Jangan
lupa sahabat Kementerian Keuangan (Kemenkeu) khususnya Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara (DJKN) bahwa faktor pendorong perilaku korupsi di Indonesia
sangat beragam. Salah satunya adalah gaya hidup bermewah-mewahan yang mengacu
pada kesenangan material. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan bahwa korupsi
merupakan salah satu dampak yang diakibatkan dari gaya hidup hedonisme.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kasus korupsi yang dilakukan oleh para
pelaku koruptor.
Seiring
dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang penuh dengan kemajuan teknologi
yang memiliki pengaruh besar terhadap globalisasi dan dampak budaya negatif
tanpa kita sadari. Tentunya, adanya globalisasi dan modernisasi berpengaruh
terhadap negara-negara di dunia termasuk negara Indonesia. Masyarakat tidak
terasa pula pelan-pelan atau secara langsung terbawah dengan gaya hidup hedonisme
merupakan gaya hidup yang tidak baik dan serba mewah. Sebenarnya, banyak orang
yang mengetahui hedonisme namun tidak menyadari telah masuk dalam perangkap
gaya hidup ini.
Semua orang di seluruh
dunia dapat terhubung melalui jaringan internet dan pertukaran informasi
antarnegara yang sangat jauh bisa didapatkan dalam waktu real time. Namun
kemudahan komunikasi membawa manusia pada globalisasi dan modernisasi. Tidak
bisa menolak kenyataan bahwa kemajuan teknologi dan perkembangan waktu telah
membawa perubahan dalam penggunaan segala sesuatu termasuk uang, sehingga
masyarakat tertarik dan fokus pada kemewahan hidup hedonisme yang
dianggap terpenuhi agar kehadirannya diakui di masyarakat.
Globalisasi
merupakan perkembangan kontemporer dimana pada waktu yang sama mempunyai
pengaruh dalam mendorong munculnya berbagai kemungkinan tentang perubahan dunia
yang akan berlangsung. Pengaruh globalisasi dapat menghilangkan berbagai
halangan dan rintangan yang menjadikan dunia semakin terbuka dan saling
bergantung satu sama lain. Bisa dibilang bahwa globalisasi membawa perspektif
baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini menjadi realita
dan sangat mempengaruhi perkembangan budaya dan membawa perubahan baru.
Penulis
mencoba menjelaskan bagaimana cara mengatasi gaya hidup hedonisme? Lantas,
bagaimana agama harus hadir dalam hal ini? Jika kita menolak masuknya globalisasi
dan modernisasi tentunya adanya pengaruh budaya baru, sama artinya dengan kita
mengucilkan diri sendiri dari perkembangan zaman atau kancah internasional
namun sebagai masyarakat Indonesia dengan budaya ketimurannya mempunyai budaya
sendiri yang sesuai dengan perilaku masyarakat Indonesia sebagai filter mana yang
baik dan mana yang tidak baik. Jika kita tidak siap mengantisipasi dan menyaring
arus globaliasasi dan modernisasi tersebut, maka akan berdampak negatif bagi
kita sendiri. Salah satunya yaitu gaya hidup yang bersifat hedonisme
yang terus berubah setiap saat.
Hedonisme merupakan sebuah pandangan
hidup yang menyatakan kesenangan untuk menikmati segalanya adalah tujuan hidup
manusia di dunia ini. Kondisi hedonisme banyak ditemukan dilingkungan
masyarakat bukan hanya pada pelajar, dan anak-anak muda atau mahasiswa,
nampaknya sudah menjangkiti di semua lapisan atau menyeluruh dalam berbagai
kalangan masyarakat. Awalnya gaya hidup ini hanya dilakukan oleh kebanyakan
dari orang-orang berduit yang selalu memperhatikan penampilan luar dan
menikmati hidup ini sesuai dengan keinginannya atau mengikuti tren yanga ada. Selanjutnya gaya hidup ini dirasa kurang baik,
meski tampak mewah dan menyenangkan, nyatanya dampak hedonisme tidak
selalu positif. Budaya hedonisme saat ini marak terjadi di Indonesia dan
menjangkit semua kalangan.
Kita
tahu gaya hidup setiap orang memang berbeda-beda, ada yang memiliki gaya hidup
sederhana karena lebih nyaman dengan kesederhanaan namun ada pula yang lebih
menyukai gaya hidup yang mewah. Ada dua
gaya hidup yang familiar, yaitu gaya hidup minimalis dan gaya hidup hedonisme.
Gaya hidup minimalis sesuai dengan namanya, seseorang memilih dan lebih nyaman
dengan hidup tidak berlebihan dan memanfaatkan barang yang sudah ada dengan
maksimal. Biasanya, orang yang memiliki gaya hidup minimalis cenderung tidak membeli
barang yang tidak sesuai kebutuhannya. Sebaliknya, gaya hidup hedonisme
merupakan gaya hidup ketika seseorang membeli barang-barang yang sebenarnya
tidak ia perlukan atau tidak dapat digunakan dengan maksimal atau melakukan
pemborosan waktu dan uang.
Menurut
KBBI Hedonisme adalah pandangan yang menganggap bahwa setiap kesenangan
dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup
seseorang. Gaya hidup hedonisme adalah suatu dorongan individu untuk
berperilaku dengan memegang prinsip kesenangan (Benthem dalam Faqih, 2003).
Menurut
Collin Gem, hedonisme merupakan sebuah doktrin yang menyampaikan bahwa
kesenangan adalah hal yang paling penting di dalam hidup. Hedonisme adalah istilah berasal dari
bahasa Yunani "Hedone" berarti kesenangan. Pengertian
hedonisme adalah gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa
batas.
Tokoh-tokoh pelopor hedonisme
Beberapa
tokoh yang menjadi pelopor paham hedonisme berasal dari Yunani. Diawali oleh
Sokrates yang menanyakan, “Apa yang sebenarnya menjadi tujuan akhir hidup
manusia?”. Pertanyaan ini kemungkinan besar ditanyakan pula oleh sebagian besar
masyarakat dunia atau masyarakat Indonesia sekarang, ini? Dua tokoh ini
menjawab pertanyaan Sokrates tersebut melalui pengertian hedonisme berikut ini.
1. Aristippus,
menjawab pertanyaan Sokrates tersebut dengan memaparkan bahwa tujuan hidup
alami manusia adalah kesenangan. Apabila manusia tidak bisa mencapainya, maka
akan mencari sesuatu yang lain lagi.
2. Epikuros,
sementara itu Epikuros memaparkan pengertian hedonisme yang lebih luas.
Epikuros tidak hanya menyebutkan kesenangan badani saja, tetapi rohani juga.
Dalam hal itu adalah jiwa yang terbebas dari keresahan dalam pengertian
kesenangan jasmani dan rohani.
A. Bagaimana
Cara Mengatasi Gaya Hidup Hedonisme
Untuk
mengatasi atau menundukan gaya hidup hedonisme
ini dibutuhkan waktu untuk berpikir dan mendifinisikan ulang tujuan hidup kita
masing-masing. Berfokus pada sesuatu yang prioritas dan bermakna dalam hidup
yang lebih bahagia, Adapun hal-hal yang perlu diatasi antara lain;
a) Membiasakan
untuk menemukan kebahagiaan dalam hal sederhana dengan melakukan hal-hal yang
positif.
b) Bersyukur
apa yang telah dimiliki, kebahagiaan tidak datang hanya berupa materi atau uang
yang banyak, melainkan dari hati yang paling dalam dan bersyukur saat menjalani
kehidupan.
c) Menentukan
yang priotitas, memilih sesuatu mana untuk kesenangan dan mana untuk kebutuhan
mendesak.
d) Meninggalkan
kegiatan tidak bermanfaat karena tidak semua kegiatan yang kita lakukan itu
memberi manfaat.
e) Pertemanan,
lingkungan perteman menjadi salah satu faktor dalam membentuk kepribadiaan
seseorang dan gaya
hidupnya. Jika lingkup pertemanan saat ini mendorong
untuk menjadi pribadi yang suka hura-hura, sebaiknya secepatnya mengubah
lingkup pertemanan. Selektif saat memilih lingkaran pertemanan. Hindari circle
yang mendorong kita untuk mengedepankan gaya hidup mewah.
f) Mengubah
mindset konsumtif jadi produktif, Kita harus memiliki pola pikir
memandang sesuatu berdasarkan produktivitasnya dengan mempertimbangkan
keuntungan di masa sekarang dan masa mendatang.
1. Faktor Penyebab Hedonisme
Adapun
faktor-faktor penyebab hedonisme dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian. Perlu kita sadari bahwa gaya
hidup hedonisme tidak terjadi begitu saja, ada beberapa faktor yang
mendorong seseorang menjadi penganut paham hedonisme, baik itu faktor
dari dalam diri sendiri “internal” ataupun dari luar “eksternal”.
a) Faktor
Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari
dalam diri individu yang didasarkan pada keyakinan diri sendiri untuk bergaya
hidup sesuai keinginannya, hal ini penyebab hedonisme yang paling utama.
Sudah menjadi sifat dasar manusia ingin memiliki kesenangan dengan bekerja
seringan mungkin, pada umumnya berperilaku berbelanja secara boros dengan
membeli apa yang diinginkan. Sifat dasar yang lain adalah rasa tidak puas
manusia yang tidak berujung. Hal inilah yang kemudian menjadikan manusia
sebagai makhluk yang serakah dan cenderung materialistik. Kecenderungan inilah,
yang apabila tidak dikendalikan dengan baik akan menyebabkan perilaku konsumerisme,
yang berujung kemudian kepada hedonisme.
b) Faktor
Eksternal
Pengaruh dari lingkungan secara langsung atau
tidak langsung bisa menyebabkan seseorang menjalani gaya hidup hedonisme.
Faktor penyebab hedonisme dari luar yang paling utama ialah arus
informasi dari luar yang sangat besar atau globalisasi. Kebiasaan-kebiasaan dan
paham orang dari luar negeri atau budaya asing yang dianggap bisa membuat
senang kemudian diadaptasi tanpa difilter lebih dahulu oleh masyarakat
Indonesia. Adapun faktor eksternal yang lain menjadi penyebab hedonisme
yang paling utama adalah arus westernisasi atau globalisasi informasi. Media
menyebabkan arus informasi mengalir begitu derasnya, informasi yang ada di satu
belahan dunia secara langsung dapat dinikmati di belahan dunia lainnya.
2. Dampak
Hedonisme Yang Tidak Baik Untuk Seseorang
Perilaku
hedonisme ini sangat mudah kita temukan di tengah masyarakat baik melalui media
sosial ataupun kita lihat sendiri secara langsung di berbagai tempat, namun
banyak yang tidak menyadari bahwa mereka tengah terjerumus dalam hedonism.
Perilaku hedonisme pada umumnya lebih cenderung ke arah negatif. Berikut
ini adalah masyarakat atau seseorang yang sedang terjangkit gaya hidup seperti
ini, beberapa dampak hedonisme pada masyarakat, antara lain:
a) Individualisme,
bagi mereka yang berperilaku hedonisme cenderung individualis atau
menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain.
b) Konsumtif,
kebiasaan membeli barang-barang yang tak dibutuhkan, hal ini dilakukan hanya
untuk kesenangan semata-mata karena untuk kesenangan belaka.
c) Egois,
masih berhubungan dengan individualis mereka yang berperilaku hedonisme
biasanya lebih mementingkan diri sendiri tanpa peduli orang lain.
d) Cenderung
pemalas, sebagian orang yang terjerumus hedonisme biasanya cenderung
menjadi orang pemalas dan tidak menghargai waktu.
e) Kurang
bertanggung jawab, selain menjadi pemalas, penganut hedonisme biasanya kurang
bertanggung jawab, bahkan kepada dirinya sendiri.
f) Boros,
demi kesenangan semata, mereka yang punya gaya hidup hedonisme biasanya
sangat boros. Mereka akan mengeluarkan banyak uang untuk hal-hal yang membuat
senang tanpa perduli manfaat dan kegunaan barang yang dibeli.
g) Korupsi,
salah satu dampak hedonisme yang sering terjadi pada seseorang adalah
kebiasaan korupsi, bukan hanya korupsi uang, namun juga hal lain, seperti
korupsi waktu, korupsi pekerjaan dan lain sebagainya.
B. Bagaimana
Agama dan Negara Harus Hadir di Dalam Hal Ini
Tentunya
semua agama mengajarkan gaya hidup kepada umatnya dengan penuh kesederhaan dan
tidak berlebih-lebihan. Islam adalah agama yang syâmil (menyeluruh)
dan kâmil (sempurna). Sebagai agama yang syâmil, Islam mengatur
berbagai aspek kehidupan. Islam tidak hanya sekedar mengatur masalah ibadah
yang bersifat ritual, moralitas (akhlak), ataupun persoalan-persoalan
individual. Namun Islam juga mengatur masalah mu’âmalah seperti
politik, ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kesehatan, hukum, dan lainnya. Salah
satunya adalah dengan mengajarkan cara bersikap dan hidup sederhana serta
menjauhi segala bentuk pemborosan dan berlebih-lebihan.
Salah
satu sikap yang tergolong pemborosan adalah konsumtif. Konsumtif secara umum
dapat diartikan sebagai perilaku yang lebih mengutamakan keinginan daripada
kebutuhan, tanpa adanya skala prioritas yang jelas. Dengan kata lain, konsumtif
adalah perilaku berlebih-lebihan atau boros dalam mengkonsumsi barang dan jasa.
Secara sederhana, konsumtif bisa juga disebut dengan gaya hidup
bermewah-mewahan. Perilaku ini, bahkan terkadang tak peduli jika harus
mengorbankan banyak hal agar bisa mengikuti gaya hidup tersebut. Padahal,
barang dan jasa yang dikonsumsi tersebut tidak terlalu diperlukan. Semuanya
dilakukan hanya untuk memenuhi kepuasan nafsunya saja.
Dalam
kehidupan, tidak ada salahnya bagi seseorang menginginkan sesuatu. Dalam agama
Islam pun tidak ada larangan jika hamba-Nya menginginkan hal-hal yang halal. Jika
kita sudah memiliki suatu barang yang dapat berfungsi dengan baik dan mampu
memberi layanan penuh, namun masih merasa tidak puas dan cenderung kurang, maka
perlu dipertanyakan apa sebetulnya yang menjadi fokus kita dalam hidup ini.
Ketika
kita merasakan dorongan untuk memiliki sesuatu, pikirkan dulu sebelum
memutuskan untuk mendapatkannya. Apakah hal itu sesuatu yang benar-benar
dibutuhkan atau hanya sekedar keinginan belaka. Tanyakan pula mengapa barang
itu diperlukan. Apakah benar membawa keuntungan dan sepadan dengan waktu maupun
sumber daya yang harus dikeluarkan. Masing-masing dari kita hanya memiliki
waktu dan sumber daya yang terbatas. Untuk memanfaatkannya sebaik mungkin, maka
luangkanlah waktu dengan hal-hal yang benar-benar penting.
Dalam
ajaran islam menurut Nabi Muhammad SAW, menjadi kaya bukan berarti memiliki harta
yang banyak. Orang yang benar-benar kaya adalah orang yang merasa cukup, (At-Tirmidzi
2373). Apakah Anda ingin sukses? Nabi Muhammad mendefinisikan kesuksesan dengan
tiga syarat, yaitu, penerimaan Islam, diberikan rizki yang cukup, serta merasa
puas dengan apa yang dimiliki. (Muslim 1054).
Dampak
negatif modernisasi gejalanya yang terjadi di berbagai bidang kehidupan
masyarakat, sebagai suatu gejala umum yang dewasa ini terjadi di masyarakat dan
modernisasi dapat dipastikan akan menimbulkan suatu dampak. Entah itu dampak
positif maupun negatif. Lalu, apakah dampak positif dan dampak negatif dari
modernisasi?
Sebagai
pemicu atau dorongan kuat mengganasnya hedonisme di zaman now adalah gaya hidup
kekinian dengan pernak-pernik produk teknologi. Orang ingin memiliki barang
seperti handphone canggih, malu kalau tidak dapat membeli mobil, minder dengan
tetangga kalau tidak mempunyai televisi ukuran besar. Rasa malu para hedonis
karena tidak dapat memenuhi apa yang mereka inginkan, bukan malu karena
berperilaku menyimpang, malahan mempunyai perilaku terbalik.
Hedonisme
juga terjadi di dunia birokrasi. Mengapa kasus korupsi banyak terjadi, dan
pelakunya pejabat negara yang sebenarnya secara ekonomi sangat mapan? Itu
karena mereka tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah dimiliki. Hal ini
tidak aneh karena secara materi manusia tidak akan pernah mencapai puncak
utilitas. Ketika dapat uang satu juta, lalu ingin dua juta. Dapat dua miliar,
lalu ingin lima milyar. Begitu seterusnya sesuai kenyataan manusiawi. Salah
satu dampak negatif dari modernisasi adalah masyarakat mengikuti tren atau gaya
hidup yang tidak baik yaitu hedonisme, Faktor yang mempengaruhi gaya
hidup hedonisme, tentu ada penyebabnya.
1. Faktor-Faktor
Lain dari luar Diri Seseorang
Ada
banyak faktor ekstrinsik (faktor yang datang dari luar diri) yang memicu atau
mendorong emosi mereka menjadi manusia hedonisme, antara lain:
a) Orang
tua dan kerabat atau lingkaran pertemanan adalah penyebab utama generasi mereka
menjadi hedonisme. Orangtua lalai untuk mewarisi anak dengan norma dan
gaya hidup timur yang punya spiritual. Orang tua tidak banyak
mencampurtangankan anak tentang hal spiritual. Sebagian orang tua jarang yang
ambil pusing apakah anak sudah melakukan perintah agama atau belum, dan tidak
sedih melihat remaja mereka kalau tidak mengerti
dengan nilai puasa atau nilai agama.
b) Faktor
bacaan memang dapat mempengaruhi bahkan mencuci otak seseorang maupun mahasiswa
maupun masyarakat untuk menjadi orang yang memegang prinsip hedonisme. Kebiasaan-kebiasaan
seseorang atau mahasiswa kalau pulang kampus pergi dulu ketempat keramaian,
pasar, atau mampir di kios penjualan majalah dan tabloid. Mereka senang dengan
bacaan mengenai trend atau gaya hidup terbaru dan entertainment sehingga
timbul keinginan untuk mengikuti atau menirunya yang ujung-ujung kearah yang
negatif.
c) Pengaruh
siaran atau tontonan melalui tayangan televisi seperti: profil sinetron,
liputan tokoh selebriti dan iklan, juga mengundang mahasiswa untuk mengejar hedonisme.
Majalah remaja dan kebanyakan tema televisi bisa sama saja mempunyai pengaruh
yang negatif. Isinya banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan,
perceraian, pernikahan, hamil di luar nikah dan bermesraan di muka
publik sudah tidak menjadi masalah, seolah-olah beginilah ajakan misi
televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak
menghibur.
d) Majalah
dan tema televisi komersil di negara kita yang hanya mementingkan keuntungan
tanpa mempertimbangkan budaya timur memang sedang menggiring masyarakat atau mahasiswa
menjadi generasi konsumerisme bukan memotivasi mereka untuk menjadi
generasi produktif. Tema iklannya adalah “manjakanlah kulitmu”.
Andaikata semua mahasiswa dan kemudian mahasiswa melakukan hal yang demikian, memanjakan
atau memuja kulitnya. Pastilah sawah dan ladang, serta lahan-lahan subur makin
banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua takut jadi hitam. Padahal untuk
manusia yang patut dimuliakan adalah kualitas intelektual, kualitas spiritual
dan kualitas hubungan dengan manusia (kualitas fikiran dan keimanan).
Tentunya
juga ada pandangan keliru yang berkembang dalam masyarakat kita, katanya “untuk
memperoleh rezeki yang haram saja sulit, apalagi yang halal”. Dari itu banyak
orang yang menempuh jalan pintas dan menyimpang dalam mencari rezeki. Sebenar
sebagai manusia yang beriman dan percaya kepada Tuhannya, bahwa sebenarnya
Allah sudah menjamin rezeki bagi semua makhluk-Nya. Manusia tinggal bagaimana
caranya mencari atau mengambil rezeki tersebut.
Lagi
pula ukuran kaya dalam Islam itu bukan semata materi, tetapi eloknya budi
pekerti, sebagaimana sabda Nabi saw, “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya
harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari dan
Muslim). Lantas mengapa kita ambisi mengejar kekayaan materi dengan cara yang
menyimpang, bukankah kekayaan jiwa itu harta lebih bernilai? Kita harus
mempunyai prinsip dan keyakinan dengan legowo atau keikhlasan dan qona’ah
dengan bekerja keras dan mengharapkan dengan rezeki yang penuh barokah.
Adalah
hal yang lumrah kalau manusia mencintai dan menginginkan kesenangan dunia,
karena manusia memiliki hawa nafsu. Islam memberi peluang kepada manusia untuk
menata kehidupan dunia dengan kemapanan materi. Tapi ingat, dunia bukan tujuan
akhir. Dunia adalah “ladang amal” untuk menentukan masa depan seseorang di
akhirat kelak. Surga atau neraka adalah pilihan yang kita tentukan di dunia
berdasarkan amal.
Alloh
tegaskan dalam sebuah firman-Nya yang berbunyi, “Maka janganlah sekali-kali
kehidupan dunia memperdaya kamu.” (QS. Luqman: 33). Allah Swt sudah tegaskan
bahwa kehidupan dunia adalah senda gurau dan permainan. Oleh sebab itu manusia
harus hati-hati dengan ornamen atau berbagai keindahan kehidupan dunia. Bagi
orang yang bertaqwa kehidupan akhirat itu lebih baik (QS. al-An’am: 32).
Menurut
pandangan agama, dunia tidak lebih dari tempat wisata. Keberadaan manusia di
sana hanyalah sesaat. Manusia harus sadar diri bahwa suatu saat dia akan
kembali kepada Allah dengan membawa satu-satunya bekal, yaitu amal yang harus
dipertanggungjawabkan. Maka atas dasar apa manusia harus mencurahkan perhatian
sepenuhnya bagi tempat wisata bernama dunia? Bukankah kesenangan yang diperoleh
hanyalah kesenangan semu, dan haruskah mengorbankan kesenangan abadi yang sudah
dipersiapkan oleh Allah di akhirat?
Salah satu cara menghentikan hedonisme adalah kesediaan dan kerelaan
diri untuk kembali pada arahan dan tuntunan agama.
Jangan terbuai dan keliru memahami serta mengamalkan teori kebutuhan dasar
Abraham Maslow (1908-1970) yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling
dasar adalah kebutuhan fisiologis (fisik) berupa materi. Dalam Islam kebutuhan
manusia yang paling dasar itu bukanlah kebutuhan fisiologis, tapi kebutuhan
spiritual berupa iman sebagai landasan utama mengembangkan potensi kemanusiaan.
Jangan katakan di usia anak-anak manusia tidak butuh agama.
Justru Islam menganjurkan para orangtua untuk mendidik anaknya sejak berada di
alam kandungan supaya menjadi anak yang soleh dan solehah.
2. Pentingnya
Sikap Qonaah dan Manfaat Hidup Sederhana
Agama
Islam tidak suka dengan segala sesuatu yang berlebihan. Tentang hal ini,
mungkin kita sudah sering mendengar ungkapan, “Segala sesuatu yang berlebihan
itu tidak baik”, karena memang agama Islam menganjurkan umatnya untuk hidup
sederhana. Selain itu, manfaat hidup sederhana pun sangatlah banyak dan
mengandung beragam kebaikan. Terdapat banyak manfaat hidup sederhana menurut Islam.
Itulah sebabnya, kita sebaiknya tidak hidup dengan cara berlebihan. Berikut
manfaat sikap qona’ah dan hidup sederhana yang mengandung banyak kebaikan, agar
supaya menjadi manusia:
a)
Terhindar dari Sifat Sombong, manfaat hidup sederhana
yang pertama adalah melindungi umat Islam dari sifat sombong. Hal ini karena
orang-orang yang hidup sederhana biasanya akan lebih rendah hati.
b)
Menjadi Manusia yang Selalu Bersyukur, manfaat hidup
sederhana yang selanjutnya, yakni menjadikan kita semua sebagai manusia yang
senantiasa bersyukur kepada Allah SWT.
c)
Terhindar dari Perilaku Boros, manfaat hidup sederhana
lainnya ialah menghindarkan kita dari perilaku boros. Hal ini karena hidup
sederhana dapat menciptakan rasa syukur dalam diri sehingga tidak akan
berlebihan atau bermewah-mewahan dalam gaya hidup.
Lalu
apa saja modal yang harus dimiliki manusia untuk menundukkan gaya hidup hedonisme?
Ada beberapa sifat yang harus kuat dalam diri manusia, yaitu:
a) Agar
terhindar dari hedonisme, orang harus banyak bersabar. Terkadang dalam kurun
waktu yang relatif panjang, Allah Swt menguji hamba-Nya dengan kondisi ekonomi
yang sulit, padahal sudah bekerja keras.
b) Seseorang
harus istiqamah mendirikan sholat sebagai sendi pokok ajaran Islam. Sholat
adalah media komunikasi yang paling efektif untuk berkeluh kesah dan
menyampaikan keinginan kita kepada Allah Swt.
c) Agar
tidak terjebak dalam hedonisme, seseorang harus memperbanyak syukur. Bersyukur
kepada Allah berarti menyadari betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada
kita. Walau pun dalam keterbatasan materi kita tetap harus bersyukur karena ada
kenikmatan lain berupa non-materi yang begitu banyak dicurahkan Allah kepada
kita hamba-Nya, terutama nikmat iman.
d) Bahwa
ada sebuah ajaran yang dikembangkan dalam tasawuf, yaitu qona’ah. Qona’ah
adalah sikap rela menerima dan selalu merasa cukup dengan apa yang sudah
maksimal dilakukan, serta menerima dengan lapang dada hasil yang diperoleh. Qona’ah
adalah bagian dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah dan merasa puas
dengan apa yang didapatkan.
Penganut
hedonisme mencari kesenangan palsu dalam kehidupannya atau dalam
kehidupan yang fata morgana, mereka lupa hakikat hidup adalah mencari kebaikan
sebanyak-banyaknya untuk akhirat. Slogan ‘hidup hanya sekali’ menyebabkan
mereka terlupa bahwa kematian pun hanya sekali. Hidup bukan urusan main-main.
Kita perlu faham bahwa hedonisme bisa meracuni siapapun. Yang pasti ia bukan
sekadar menyerang anak muda yang sedang membesar, bahkan orang tua lanjut usia
pun tidak terlepas dari fitnah hedonisme.
Gaya
hidup hedonisme adalah virus bahaya yang harus diwaspadai karena pola
hidup yang diajarkan bertentangan dengan nilai agama.
Hedonisme mengutamakan kesenangan pribadi untuk mencapai kepuasan dengan
cara apa dan bagaimana pun. Penyakit ini tidak bisa dijinakkan kecuali
seseorang dengan suka rela dan membuka diri untuk kembali kepada tuntunan agama.
Berlindunglah hanya kepada Allah, perkuat sabar, sholat, syukur, dan qona’ah
dalam diri kita, agar virus hedonisme tidak berjangkit dan menular.
3. Pancasila sebagai
Pedoman Hidup Bangsa Indonesia
Hedonisme merupakan bagian daripada
sekularisme. Kata dasar sekularisme ialah sekular yang bermaksud dunia. Ia
merupakan suatu faham yang memisahkan hubungan di antara agama dan dunia, suatu
faham berbentuk doktrin, pendirian, dan sebagainya yang menolak nilai-nilai
keagamaan dalam kehidupan sosial manusia. Sekularisme bertujuan untuk
memisahkan agama secara total dari masyarakat dan membuka peluang untuk
membangunkan pendidikan tanpa ciri-ciri keagamaan.
Negara
Indonesia sudah memiliki Pancasila sebagai ideologi sakral negara yang
disepakati oleh para founding father negara. Negara Indonesia
adalah negara kebangsaan yang Berketuhanan Yang Maha Esa. Rumusan ini
memberikan sifat khas bagi negara Indonesia yang majemuk ini. Rumusan Ketuhanan
Yang Maha Esa ini menjabarkan bahwa negara Indonesia bukan tipikal negara
sekuler dan juga bukan negara agama tertentu. Negara Indonesia mengakui Tuhan
YME menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab yaitu negara kebangsaan
yang memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh
cita-cita rakyat yang luhur.
Kehidupan
berlandasarkan toleransi sesama umat dan antar umat beragama mutlak diwujudkan
dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Nilai-nilai Hukum Tuhan adalah
sumber bahan dan sumber nilai hukum positif Indonesia. Aktualisasi nilai-nilai
Ketuhanan harus benar-benar tercermin dalam kehidupan masyarakat baik elite
politik maupun rakyat pada umumnya. Korupsi, kolusi dan nepotisme adalah
praktik yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Ketuhanan sehingga mutlak dihukum
dan diberantas dari kehidupan berbangsa dan bernegara, apalagi bergaya hidup hedonisme
sebagai penyebab salah satu dorongan untuk melakukan perbuatan korupsi.
Pancasila seharusnya menjadi ideologi dan cara kita bersikap terhadap
perkembangan zaman, atau berfungsi sebagai filter untuk tidak merusak
norma-norma yang ada di Indonesia. Sifat matrealistis akibat hedonisme dan
konsumerisme ini hendaklah ditinggalkan karena bertentangan dengan sila-sila
dari Pancasila.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
berasal dari budaya Indonesia. Sebagai inti dari nilai-nilai budaya Indonesia,
Pancasila juga disebut sebagai cita-cita moral bangsa Indonesia. Dengan kata
lain, Pancasila sebagai Pedoman Hidup Bangsa Indonesia juga memiliki arti bahwa
Pancasila menjadi sumber cita-cita moral bangsa dan menjadi bentuk budaya
Indonesia. Pancasila juga mengatur cara pandang bangsa Indonesia sebagai
petunjuk kehidupan sehari-hari. Contoh Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa
yaitu menjadi arah dalam bertindak dan berperilaku bagi warga negara Indonesia.
Kesimpulan
berdasarkan pembahasan yang dijelaskan dalam artikel diatas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Selalu
mendekatkan diri kepada Tuhannya agar dijauhkan dari gaya hidup yang
berlebih-lebihan. Hedonisme adalah gaya hidup yang mempercayai bahwa
kesenangan duniawi merupakan tujuan hidup. Sedangkan sikap konsumtif adalah
perilaku yang suka menghambur-hamburkan uang untuk keperluan yang tidak
penting. Sehingga akibat dari gaya hidup hedonisme menyebabkan dorongan untuk
melakukan korupsi adalah keinginan untuk bertindak curang yang dilakukan oleh
seseorang yang memiliki kekuasaan/wewenang guna memperkaya suatu pihak.
b. Perilaku
Hedonisme, Konsumtif, dan menyebabkan tindakan korupsi saling berhubungan.
Pengaruh Hedonisme akan memperkuat sikap Konsumtif dimana kesenangan
berarti keinginan, dan keinginan seseorang untuk kesenangan cenderung termasuk
hal yang tidak terlalu penting. Meningkatnya suatu harga barang/jasa dan sikap
yang terlalu konsumtif akan membuat seseorang menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan keinginannya
Saran
berdasarkan kesimpulan pada penulisan artikel ini, maka saran yang dapat
penulis sampaikan sebagai berikut:
a. Bagi
pemerintah, sebaiknya membuat beberapa kebijakan atau ada lembaga sensor untuk
memgurangi dampak hedonisme yang tak hanya dialami oleh ASN, tetapi juga
seluruh rakyat Indonesia. Karena, hedonisme bertentangan dengan budaya
timur maupun paham sila-sila dalam Pancasila dan akan menuntun ke jalan yang
tidak benar. Seperti, menyaring lebih ketat budaya-budaya asing ke dalam
budaya-budaya yang masuk ke nusantara (Indonesia), memberi penyuluhan kepada
masyarakat tentang pendidikan semacam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila (disingkat P4) atau Eka Prasetya
Pancakarsa adalah sebuah panduan tentang pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara dan
juga memberikan edukasi tentang bahaya hidup konsumtif dan hedonisme.
b. Bagi
masyarakat, sebaiknya lebih pintar dan bijak dalam memperoleh maupun
menggunakan informasi dari luar. Melakukan bimbingan kepada masyarakat yang
belum bisa membedakan yang benar, sesuai budaya timur yang berpegang teguh pada
ideologi Pancasila.
Penulis : Abd. Choliq, Seksi Kepatuhan
Internal, Bidang KIHI Kanwil DJKN RSK.
Referensi :
1.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6108754/apa-itu-gaya-hidup-hedonisme-ini-dampak-contoh-dan-cara-mengatasinya. [diakses pada tanggal
08/06/2023]
2.
https://www.tribunnews.com/lifestyle/2023/03/02/cara-mengatasi-gaya-hidup-hedonisme-definisikan-tujuan-hidup-hingga-ubah-circle-pertemanan [diakses pada tanggal 08/06/2023]
3. https://aceh.tribunnews.com/2018/04/06/agama-dan-hedonisme.
[diakses
pada tanggal 08/06/2023]
4. https://lifepal.co.id/media/pengertian-hedonisme/
[diakses
pada tanggal 08/06/2023]
5.
https://www.academia.edu/34941013/Faktor_Penyebab_Hedonisme [diakses
pada tanggal 08/06/2023]
6.
https://www.academia.edu/34941013/Faktor_Penyebab_Hedonisme [diakses
pada tanggal 011/06/2023]