Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN Kalimantan Barat > Artikel
Dengan Ketahanan Ekonomi Kuat, Indonesia Siap Menghadapi Tekanan Ekonomi Global
Thaus Sugihilmi Arya Putra
Senin, 18 Juli 2022   |   20685 kali

Dampak pandemik covid-19 yang menyebabkan kegiatan perekonomian menjadi lemah sehingga transaksi dan pertumbuhan ekonomi juga menurun. Konflik geopolitik yang disebabkan oleh perang di Ukraina, telah membuat tekanan inflasi global semakin persisten. Terutama didorong oleh lonjakan harga komoditas energi dan pangan serta disrupsi suplai.

Ketidakpastian ekonomi global yang meningkat telah menciptakan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Alhasil, permintaan ekspor komoditas ikut menurun yang memicu pengurangan produksi dan mengerek harga yang lebih tinggi. Naiknya harga komoditas, juga telah menimbulkan inflasi dan pengangguran tinggi dan berakibat pada pertumbuhan ekonomi melambat.

Beberapa negara di dunia mulai bertumbangan jatuh ke jurang krisis atau alami perlambatan ekonomi yang sangat drastis. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan menahan tekanan ekonomi global. Salah satu negara yang tumbang terkena imbas dari tekanan ekonomi global adalah Srilangka. Srilangka menderita krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaannya dari penjajahan Inggris pada tahun 1948. Pemadaman listrik selama berbulan-bulan, kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan membuat marah publik. Kondisi tersebut membuat Sri Lanka akhirnya dinyatakan bangkrut.

Bangkrutnya Srilangka disebabkan beberapa faktor yaitu kondisi ekonomi negara yang kian lama semakin kandas karena kehilangan pendapatan dari sektor pariwisata. Kebijakan pemerintah Srilangka yang melakukan pembatasan kegiatan pariwisata di tengah pandemi covid-19 menyebabkan  penerimaan negara dari sektor pariwisata drastis menurun. Langkah yang salah tersebut memperparah kondisi ekonomi, seiring diikutinya inflasi yang tinggi akibat hasil pokok negara Sri Lanka, yaitu beras ikut menurun drastis. Produksi hasil bahan pokok beras mereka yang biasanya diekspor ke sejumlah negara, malah berbalik mereka menjadi impor beras besar-besaran di tengah pandemik. Akhirnya negara ini tidak dapat membeli bahan bakar impor karena sejumlah utang yang besar dari perusahaan minyak negara tersebut. Ceylon Petroleum Corporation disebut memiliki utang sebesar US$700 juta atau setara dengan Rp 10,4 triliun. Penderitaan Srilangka diperparah tidak adanya negara ataupun organisasi di dunia yang mau menyediakan bahan bakar baik dalam bentuk bahan bakar jadi maupun uang tunai. Adanya lonjakan harga sejumlah barang komoditas, mengakibatkan Srilangka mengalami krisis mulai dari keuangan, energi, pangan hingga kesehatan menyebabkan negara ini mengalami kebangkrutan.

Hal terpenting yang menyebabkan negara tak mampu bertahan dari tekanan ekonomi global adalan ketahanan negara yang lemah. Lalu hal-hal apa saja yang harus diperhatikan agar suatu negara memiliki ketahanan yang kuat terhadap tekanan ekonomi global?

Ketahanan ekonomi adalah kondisi dinamik kehidupan perekonomian bangsa yang berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan dalam mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi serta mengatasi segala ancaman, rintangan, gangguan, hambatan serta tantangan yang berasal dari luar negeri dan dari dalam negeri baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjamin kelangsungan hidup perekonomian bangsa dan negara. Ketahanan ekonomi dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan suatu negara dalam menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi serta memelihara kelangsungan standar hidup bagi seluruh penduduknya melalui pembangunan ekonomi yang berkualitas dengan tetap memelihara kemandirian ekonomi.

Kestabilan pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kestabilan capaian PDB (Product Domestic Brutto) dari tahun ke tahun berupa belanja pemerintah, investasi, konsumsi swasta, serta selisih antara ekspor dan impor secara nasional maupun regional.

Kemandirian ekonomi dapat diartikan sebagai kemampuan ekonomi suatu negara/daerah untuk tetap tumbuh stabil, dengan seminimal mungkin bergantung pada perekonomian global atau di luar dari negaranya. Negara yang perekonomiaannya mandiri bisa bertahan bahkan manakala sebagian besar negara lain mengalami kegoncangan perekonomian.

Pondasi utama dalam mencapai kemandirian ekonomi nasional adalah konsumsi publik yang ditentukan oleh daya beli masyarakat. Daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah dan tingkat kemiskinan dan  kemampuan konsumsi masyarakat. Sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja akan mengurangi angka kemiskinan dan laju pengangguran.

Lalu bagaimana  halnya dengan negara Indonesia dalam menghadapi tekanan ekonomi global? Menteri Keuangan Sri Mulyani, saat berbicara pada acara High Level Seminar Strengthening Global Collaboration for Tackling Food Insecurity pada tanggal 15 Juli 2022 di Bali menyatakan “Saya yakin kita akan dapat menemukan cara dan mengatasi masalah ini secara efektif. Bersama kita bisa membuat dunia lebih baik dan kita masih terus memiliki harapan dan optimisme bahwa dunia bisa pulih bersama dan pulih lebih kuat,”.

Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa situasi tahun 2022 diproyeksikan akan semakin memburuk dibandingkan dengan tahun 2021. Pandemi Covid-19 yang belum terselesaikan dan perang yang sedang berlangsung di Ukraina kemungkinan akan memperburuk kerawanan terhadap krisis pangan dunia saat ini. Selain itu, krisis pupuk yang membayangi juga berpotensi memperburuk dan memperpanjang krisis pangan hingga tahun 2023 dan setelahnya.

Penyebaran seluruh mekanisme pembiayaan yang tersedia diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan dan memperkuat stabilitas keuangan dan sosial, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang. Selain itu, kebijakan makroekonomi yang baik juga menjadi fundamental untuk membantu banyak negara menghadapi krisis. Pentingnya pertanian untuk pertumbuhan, pengurangan kemiskinan, ketahanan pangan dan gizi, serta menegaskan kembali perlunya investasi jangka panjang di sektor pertanian di negara-negara berkembang dengan mempertimbangkan dampak volatilitas terhadap ketahanan pangan.

Ketahanan ekonomi Indonesia yang kuat tercermin dari data Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Semester I Tahun  Anggaran 2022. Pertumbuhan ekonomi Triwulan I mencapai 5,0 persen dan hingga akhir semester I tahun 2022 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,9 persen s.d 5,2 persen. Tren pertumbuhan ini diperkirakan akan terus membaik sepanjang tahun 2022 di tengah risiko ketidakpastian global yang meningkat. Sampai dengan semester I tahun 2022, laju inflasi mencapai 4,35 persen terutama dipicu gejolak harga komoditas global sebagai dampak pemulihan ekonomi dan naiknya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Realisasi pendapatan negara semester I mencapai sebesar Rp1.317,2 triliun atau tumbuh 48,5 persen atau mencapai 58,1 persen dari target Pagu Perpres Nomor 98 Tahun 2022. Dan realisasi belanja negara mencapai Rp1.243,6 triliun atau lebih tinggi 6,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari gambaran kinerja APBN pada semester I tahun 2022 dan proyeksi perekonomian pada semester II tahun 2022, diharapkan fleksibilitas APBN dapat merespon dinamika perekonomian global dan menjaga proses pemulihan ekonomi. Outlook Pendapatan negara pada tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp2.436,9 triliun  atau 107,5 persen dari pagu Perpres Nomor 98 Tahun 2022. Pembiayaan anggaran dalam semester II tahun 2022 akan dilakukan secara terukur, responsif, dan antisipatif untuk tetap dapat menjaga kesehatan fiskal APBN dan mempertimbangkan dinamika yang terjadi.

Langkah atau kebijakan Pemerintah dalam mengantisipasi dampak tekanan global melalui APBN yaitu Pemerintah Indonesia bersama DPR RI merespon secara cepat dengan menetapkan Kebijakan Antisipatif APBN 2022 untuk Menjaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi, Daya Beli Masyarakat, dan Kesehatan APBN. Perekonomian Indonesia mampu tumbuh sebesar 5,01 persen (yoy), ditopang oleh membaiknya konsumsi rumah tangga seiring meningkatnya aktivitas masyarakat. Kondisi fundamental ekonomi lainnya di Indonesia juga relatif sehat yang terpantau dari relatif stabilnya pergerakan nilai tukar dan kinerja bursa (IHSG) yang terjaga. Kondisi fundamental ekonomi lainnya di Indonesia juga relatif sehat yang terpantau dari relatif stabilnya pergerakan nilai tukar dan kinerja bursa (IHSG) yang terjaga.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Indonesia optimis dapat melalui tekanan ekonomi global secara baik karena memiliki ketahanan ekonomi yang kuat. Hal ini dapat terlihat dari capaian pendapatan negara terutama dikontribusikan oleh kinerja positif perpajakan maupun pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang didorong oleh pemulihan ekonomi domestik yang semakin kuat, membaiknya kinerja ekspor-impor, dan meningkatnya harga komoditas secara signifikan. Adanya tren peningkatan harga komoditas, laju pertumbuhan ekonomi yang meningkat, dan permintaan yang terus membaik, serta low-based effect pada tahun sebelumnya. Selain itu, penerimaan kepabeanan dan cukai, menunjukkan kinerja positif terjadi pada semua komponen. Hal tersebut dipengaruhi oleh efektivitas kebijakan penyesuaian tarif, relaksasi daerah wisata, penguatan pengawasan barang ilegal, aktivitas ekspor-impor yang mulai pulih, dan peningkatan harga komoditas. Kinerja positif PNBP pada semester I tahun 2022 utamanya dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas terutama harga minyak bumi, mineral dan batubara yang mendorong meningkatnya pendapatan negara bukan pajak sumber daya alam (PNBP SDA). Begitupun dengan PNBP non-SDA utamanya didorong oleh peningkatan pendapatan kekayaan negara yang dipisahkan (KND) dari setoran dividen akibat dampak dari membaiknya kinerja BUMN, serta meningkatnya beberapa layanan PNBP Kementerian/Lembaga. Untuk ketahanan daya beli masyarakat, Pemerintah akan menyalurkan (Bantuan Tunai Langsung) BLT tambahan untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng pada Semester II tahun 2022.

 

Ditulis oleh Agus Rodani (Pegawai Kantor Wilayah DJKN Kalimantan Barat)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini