup timur yang punya spiritual. Orang tua tidak banyak mencampurtangankan anak tentang hal spiritual. Sebagian orang tua jarang yang ambil pusing apakah anak sudah melakukan perintah agama atau belum, dan tidak sedih melihat remaja mereka kalau tidak mengerti dengan nilai puasa atau nilai agama.

b)    Faktor bacaan memang dapat mempengaruhi bahkan mencuci otak seseorang maupun mahasiswa maupun masyarakat untuk menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Kebiasaan-kebiasaan seseorang atau mahasiswa kalau pulang kampus pergi dulu ketempat keramaian, pasar, atau mampir di kios penjualan majalah dan tabloid. Mereka senang dengan bacaan mengenai trend atau gaya hidup terbaru dan entertainment sehingga timbul keinginan untuk mengikuti atau menirunya yang ujung-ujung kearah yang negatif.

c)    Pengaruh siaran atau tontonan melalui tayangan televisi seperti: profil sinetron, liputan tokoh selebriti dan iklan, juga mengundang mahasiswa untuk mengejar hedonisme. Majalah remaja dan kebanyakan tema televisi bisa sama saja mempunyai pengaruh yang negatif. Isinya banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan, perceraian, pernikahan, hamil di luar nikah dan bermesraan di muka publik sudah tidak menjadi masalah, seolah-olah beginilah ajakan misi televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak menghibur. 

d)    Majalah dan tema televisi komersil di negara kita yang hanya mementingkan keuntungan tanpa mempertimbangkan budaya timur memang sedang menggiring masyarakat atau mahasiswa menjadi generasi konsumerisme bukan memotivasi mereka untuk menjadi generasi produktif. Tema iklannya adalah “manjakanlah kulitmu”. Andaikata semua mahasiswa dan kemudian mahasiswa melakukan hal yang demikian, memanjakan atau memuja kulitnya. Pastilah sawah dan ladang, serta lahan-lahan subur makin banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua takut jadi hitam. Padahal untuk manusia yang patut dimuliakan adalah kualitas intelektual, kualitas spiritual dan kualitas hubungan dengan manusia (kualitas fikiran dan keimanan).

 

Tentunya juga ada pandangan keliru yang berkembang dalam masyarakat kita, katanya “untuk memperoleh rezeki yang haram saja sulit, apalagi yang halal”. Dari itu banyak orang yang menempuh jalan pintas dan menyimpang dalam mencari rezeki. Sebenar sebagai manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhannya, bahwa sebenarnya Allah sudah menjamin rezeki bagi semua makhluk-Nya. Manusia tinggal bagaimana caranya mencari atau mengambil rezeki tersebut.

 

Lagi pula ukuran kaya dalam Islam itu bukan semata materi, tetapi eloknya budi pekerti, sebagaimana sabda Nabi saw, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan Muslim). Lantas mengapa kita ambisi mengejar kekayaan materi dengan cara yang menyimpang, bukankah kekayaan jiwa itu harta lebih bernilai? Kita harus mempunyai prinsip dan keyakinan dengan legowo atau keikhlasan dan qona’ah dengan bekerja keras dan mengharapkan dengan rezeki yang penuh barokah.

 

Adalah hal yang lumrah kalau manusia mencintai dan menginginkan kesenangan dunia, karena manusia memiliki hawa nafsu. Islam memberi peluang kepada manusia untuk menata kehidupan dunia dengan kemapanan materi. Tapi ingat, dunia bukan tujuan akhir. Dunia adalah “ladang amal” untuk menentukan masa depan seseorang di akhirat kelak. Surga atau neraka adalah pilihan yang kita tentukan di dunia berdasarkan amal.

 

Alloh tegaskan dalam sebuah firman-Nya yang berbunyi, “Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdaya kamu.” (QS. Luqman: 33). Allah Swt sudah tegaskan bahwa kehidupan dunia adalah senda gurau dan permainan. Oleh sebab itu manusia harus hati-hati dengan ornamen atau berbagai keindahan kehidupan dunia. Bagi orang yang bertaqwa kehidupan akhirat itu lebih baik (QS. al-An’am: 32).

 

Menurut pandangan agama, dunia tidak lebih dari tempat wisata. Keberadaan manusia di sana hanyalah sesaat. Manusia harus sadar diri bahwa suatu saat dia akan kembali kepada Allah dengan membawa satu-satunya bekal, yaitu amal yang harus dipertanggungjawabkan. Maka atas dasar apa manusia harus mencurahkan perhatian sepenuhnya bagi tempat wisata bernama dunia? Bukankah kesenangan yang diperoleh hanyalah kesenangan semu, dan haruskah mengorbankan kesenangan abadi yang sudah dipersiapkan oleh Allah di akhirat?

 
Salah satu cara menghentikan hedonisme adalah kesediaan dan kerelaan diri untuk kembali pada arahan dan tuntunan 
agama. Jangan terbuai dan keliru memahami serta mengamalkan teori kebutuhan dasar Abraham Maslow (1908-1970) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar adalah kebutuhan fisiologis (fisik) berupa materi. Dalam Islam kebutuhan manusia yang paling dasar itu bukanlah kebutuhan fisiologis, tapi kebutuhan spiritual berupa iman sebagai landasan utama mengembangkan potensi kemanusiaan. Jangan katakan di usia anak-anak manusia tidak butuh agama. Justru Islam menganjurkan para orangtua untuk mendidik anaknya sejak berada di alam kandungan supaya menjadi anak yang soleh dan solehah.

 

2.    Pentingnya Sikap Qonaah dan Manfaat Hidup Sederhana

Agama Islam tidak suka dengan segala sesuatu yang berlebihan. Tentang hal ini, mungkin kita sudah sering mendengar ungkapan, “Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik”, karena memang agama Islam menganjurkan umatnya untuk hidup sederhana. Selain itu, manfaat hidup sederhana pun sangatlah banyak dan mengandung beragam kebaikan. Terdapat banyak manfaat hidup sederhana menurut Islam. Itulah sebabnya, kita sebaiknya tidak hidup dengan cara berlebihan. Berikut manfaat sikap qona’ah dan hidup sederhana yang mengandung banyak kebaikan, agar supaya menjadi manusia:

a)    Terhindar dari Sifat Sombong, manfaat hidup sederhana yang pertama adalah melindungi umat Islam dari sifat sombong. Hal ini karena orang-orang yang hidup sederhana biasanya akan lebih rendah hati.

b)    Menjadi Manusia yang Selalu Bersyukur, manfaat hidup sederhana yang selanjutnya, yakni menjadikan kita semua sebagai manusia yang senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.

c)    Terhindar dari Perilaku Boros, manfaat hidup sederhana lainnya ialah menghindarkan kita dari perilaku boros. Hal ini karena hidup sederhana dapat menciptakan rasa syukur dalam diri sehingga tidak akan berlebihan atau bermewah-mewahan dalam gaya hidup.

 

Lalu apa saja modal yang harus dimiliki manusia untuk menundukkan gaya hidup hedonisme? Ada beberapa sifat yang harus kuat dalam diri manusia, yaitu:

a)    Agar terhindar dari hedonisme, orang harus banyak bersabar. Terkadang dalam kurun waktu yang relatif panjang, Allah Swt menguji hamba-Nya dengan kondisi ekonomi yang sulit, padahal sudah bekerja keras.

b)    Seseorang harus istiqamah mendirikan sholat sebagai sendi pokok ajaran Islam. Sholat adalah media komunikasi yang paling efektif untuk berkeluh kesah dan menyampaikan keinginan kita kepada Allah Swt.

c)    Agar tidak terjebak dalam hedonisme, seseorang harus memperbanyak syukur. Bersyukur kepada Allah berarti menyadari betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita. Walau pun dalam keterbatasan materi kita tetap harus bersyukur karena ada kenikmatan lain berupa non-materi yang begitu banyak dicurahkan Allah kepada kita hamba-Nya, terutama nikmat iman.

d)    Bahwa ada sebuah ajaran yang dikembangkan dalam tasawuf, yaitu qona’ah. Qona’ah adalah sikap rela menerima dan selalu merasa cukup dengan apa yang sudah maksimal dilakukan, serta menerima dengan lapang dada hasil yang diperoleh. Qona’ah adalah bagian dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah dan merasa puas dengan apa yang didapatkan.

 

Penganut hedonisme mencari kesenangan palsu dalam kehidupannya atau dalam kehidupan yang fata morgana, mereka lupa hakikat hidup adalah mencari kebaikan sebanyak-banyaknya untuk akhirat. Slogan ‘hidup hanya sekali’ menyebabkan mereka terlupa bahwa kematian pun hanya sekali. Hidup bukan urusan main-main. Kita perlu faham bahwa hedonisme bisa meracuni siapapun. Yang pasti ia bukan sekadar menyerang anak muda yang sedang membesar, bahkan orang tua lanjut usia pun tidak terlepas dari fitnah hedonisme.

 

Gaya hidup hedonisme adalah virus bahaya yang harus diwaspadai karena pola hidup yang diajarkan bertentangan dengan nilai agama. Hedonisme mengutamakan kesenangan pribadi untuk mencapai kepuasan dengan cara apa dan bagaimana pun. Penyakit ini tidak bisa dijinakkan kecuali seseorang dengan suka rela dan membuka diri untuk kembali kepada tuntunan agama. Berlindunglah hanya kepada Allah, perkuat sabar, sholat, syukur, dan qona’ah dalam diri kita, agar virus hedonisme tidak berjangkit dan menular. 

 

3.    Pancasila sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia

Hedonisme merupakan bagian daripada sekularisme. Kata dasar sekularisme ialah sekular yang bermaksud dunia. Ia merupakan suatu faham yang memisahkan hubungan di antara agama dan dunia, suatu faham berbentuk doktrin, pendirian, dan sebagainya yang menolak nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sosial manusia. Sekularisme bertujuan untuk memisahkan agama secara total dari masyarakat dan membuka peluang untuk membangunkan pendidikan tanpa ciri-ciri keagamaan.

 

Negara Indonesia sudah memiliki Pancasila sebagai ideologi sakral negara yang disepakati oleh para founding father negara. Negara Indonesia adalah negara kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan ini memberikan sifat khas bagi negara Indonesia yang majemuk ini. Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa ini menjabarkan bahwa negara Indonesia bukan tipikal negara sekuler dan juga bukan negara agama tertentu. Negara Indonesia mengakui Tuhan YME menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu negara kebangsaan yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita rakyat yang luhur.

 

Kehidupan berlandasarkan toleransi sesama umat dan antar umat beragama mutlak diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai Hukum Tuhan adalah sumber bahan dan sumber nilai hukum positif Indonesia. Aktualisasi nilai-nilai Ketuhanan harus benar-benar tercermin dalam kehidupan masyarakat baik elite politik maupun rakyat pada umumnya. Korupsi, kolusi dan nepotisme adalah praktik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan sehingga mutlak dihukum dan diberantas dari kehidupan berbangsa dan bernegara, apalagi bergaya hidup hedonisme sebagai penyebab salah satu dorongan untuk melakukan perbuatan korupsi. Pancasila seharusnya menjadi ideologi dan cara kita bersikap terhadap perkembangan zaman, atau berfungsi sebagai filter untuk tidak merusak norma-norma yang ada di Indonesia. Sifat matrealistis akibat hedonisme dan konsumerisme ini hendaklah ditinggalkan karena bertentangan dengan sila-sila dari Pancasila.

 

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila berasal dari budaya Indonesia. Sebagai inti dari nilai-nilai budaya Indonesia, Pancasila juga disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Dengan kata lain, Pancasila sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia juga memiliki arti bahwa Pancasila menjadi sumber cita-cita moral bangsa dan menjadi bentuk budaya Indonesia. Pancasila juga mengatur cara pandang bangsa Indonesia sebagai petunjuk kehidupan sehari-hari. Contoh Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa yaitu menjadi arah dalam bertindak dan berperilaku bagi warga negara Indonesia.

 

Kesimpulan berdasarkan pembahasan yang dijelaskan dalam artikel diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a.    Selalu mendekatkan diri kepada Tuhannya agar dijauhkan dari gaya hidup yang berlebih-lebihan. Hedonisme adalah gaya hidup yang mempercayai bahwa kesenangan duniawi merupakan tujuan hidup. Sedangkan sikap konsumtif adalah perilaku yang suka menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak penting. Sehingga akibat dari gaya hidup hedonisme menyebabkan dorongan untuk melakukan korupsi adalah keinginan untuk bertindak curang yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan/wewenang guna memperkaya suatu pihak.

b.    Perilaku Hedonisme, Konsumtif, dan menyebabkan tindakan korupsi saling berhubungan. Pengaruh Hedonisme akan memperkuat sikap Konsumtif dimana kesenangan berarti keinginan, dan keinginan seseorang untuk kesenangan cenderung termasuk hal yang tidak terlalu penting. Meningkatnya suatu harga barang/jasa dan sikap yang terlalu konsumtif akan membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keinginannya

 

Saran berdasarkan kesimpulan pada penulisan artikel ini, maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut:

a.    Bagi pemerintah, sebaiknya membuat beberapa kebijakan atau ada lembaga sensor untuk memgurangi dampak hedonisme yang tak hanya dialami oleh ASN, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia. Karena, hedonisme bertentangan dengan budaya timur maupun paham sila-sila dalam Pancasila dan akan menuntun ke jalan yang tidak benar. Seperti, menyaring lebih ketat budaya-budaya asing ke dalam budaya-budaya yang masuk ke nusantara (Indonesia), memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang pendidikan semacam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (disingkat P4) atau Eka Prasetya Pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dan juga memberikan edukasi tentang bahaya hidup konsumtif dan hedonisme.

b.    Bagi masyarakat, sebaiknya lebih pintar dan bijak dalam memperoleh maupun menggunakan informasi dari luar. Melakukan bimbingan kepada masyarakat yang belum bisa membedakan yang benar, sesuai budaya timur yang berpegang teguh pada ideologi Pancasila.

 

Penulis            : Abd. Choliq, Seksi Kepatuhan Internal, Bidang KIHI Kanwil DJKN RSK.

Referensi        :

1.    https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6108754/apa-itu-gaya-hidup-hedonisme-ini-dampak-contoh-dan-cara-mengatasinya. [diakses pada tanggal 08/06/2023]

2.    https://www.tribunnews.com/lifestyle/2023/03/02/cara-mengatasi-gaya-hidup-hedonisme-definisikan-tujuan-hidup-hingga-ubah-circle-pertemanan [diakses pada tanggal 08/06/2023]

3.    https://aceh.tribunnews.com/2018/04/06/agama-dan-hedonisme. [diakses pada tanggal 08/06/2023]

4.    https://lifepal.co.id/media/pengertian-hedonisme/ [diakses pada tanggal 08/06/2023]

5.    https://www.academia.edu/34941013/Faktor_Penyebab_Hedonisme [diakses pada tanggal 08/06/2023]

6.    https://www.academia.edu/34941013/Faktor_Penyebab_Hedonisme [diakses pada tanggal 011/06/2023]

 


 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini