Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Yogyakarta > Artikel
Kapal Selam Sang Penjaga Wilayah Maritim Indonesia
Taufik Iqbal Pratama
Senin, 17 April 2023   |   19222 kali

Tenggelamnya (subsunk) kapal selam Kapal Republik Indonesia (KRI) Nanggala-402 di perairan Bali tanggal 21 April 2021 lalu membawa duka yang mendalam bagi Indonesia. Pasalnya kapal selam buatan Jerman ini telah mengabdi memperkuat wilayah maritim Indonesia selama empat puluh tahun. Usaha pencarian dan penyelamatan telah dilakukan secara maksimal melibatkan bantuan negara sahabat hingga akhirnya KRI Nanggala-402 dinyatakan tenggelam bersama lima puluh tiga kru, yang dalam dunia pelayaran disebut sebagai ‘on eternal patrol’ atau patroli dalam keabadian.

Semula Indonesia memiliki lima buah kapal selam aktif yaitu: KRI Cakra-401, KRI Nanggala-402, KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405. Tenggelamnya KRI Nanggala-402 menyebabkan jumlah kapal selam aktif yang saat ini dimiliki oleh Indonesia berkurang menjadi empat buah kapal selam.

Keempat kapal selam yang saat ini masih aktif mengabdi tersebut adalah:

1.     KRI Cakra-401

KRI Cakra-401 memiliki panjang 60 meter dan lebar 6 meter serta bobot selam 1,395 ton. KRI Cakra-401 dibuat oleh perusahaan Howaldswerke-Deutsche Werft (HDW) Jerman pada tahun 1981. Memiliki tipe U-209/1300 yang banyak digunakan angkatan laut berbagai negara. Dengan ditenagai mesin diesel elektrik dan diawaki oleh 34 kru, KRI Cakra-401 mampu melaju hingga kecepatan 21,5 knot dan mampu menyelam selama 3 bulan dengan kedalaman maksimal 250 meter di bawah permukaan laut. Dipersenjatai dengan 8 tabung torpedo dan 6 torpedo cadangan.

KRI Cakra-401 mulai beroperasi di jajaran Satuan Kapal Selam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) pada tahun 1981 serta merupakan kapal selam aktif tertua yang dimiliki Indonesia. KRI Cakra-401 telah diperbaiki pada tahun 2021 di galangan kapal PT PAL Indonesia, Surabaya guna menjaga dan meningkatkan kemampuan tempurnya.

Nama Cakra diambil dari nama senjata pusaka Prabu Kresna berwujud anak panah dengan kepala cakram bergerigi tajam yang sangat ampuh menumpas musuh-musuh tanpa ada yang bisa menangkisnya.

2.     KRI Nagapasa-403

KRI Nagapasa-403 memiliki panjang 61,3 meter dan lebar 7,6 meter. KRI Nagapasa-403 dibuat oleh Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME) Korea Selatan. Merupakan pengembangan dari Kapal Selam kelas Changbogo dari Korea Selatan dan kapal selam tipe U-209/1400 dari Jerman. Dengan ditenagai 4 mesin diesel dan diawaki oleh 40 kru, KRI Nagapasa-403 mampu melaju dengan kecepatan sekitar 21 knot di bawah air dan 12 knot di permukaan air serta mampu berlayar lebih dari 50 hari dengan jarak jelajah mencapai 18.520 kilometer. Dipersenjatai dengan 8 buah tabung torpedo peluncur dan dilengkapi dengan sistem persenjataan yang mampu menembakkan torpedo dan peluru kendali anti kapal permukaan.

KRI Nagapasa-403 mulai beroperasi di jajaran Satuan Kapal Selam TNI AL pada tahun 2017. Merupakan kapal selam kelas Nagapasa pertama dari tiga kapal selam kelas Nagapasa yang dipesan dari DSME Korea Selatan.

Nama Nagapasa diambil dari nama senjata pusaka Indrajit berwujud anak panah yang ketika dilepaskan akan berubah menjadi ribuan ekor naga yang menghancurkan musuh-musuh.

3.     KRI Ardadedali-404

KRI Ardadedali-404 memiliki panjang 61,3 meter, diameter 6,2 meter, dan lebar lambung (draft) 5,7 meter. KRI Ardadedali-404 dibuat oleh Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME) Korea Selatan. Merupakan pengembangan dari Kapal Selam kelas Changbogo dari Korea Selatan dan kapal selam tipe U-209/1400 dari Jerman. Dengan ditenagai 4 mesin diesel dan diawaki oleh 40 kru, Ardadedali-404 mampu melaju dengan kecepatan sekitar 21 knot di bawah air dan 12 knot di permukaan air serta mampu berlayar lebih dari 50 hari dengan jarak jelajah mencapai 18.520 kilometer. Dipersenjatai dengan 8 buah tabung torpedo peluncur dan dilengkapi dengan sistem persenjataan yang mampu menembakkan torpedo dan peluru kendali anti kapal permukaan.

KRI Ardadedali-404 mulai beroperasi di jajaran Satuan Kapal Selam TNI AL pada tahun 2018. Merupakan kapal selam kelas Nagapasa ke dua dari tiga kapal selam kelas Nagapasa yang dipesan dari DSME Korea Selatan.

Nama Ardadedali diambil dari nama senjata pusaka Arjuna berwujud anak panah berkepala burung yang ampuh melumpuhkan musuh-musuh.

4.     KRI Alugoro-405

KRI Alugoro-405 memiliki panjang 61,3 meter. KRI Alugoro-405 dibuat oleh Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering Co Ltd (DSME) Korea Selatan. Merupakan pengembangan dari Kapal Selam kelas Changbogo dari Korea Selatan dan kapal selam tipe U-209/1400 dari Jerman. Dengan ditenagai 4 mesin diesel dan diawaki oleh 40 kru, KRI Alugoro-405 mampu melaju dengan kecepatan sekitar 21 knot di bawah air dan 12 knot di permukaan air serta mampu berlayar lebih dari 50 hari dengan jarak jelajah mencapai 18.520 kilometer serta lifetime selama 30 tahun. Dilengkapi dengan teknologi baru dan canggih serta dipersenjatai torpedo generasi terbaru yang mampu menghadapi pertempuran di bawah permukaan laut.

KRI Alugoro-405 mulai beroperasi di jajaran Satuan Kapal Selam TNI AL pada tahun 2021. Merupakan kapal selam kelas Nagapasa ke tiga dari tiga kapal selam kelas Nagapasa yang dipesan dari DSME Korea Selatan. Dalam pembangunannya turut melibatkan teknisi PT PAL Indonesia saat proses joint section di galangan kapal PT PAL Indonesia.

Nama Alugoro diambil dari nama senjata pusaka Prabu Baladewa berwujud gada berujung runcing yang mampu menhancurkan musuh-musuh.

Dalam pembuatan kapal selam kelas Nagapasa (KRI Nagapasa-403, KRI Ardadedali-404, dan KRI Alugoro-405) dilakukan kerja sama antara Pemerintah Indonesia dengan Korea Selatan lewat PT PAL Indonesia dan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Co Ltd. Kerja sama tersebut berupa alih teknologi pembuatan dan perbaikan kapal selam dengan tujuan agar Indonesia bisa memproduksi sendiri kapal selam lewat PT PAL Indonesia. Alih teknologi tersebut dilakukan dengan mengirimkan teknisi PT PAL Indonesia untuk belajar dan turut terlibat dalam proses produksi kapal selam KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404 di galangan kapal DSME Korea Selatan. Sedangkan dalam pembuatan KRI Alugoro-405, proses akhir pembuatan kapal selam dilakukan di galangan kapal PT PAL Indonesia Surabaya. KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404 dibuat di Korea Selatan dan dikirimkan ke Indonesia dalam bentuk kapal selam yang sudah jadi. Sedangkan KRI Alugoro-405 dibuat di Korea Selatan dan dikirimkan ke Indonesia dalam bentuk section-section (bagian-bagian). Selanjutnya proses penggabungannya (joint section) dilakukan oleh teknisi PT PAL Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara Asia Tenggara pertama yang mampu dan berhasil menciptakan kapal selam sendiri. Sebuah kebanggaan bagi seluruh bangsa Indonesia.

Dalam pengembangan kapal selam Indonesia, salah satu dukungan Pemerintah Indonesia adalah berupa dukungan pendanaan. Salah satunya melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada PT PAL Indonesia. Pada tahun 2015, Pemerintah Indonesia memberikan PMN kepada PT PAL Indonesia sebesar Rp1.500.000.000.000,00 untuk mendukung realisasi kemampuan dalam pemeliharaan dan perbaikan, serta produksi kapal selam. Kemudian pada tahun 2021, Pemerintah Indonesia kembali memberikan PMN kepada PT PAL Indonesia sebesar Rp1.280.000.000.000,00 untuk pembangunan infrastruktur produksi kapal selam secara Whole Local Production. Dana PMN tersebut telah dialokasikan oleh PT PAL Indonesia untuk peningkatan kemampuan produksi, Sumber Daya Manusia, dan fasilitas pendukung lain dalam pemeliharaan dan perbaikan, serta produksi kapal selam.

Berdasarkan Minimun Essential Force (MEF), dibutuhkan 12 kapal selam untuk menjaga wilayah maritim Indonesia. Sedangkan saat ini Indonesia baru memiliki 4 kapal selam. Kesenjangan kebutuhan kapal selam tersebut dapat diatasi dengan produksi kapal selam mandiri maupun dengan bekerja sama dengan pihak lain. Saat ini Indonesia telah memiliki kompetensi dan sarana prasarana pembangunan kapal selam yang memadahi di PT PAL Indonesia serta dukungan Pemerintah Indonesia melalui pembentukan holding Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (Defend ID). Selain itu terdapat potensi kerja sama dengan pihak perusahaan galangan kapal internasional seperti DSME Co Ltd Korea Selatan, Naval Group Prancis, dan ThyssenKrupp Marine Systems (TKMS) Jerman yang telah menyatakan ketertarikannya untuk bekerja sama dengan Indonesia cq PT PAL Indonesia dalam pembuatan kapal selam.

 


Penulis: Yusuf Eko Susilo – Pelaksana pada Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Yogyakarta

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini