Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Yogyakarta > Berita
Mengenal Karya Agung Budaya Lisan dan Tak Benda Warisan Manusia di Banyu Biru
Rakhmayani Ardhanti
Kamis, 27 Juli 2023   |   112 kali

Yogyakarta – Magis, barangkali merupakan salah satu kata yang terlintas di pikiran saat kita membahas keris. Namun demikian, di balik kesakralannya, segala sesuatu tentang keris ternyata menyimpan filosofi yang mendalam dan dapat dijelaskan dengan sangat logis. Hal ini sebagaimana dijabarkan oleh narasumber kegiatan “Banyak Ilmu di Bincang Rabu” (Banyu Biru) Edisi ke VI Tahun 2023 Yusuf Eko Susilo yang membawakan materi berjudul Experiencing The Beauty of Keris : A Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity” pada Rabu (26/7).

Bertempat di Ruang Rapat Lantai 1 Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta, Kepala KPKNL Yogyakarta Jati Wiryawan, mengawali acara dengan menyampaikan sambutan dan apresiasi atas tema Banyu Biru kali ini yang terbilang unik dan sarat akan kearifan lokal. “Keris identik dengan sesuatu yang sakral dan mistis, tetapi sebenarnya keris merupakan sesuatu yang luar biasa. Benda yang awal mulanya senjata, lama-lama bertransformasi menjadi warisan budaya”, demikian ungkapnya.

Yusuf mengawali materinya dengan penjabaran berbagai pandangan mengenai keris, dari sisi mistis/klenik, eksoteri dan isoteri, serta bagaimana menyikapi keris yang merupakan produk budaya sebagai media pengingat yang sarat akan nasihat kehidupan. Dilanjutkan dengan pengenalan bagian-bagian keris, jenis warangka, luk, pamor, dhapur, dan istilah lain terkait keris yang sukses menyedot perhatian seluruh penggawa. Bagaimana tidak? Yusuf menjelaskan keseluruhan materinya dengan menunjukkan secara langsung beberapa jenis keris koleksinya. Menarik bukan?

Pelaksana Seksi Hukum dan Informasi ini juga menjelaskan bagaimana tata cara mengapresiasi keris yang sarat akan khasanah budaya tetapi pada saat yang bersamaan juga sangat logis jika dikaitkan dengan sebab musabab mengapa keris harus diperlakukan demikian.

Keunikan tema Banyu Biru yang lain dari biasanya ini tentu saja menggelitik para penggawa yang hadir untuk aktif bertanya dan berdiskusi perihal keris. Mulai dari perbedaan kerik lurus dengan berluk, keris untuk perempuan, detil etika melihat dan menyerahkan keris, cara menilai keris, dan lain sebagainya.

Sebagaimana harapan yang disampaikan oleh Kepala Kantor di awal sambutannya, edisi Banyu Biru diharapkan dapat menjadi pelayanan ilmu bagi seluruh penggawa yang tidak melulu terkait rutinitas kantor. Materi seperti pada Banyu Biru kali ini dapat menjadi pembuka dari edisi-edisi berikutnya dalam menawarkan keragaman ilmu yang bermanfaat untuk memperkaya wawasan, kearifan lokal dan pengembangan diri yang berkelanjutan (continuous improvement).

Teks/Foto: Ardhanti

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini