Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Yogyakarta > Artikel
Memperoleh Manfaat Maksimal dari Membaca Buku
Rakhmayani Ardhanti
Kamis, 30 Juni 2022   |   1187 kali

Tentunya dapat disepakati bahwa terdapat banyak manfaat dari kegiatan membaca buku. Namun benefit favorit saya adalah bahwa buku yang bagus dapat memberi cara baru untuk menafsirkan pengalaman masa lalu.

Setiap kali memperoleh konsep atau ide/pemikiran baru dari sebuah buku maka “perangkat lunak” dalam otak diperbarui, dan memori atau keyakinan lama yang tersimpan dapat muncul kembali dan dimaknai dengan sudut pandang yang berbeda sesuai konsep atau ide/pemikiran yang baru tersebut. Selanjutnya kita dapat memetik hikmah dan pelajaran baru dari memori/momen lama, sebagaimana dikatakan Patrick O’Shaughnessy, “Membaca mengubah cara pandang terhadap masa lalu”

Tentu saja ini hanya benar jika kita menginternalisasi dan mengingat wawasan dari buku-buku yang dibaca. Utamanya bukan sekedar membaca buku, namun bagaimana memperoleh lebih banyak manfaat dari setiap buku yang dibaca.

Menuntut ilmu bukan satu-satunya alasan untuk membaca buku. Bagi sebagian besar penikmat buku, membaca untuk hobi atau hiburan dapat mendorong penggunaan waktu yang menyenangkan. Namun tulisan ini adalah tentang membaca untuk belajar. Dengan mengingat hal itu, perkenankan saya membagikan beberapa hal yang saya pelajari.

1.   Tidak Semua Buku Layak Dibaca

Tidak sulit untuk menemukan apakah sebuah buku layak baca atau tidak, karena tulisan dan ide-ide unik dan berkualitas tinggi akan menonjol seiring kita membacanya. Untuk itu rasanya kita perlu untuk memulai lebih banyak membaca buku. Ini tidak berarti kita harus membaca setiap buku halaman demi halaman. Baca saja sekilas daftar isi, judul bab dan subjudul. Memilih bagian yang menarik dan menyelami beberapa halaman. Kadang-kadang kita perlu membolak-balik buku dan melirik pada kalimat yang dicetak tebal. Tak lama kemudian muncul gagasan tentang seberapa bagus buku tersebut.

Yang sekiranya penting diingat adalah, segeralah berhenti dari buku yang tidak layak baca dan baca buku yang bagus dua kali. Waktu membaca tidak boleh disia-siakan untuk buku yang tidak layak. Tidaklah berlebihan jika seorang Patrick Collison mengatakan bahwa, “Hidup ini terlalu singkat untuk tidak membaca buku terbaik yang Anda ketahui saat ini” 

 

2.   Pilihlah Buku yang Ilmunya Dapat Segera Diterapkan

Salah satu cara meningkatkan pemahaman membaca adalah dengan memilih buku-buku yang isinya dapat langsung diterapkan. Mewujudkan kebijaksanaan dan ide-ide dari buku bacaan ke dalam tindakan adalah salah satu cara terbaik untuk menanamkannya ke dalam pikiran. Selain itu, hal tersebut turut memberikan insentif yang kuat dalam memahami dan mengingat materi buku tersebut. Terutama ketika sesuatu yang penting bagi kita terdampak oleh pengetahuan yang didapat setelah membaca buku tersebut. Jika kita berkecimpung dalam penugasan pengelolaan keuangan, misalnya, maka kita akan termotivasi untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari buku akuntansi yang dibaca. Demikian halnya jika kita berkecimpung bidang penilaian aset, mungkin akan membaca buku-buku karya Aswath Damodaran dengan lebih teliti daripada membacanya secara acak karena isi buku tersebut terkoneksi langsung dengan bidang penugasan yang ditangani.

Namun, tentu saja tidak semua buku yang bagus memuat panduan praktis ataupun gagasan yang dapat segera diterapkan dan sebenarnya hal tersebut bukan masalah pelik. Kita dapat menemukan kebijaksanaan dan pengetahuan dalam banyak buku berbeda-beda.

 

3.   Buatlah Catatan Kecil Setelah Membaca

Buatlah catatan tentang apa yang dibaca. Kita dapat melakukan ini dengan suka-suka, yang sederhana saja tidak perlu rumit. Lakukan saja sesuatu untuk menekankan poin dan bagian penting.

Untuk mempermudah, metode pencatatan dapat dilakukan dengan cara beda-berbeda tergantung format bukunya. Saat membaca buku digital saya akan menyorot dan memberikan warna menarik pada bagian-bagian teks, mengetik kutipan yang menarik saat mendengarkan buku audio dan melipat ujung halaman serta menuliskan catatan saat membaca buku cetak. Pendek kata, menyimpan catatan yang mudah dicari akan membantu untuk terhubung kembali pada ide dan gagasan sebuah buku, karena ide hanya berguna jika dapat menemukannya pada saat kita membutuhkannya.

 

4.   Gabungkan Pohon Pengetahuan

Isi sebuah buku dapat pula dipahami dengan cara membayangkannya seperti pohon pengetahuan dengan beberapa ide dasar yang membentuk batang, dan detail yang membentuk cabang. Kita dapat mempelajari lebih lanjut dan meningkatkan pemahaman membaca dengan “menghubungkan cabang” dan menggabungkan buku yang dibaca saat ini dengan pohon pengetahuan lainnya.

Hubungan seperti ini dapat membantu mengingat apa yang dibaca dengan mengaitkan informasi baru ke dalam konsep dan ide yang sudah dipahami. Seperti yang disampaikan oleh Charlie Munger, “Jika Anda memiliki kebiasaan mental untuk menghubungkan apa yang dibaca dengan pesan tersirat, ide dan konsep dasar yang ditunjukkan dalam sebuah buku, maka secara bertahap Anda akan mengumpulkan beberapa kebijaksanaan”

Saat kita membaca sesuatu yang mengingatkan tentang topik lain atau segera memicu koneksi atau ide, jangan biarkan pemikiran itu datang dan pergi begitu saja tanpa jejak. Tuliskan apa yang telah dipelajari dan jelaskan bagaimana hal tersebut terhubung dengan konsep dan pemikiran lain yang diketahui.

 

5.   Tulislah Ringkasan Singkat

Setelah menyelesaikan bacaan, tantang diri sendiri untuk merangkum seluruh teks hanya dalam tiga kalimat saja. Awalnya sulit, namun hal itu memaksa kita untuk menimbang apa yang benar-benar penting dari buku yang dibaca.

Beberapa pertanyaan sederhana untuk meringkas buku diantaranya,

·      Apa ide-ide utamanya?

·      Jika akan menerapkan satu ide dari buku ini sekarang, ide yang mana?

·      Bagaimana menggambarkan dan menceritakan kembali buku itu kepada orang lain?

Di kemudian hari kita dapat menemukan banyak manfaat yang bisa diperoleh dari membaca ringkasan satu paragraf singkat tersebut. Membaca catatan-catatan kecil tersebut layaknya kita membaca ulang seluruh buku.

Ben Carlson, seorang analis keuangan mengatakan hal serupa, “Saya menemukan cara terbaik untuk mengetahui apa yang telah saya pelajari dari sebuah buku dengan menulis sesuatu tentangnya”

Kesulitan dalam memeras seluruh isi buku menjadi tiga kalimat dapat diatasi menggunakan teknik Feynman. Metodenya cukup sederhana, tulis bagaimana kita akan menjelaskan buku tersebut kepada seseorang yang belum pernah membacanya.

Apabila menemukan diri terjebak lubang pemahaman yang ambigu, tinjau catatan atau kembali ke teks dan coba lagi. Teruslah menulis sampai menguasai gagasan utama dengan baik dan merasa yakin dengan penjelasan yang diberikan.

