Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN Banten > Artikel
Sate Bebek Ciber Cilegon Mengguncang Dunia
Shabira Afina
Rabu, 21 Desember 2022   |   6704 kali


Kita pasti tidak asing dengan sate, apalagi pada saat dan pasca lebaran haji. Ya, makanan atau tepatnya lauk berbahan dasar daging panggang ditusuk yang biasa menemani nasi atau lontong atau ketupat ini bisa dijumpai di hampir  seluruh wilayah  Indonesia. kita mengenal sate Padang berbahan daging sapi. Ada sate blendhet  Ponorogo dan sate Madura berbahan daging ayam. Ada sate Tegal berbahan daging kambing.   Kita juga masih mengenal sate bandeng,  sate kerang, sate bekicot  bahkan sate ulat sagu. Kali ini, kita akan membahas sate dari bahan daging bebek.

Di ujung barat daya Pulau Jawa terdapat suatu kawasan industri setingkat kota masih di wilayah Provinsi Banten. Kota dimaksud adalah Cilegon. Di Kota ini terdapat sebuah kecamatan bernama Cibeber yang mempunyai kuliner khas sate bebek, jadilah “Sate Bebek Cibeber”. Dari kecamatan inilah kisah ini bermula.

Ada rumah makan “Cindelaras”, ada sate bebek “Banyu Mili”, sate bebek “Mang Wahid” sate bebek “H Syafei”, sate bebek “Teh Ratna”, dan lain-lain. Banyaknya warung sate bebek Cibeber menjadi bukti bahwa makanan ini banyak diminati.

Rasa yang khas

Berbeda dengan rasa sate pada umumnya, sate bebek Cibeber sudah terasa enaknya walau belum diberi bumbu saji. Hal ini menjadikan sate bebek Cibeber sering kali dimakan tanpa bumbu saji dan tanpa lontong/nasi/ketupat. Ada kesan kenyal, manis dan gurih, serta aroma  wangi, sekalipun sate baru diangkat dari perapian.

Makan Malam

Tidak ada warung sate bebek yang jualan di pagi hari. Hal Ini karena selain tidak ada yang peminat makan sate bebek di waktu pagi, juga karena makanan ini lebih nikmat disantap di waktu siang atau lebih enak lagi dimakan di saat malam. 

Resep khusus

Tidak jauh berbeda dengan bumbu-bumbu pada jenis sate lainnya, resep sate bebek Cibeber terdiri dari: bawang merah, bawang putih, ketumbar, jahe, garam, gula aren, gula pasir, asam jawa, lengkuas dan cabe. Hanya saja, ada ritual khusus dalam mengolah bebek yaitu perendaman daging bebek dengan bumbu selama satu hari. Sepertinya perendaman memberi rasa khas pada sate bebek ini.

Harga dan Rasa

Rasa sate bebek Cibeber memang khas. Artinya berbeda dengan rasa sate bebek selainnya. Namun, rasa antara sesama sate bebek Cibeber di satu rumah makan dengan warung lainnya tidak jauh berbeda. Lantas apa yang membedakan harganya?

Di rumah makan atau restoran, sate bebek Cibeber dibandrol Rp30.000,00 satu porsi. Di warung atau kedai pinggir jalan, sate bebek Cibeber dihargai Rp22.000,00 per porsi. Ini menunjukkan bahwa harga lebih ditentukan oleh nuansa bukan rasa.

Penikmat

Bagi masyarakat Cilegon, memakan sate bebek Cibeber tentu sudah tidak asing lagi. Namun bagi Anda yang dari luar kota atau luar daerah, menikmati sate bebek khas Cibeber pasti akan memberikan kesan yang lain. Ini karena rasa yang dihadirkan benar-benar berbeda dengan rasa sate bebek pada umumnya, sehingga akan meninggalkan kenangan tersendiri.

Akan halnya dengan keberadaan Kota Cilegon sebagai kota industri, yang mana di situ bermukim banyak ekspatriat dari berbagai negara. Hal ini memberi kesempatan kepada pengusaha sate bebek Cilegon untuk memperkenalkan salah satu kuliner khas Indonesia yang lezat ke konsumen dunia.

Boleh jadi para ekspatriat itu nantinya akan kembali ke negaranya, lalu kangen dengan nikmatnya sate bebek Cibeber, kemudian mengimpornya dari Indonesia. Boleh jadi suatu saat nanti para ekspatriat itu kembali ke negaranya kemudian membuka usaha jual sate bebek Cibeber di sana.

Nasionalisme

Tidak bisa dipungkiri, gerai makanan cepat saji semacam: KFC, Mc Donald, Burger King, dll. lebih terkenal daripada warung sate bebek Cibeber. Hal ini tentu memprihatinkan, mengingat rasa dari kuliner daerah sebenarnya jauh lebih enak dan lebih sehat. Hanya saja, sepertinya anak muda Indonesia akan merasa lebih bangga ketika mengkonsumsi sesuatu yang berbau luar negeri.

Tugas kita sebagai warga, seharusnya memberi tempat tersendiri bagi produksi dalam negeri. Kalau bukan kita, anak bangsa, siapa lagi? Mari cintai kuliner asli Indonesia!

 

 

 

*)

Penulis:

Eko Heru Cahyono,

Kasi Kepatuhan Internal Bidang KIHI Kanwil DJKN Banten

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini