Tentunya dapat
disepakati bahwa terdapat banyak manfaat dari kegiatan membaca buku.
Namun benefit favorit saya adalah bahwa buku yang bagus dapat memberi cara baru untuk menafsirkan pengalaman
masa lalu.
Setiap kali
memperoleh konsep atau ide/pemikiran baru dari sebuah buku maka “perangkat
lunak” dalam otak diperbarui, dan memori atau keyakinan lama yang tersimpan dapat
muncul kembali dan dimaknai dengan sudut pandang yang berbeda sesuai konsep
atau ide/pemikiran yang baru tersebut. Selanjutnya kita dapat
memetik hikmah dan pelajaran baru dari memori/momen lama, sebagaimana dikatakan
Patrick O’Shaughnessy, “Membaca mengubah cara pandang terhadap masa lalu”
Tentu saja ini
hanya benar jika kita menginternalisasi dan mengingat wawasan dari buku-buku
yang dibaca. Utamanya bukan sekedar membaca buku, namun bagaimana memperoleh
lebih banyak manfaat dari setiap buku yang dibaca.
Menuntut ilmu bukan
satu-satunya alasan untuk membaca buku. Bagi sebagian besar penikmat buku, membaca
untuk hobi atau hiburan dapat mendorong penggunaan waktu yang menyenangkan.
Namun tulisan ini adalah tentang membaca untuk belajar. Dengan mengingat hal
itu, perkenankan saya membagikan beberapa hal yang saya pelajari.
1.
Tidak Semua Buku Layak Dibaca
Tidak sulit untuk menemukan apakah
sebuah buku layak baca atau tidak, karena tulisan dan ide-ide unik dan
berkualitas tinggi akan menonjol seiring kita membacanya. Untuk itu rasanya kita perlu
untuk memulai lebih banyak membaca buku. Ini tidak berarti kita harus
membaca setiap buku halaman demi halaman. Baca saja sekilas daftar isi, judul bab dan subjudul. Memilih
bagian yang menarik dan menyelami beberapa halaman. Kadang-kadang kita perlu
membolak-balik buku dan melirik pada kalimat yang dicetak tebal. Tak lama
kemudian muncul gagasan tentang seberapa bagus buku tersebut.
Yang sekiranya penting diingat adalah,
segeralah berhenti dari buku yang tidak layak baca dan baca buku yang bagus dua
kali. Waktu membaca tidak boleh disia-siakan untuk buku yang tidak layak.
Tidaklah berlebihan jika seorang Patrick Collison mengatakan bahwa, “Hidup ini
terlalu singkat untuk tidak membaca buku terbaik yang Anda ketahui saat ini”
2.
Pilihlah Buku yang Ilmunya Dapat Segera Diterapkan
Salah satu cara meningkatkan pemahaman
membaca adalah dengan memilih buku-buku yang isinya dapat langsung diterapkan.
Mewujudkan kebijaksanaan dan ide-ide dari buku bacaan ke dalam tindakan adalah
salah satu cara terbaik untuk menanamkannya ke dalam pikiran. Selain itu, hal
tersebut turut memberikan insentif yang kuat dalam memahami dan mengingat
materi buku tersebut. Terutama ketika sesuatu yang penting bagi kita terdampak
oleh pengetahuan yang didapat setelah membaca buku tersebut. Jika kita berkecimpung
dalam penugasan pengelolaan keuangan, misalnya, maka kita akan
termotivasi untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan dari buku akuntansi yang
dibaca. Demikian halnya jika kita berkecimpung bidang penilaian
aset, mungkin akan membaca buku-buku karya Aswath Damodaran dengan lebih teliti
daripada membacanya secara acak karena isi buku tersebut terkoneksi langsung
dengan bidang penugasan yang ditangani.
Namun, tentu saja tidak semua buku
yang bagus memuat panduan praktis ataupun gagasan yang dapat segera diterapkan
dan sebenarnya hal tersebut bukan masalah pelik. Kita dapat menemukan
kebijaksanaan dan pengetahuan dalam banyak buku berbeda-beda.
3.
Buatlah Catatan Kecil Setelah Membaca
Buatlah catatan tentang apa yang
dibaca. Kita dapat melakukan ini dengan suka-suka, yang sederhana
saja tidak perlu rumit. Lakukan saja sesuatu untuk menekankan poin dan bagian
penting.
Untuk mempermudah, metode pencatatan
dapat dilakukan dengan cara beda-berbeda tergantung format bukunya. Saat
membaca buku digital saya akan menyorot dan memberikan warna menarik pada
bagian-bagian teks, mengetik kutipan yang menarik saat mendengarkan buku audio
dan melipat
ujung halaman serta menuliskan catatan saat membaca buku cetak. Pendek kata,
menyimpan catatan yang mudah dicari akan membantu untuk terhubung kembali pada ide
dan gagasan sebuah buku, karena ide hanya berguna jika dapat menemukannya pada
saat kita
membutuhkannya.
4.
Gabungkan Pohon Pengetahuan
Isi sebuah buku dapat pula dipahami
dengan cara membayangkannya seperti pohon pengetahuan dengan beberapa ide dasar
yang membentuk batang, dan detail yang membentuk cabang. Kita dapat
mempelajari lebih lanjut dan meningkatkan pemahaman membaca dengan
“menghubungkan cabang” dan menggabungkan buku yang dibaca saat ini dengan pohon
pengetahuan lainnya.
Hubungan seperti ini dapat membantu
mengingat apa yang dibaca dengan mengaitkan informasi baru ke dalam konsep dan
ide yang sudah dipahami. Seperti yang disampaikan oleh Charlie Munger, “Jika Anda memiliki
kebiasaan mental untuk menghubungkan apa yang dibaca dengan pesan tersirat, ide
dan konsep dasar yang ditunjukkan dalam sebuah buku, maka secara bertahap Anda
akan mengumpulkan beberapa kebijaksanaan”
Saat kita membaca sesuatu
yang mengingatkan tentang topik lain atau segera memicu koneksi atau ide,
jangan biarkan pemikiran itu datang dan pergi begitu saja tanpa jejak. Tuliskan
apa yang telah dipelajari dan jelaskan bagaimana hal tersebut terhubung dengan
konsep dan pemikiran lain yang diketahui.
5.
Tulislah Ringkasan Singkat
Setelah menyelesaikan bacaan, tantang
diri sendiri untuk merangkum seluruh teks hanya dalam tiga kalimat saja.
Awalnya sulit, namun hal itu memaksa kita untuk menimbang apa yang benar-benar penting dari buku
yang dibaca.
Beberapa pertanyaan sederhana untuk
meringkas buku diantaranya,
· Apa ide-ide
utamanya?
· Jika akan menerapkan
satu ide dari buku ini sekarang, ide yang mana?
· Bagaimana menggambarkan
dan menceritakan kembali buku itu kepada orang lain?
Di kemudian hari kita dapat menemukan
banyak manfaat yang bisa diperoleh dari membaca ringkasan satu paragraf singkat
tersebut. Membaca catatan-catatan kecil tersebut layaknya kita membaca
ulang seluruh buku.
Ben Carlson, seorang analis keuangan
mengatakan hal serupa, “Saya menemukan cara terbaik untuk mengetahui apa yang
telah saya pelajari dari sebuah buku dengan menulis sesuatu tentangnya”
Kesulitan dalam memeras seluruh isi
buku menjadi tiga kalimat dapat diatasi menggunakan teknik Feynman. Metodenya
cukup sederhana, tulis bagaimana kita akan menjelaskan buku tersebut kepada seseorang yang
belum pernah membacanya.
Apabila menemukan diri terjebak lubang
pemahaman yang ambigu, tinjau catatan atau kembali ke teks dan coba lagi.
Teruslah menulis sampai menguasai gagasan utama dengan baik dan merasa yakin
dengan penjelasan yang diberikan.
6.
Perkaya Koleksi Bacaan tentang Topik yang sama
Terdapat sebuah kutipan dari Thomas
Aquinas, “Waspadalah terhadap manusia satu buku”
Hal tersebut mungkin dapat ditafsirkan
lebih luas dari sekedar buku. Jika hanya membaca satu buku tentang suatu topik
dan menggunakannya sebagai dasar keyakinan untuk seluruh kategori kehidupan,
apakah keyakinan tersebut relevan? Akan jadi seberapa akurat dan lengkap pengetahuan
kita?
Barangkali ada juga yang menggunakakan
satu buku/satu artikel/satu dogma/satu konsep/satu ide/satu kebijaksanaan
sebagai dasar atas keyakinannya terhadap suatu hal. Implementasi konkretnya
dapat dijumpai dalam hal penggunaan pengalaman/pengetahuan pribadi sebagai
dasar keyakinan sebagaimana dikatakan Morgan Houstel, “Pengalaman pribadi Anda
mungkin membentuk 0,00000001 persen dari apa yang Anda alami, namun mungkin 80%-nya adalah
dari cara Anda memandang dunia bekerja. Kita semua bias pada sejarah pribadi
kita sendiri”
Salah satu cara mengatasi masalah
tersebut adalah dengan membaca berbagai buku tentang topik yang sama. Menggali
sudut pandang yang berbeda, melihat masalah yang sama melalui mata berbagai
penulis dan mencoba melampau batas pengalaman diri sendiri.
7.
Membaca Kembali
Mari kita melangkah ke poin terakhir dengan kembali ke
ide yang disebutkan di awal tulisan ini: membaca buku-buku bagus sebanyak dua
kali. Filsuf Karl Popper menjelaskan manfaatnya dengan baik, “Apapun yang layak
dibaca tidak hanya layak dibaca dua kali, tapi layak dibaca lagi dan lagi. Jika
sebuah buku memuat pengetahuan berharga, maka setiap Anda membacanya Anda akan
menemukan hal-hal baru di dalamnya yang tidak Anda sadari sebelumnya, meskipun
Anda telah membacanya berkali-kali”.
Membaca kembali buku-buku bagus
mungkin dapat sedikit membantu memberikan inspirasi sesuai dinamika yang
dihadapi. Ketika membaca buku kali kedua mungkin kita akan menangkap
beberapa hal yang dilewatkan saat membacanya pertama kali, dan konsep serta
pemikiran yang baru tersebut relevan bagi kita pada saat saya membaca ulang. Wajar jika setelah membaca
kembali terdapat kalimat berbeda yang “melompat keluar” dan sepertinya cocok
dengan kondisi tergantung pada titik kita berada dalam kehidupan saat ini. Kita membaca kembali
buku yang sama tetapi tidak membacanya dengan cara yang sama. Seperti catatan
Charles Chu, “Saya selalu pulang ke rumah ke beberapa penulis yang sama. Dan,
tidak perduli berapa kali saya kembali, saya selalu menemukan mereka memiliki
sesuatu yang baru untuk dikatakan”
Bahkan jika kita tidak
mendapatkan sesuatu yang baru dari setiap bacaan, akan tetap bermanfaat untuk
mengunjungi kembali buku-buku hebat karena konsep dan ide-ide perlu diulang
untuk diingat. Penulis David Cain pernah berkata, “Ketika Anda hanya
mempelajari sesuatu sekali, Anda tidak benar-benar mempelajarinya, setidaknya
hal tersebut tidak cukup banyak mengubah diri Anda. Ia mungkin menginspirasi
sesaat, tetapi kemudian akan lenyap dari pikiran dengan cepat akibat kebiasaan
lama yang sebelumnya melekat kuat pada diri Anda. Kembali ke ide-ide menarik
akan memperkuatnya dalam pikiran Anda”
Nassim Taleb merangkum semuanya
dengan cukup ringkas, “Buku yang bagus menjadi lebih baik pada bacaan
kedua. Sebuah buku besar pada bacaan ketiga. Buku apapun yang tidak layak
dibaca ulang tidak layak dibaca”
Jadi, setelah membaca artikel
ini buku apa yang hendak Anda baca?
Penulis : Novika Diah Anggraeni, Seksi Hukum dan
Informasi KPKNL Yogyakarta