6.   Perkaya Koleksi Bacaan tentang Topik yang sama

Terdapat sebuah kutipan dari Thomas Aquinas, “Waspadalah terhadap manusia satu buku”

Hal tersebut mungkin dapat ditafsirkan lebih luas dari sekedar buku. Jika hanya membaca satu buku tentang suatu topik dan menggunakannya sebagai dasar keyakinan untuk seluruh kategori kehidupan, apakah keyakinan tersebut relevan? Akan jadi seberapa akurat dan lengkap pengetahuan kita?

Barangkali ada juga yang menggunakakan satu buku/satu artikel/satu dogma/satu konsep/satu ide/satu kebijaksanaan sebagai dasar atas keyakinannya terhadap suatu hal. Implementasi konkretnya dapat dijumpai dalam hal penggunaan pengalaman/pengetahuan pribadi sebagai dasar keyakinan sebagaimana dikatakan Morgan Houstel, “Pengalaman pribadi Anda mungkin membentuk 0,00000001 persen dari apa yang Anda alami, namun mungkin 80%-nya adalah dari cara Anda memandang dunia bekerja. Kita semua bias pada sejarah pribadi kita sendiri”

Salah satu cara mengatasi masalah tersebut adalah dengan membaca berbagai buku tentang topik yang sama. Menggali sudut pandang yang berbeda, melihat masalah yang sama melalui mata berbagai penulis dan mencoba melampau batas pengalaman diri sendiri.

 

7.   Membaca Kembali   

Mari kita melangkah ke poin terakhir dengan kembali ke ide yang disebutkan di awal tulisan ini: membaca buku-buku bagus sebanyak dua kali. Filsuf Karl Popper menjelaskan manfaatnya dengan baik, “Apapun yang layak dibaca tidak hanya layak dibaca dua kali, tapi layak dibaca lagi dan lagi. Jika sebuah buku memuat pengetahuan berharga, maka setiap Anda membacanya Anda akan menemukan hal-hal baru di dalamnya yang tidak Anda sadari sebelumnya, meskipun Anda telah membacanya berkali-kali”.

Membaca kembali buku-buku bagus mungkin dapat sedikit membantu memberikan inspirasi sesuai dinamika yang dihadapi. Ketika membaca buku kali kedua mungkin kita akan menangkap beberapa hal yang dilewatkan saat membacanya pertama kali, dan konsep serta pemikiran yang baru tersebut relevan bagi kita pada saat saya membaca ulang. Wajar jika setelah membaca kembali terdapat kalimat berbeda yang “melompat keluar” dan sepertinya cocok dengan kondisi tergantung pada titik kita berada dalam kehidupan saat ini. Kita membaca kembali buku yang sama tetapi tidak membacanya dengan cara yang sama. Seperti catatan Charles Chu, “Saya selalu pulang ke rumah ke beberapa penulis yang sama. Dan, tidak perduli berapa kali saya kembali, saya selalu menemukan mereka memiliki sesuatu yang baru untuk dikatakan”

Bahkan jika kita tidak mendapatkan sesuatu yang baru dari setiap bacaan, akan tetap bermanfaat untuk mengunjungi kembali buku-buku hebat karena konsep dan ide-ide perlu diulang untuk diingat. Penulis David Cain pernah berkata, “Ketika Anda hanya mempelajari sesuatu sekali, Anda tidak benar-benar mempelajarinya, setidaknya hal tersebut tidak cukup banyak mengubah diri Anda. Ia mungkin menginspirasi sesaat, tetapi kemudian akan lenyap dari pikiran dengan cepat akibat kebiasaan lama yang sebelumnya melekat kuat pada diri Anda. Kembali ke ide-ide menarik akan memperkuatnya dalam pikiran Anda”

Nassim Taleb merangkum semuanya dengan cukup ringkas, “Buku yang bagus menjadi lebih baik pada bacaan kedua. Sebuah buku besar pada bacaan ketiga. Buku apapun yang tidak layak dibaca ulang tidak layak dibaca”

Jadi, setelah membaca artikel ini buku apa yang hendak Anda baca?

 

Penulis : Novika Diah Anggraeni, Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Yogyakarta

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini