PENDAHULUAN
Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang dianggap menguntungkan sehingga sering disebut dengan core leading sector. Sektor ini melibatkan banyak perusahaan besar transnasional yang menghasilkan keuntungan yang dapat dirasakan dari level regional hingga nasional. Alhasil, peningkatan destinasi dan investasi pariwisata tersebut dapat meningkatkan terciptanya lapangan kerja, pengembangan usaha, dan infrastruktur (Ratman, 2016).
Gambar 1.1. Kunjungan Bulanan Wisatawan
Mancanegara 2020 vs 2019
Sumber: kemenparekraf.go.id
Sektor pariwisata di Indonesia pernah mengalami kemerosotan sejak adanya pandemi Covid-19. Adanya berbagai kebijakan membuat para wisatawan berpikir dua kali untuk bisa pergi berpariwisata. Bahkan, pada tahun 2020 kunjungan wisatawan mancanegara hanya sebanyak 4.052.923 kunjungan (kemenparekraf.go.id) berbeda dari tahun 2019 sebanyak 16.10.600 kunjungan. Namun, sejak bulan Januari tahun 2022 pariwisata di Indonesia telah berangsur pulih. Di bulan tersebut telah mengalami pertumbuhan hingga 13,62% dibandingkan Januari 2021.
Menurut data BPS tahun 2020, pandemi
Covid-19 sangat berdampak pada lapangan pekerjaan. Akibatnya, sekitar 409 ribu
tenaga kerja telah kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata. Oleh karena itu,
perlu upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan pariwisata Indonesia, salah
satunya dengan semakin menggiatkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang telah
diatur pada UU Nomor 39 Tahun 2009.
KEK merupakan kawasan tertentu yang diberlakukan ketentuan khusus di bidang kepabeanan, perpajakan, perizinan, keimigrasian, dan ketenagakerjaan. Mandalika dipilih menjadi salah satu KEK yang telah ditetapkan melalui PP No. 52 tahun 2014 pada 30 Juni 2014. Wilayah yang dikembangkan ini memiliki luas 1.035,67 Ha yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
ANALISIS
PROGRAM EXISTING
1.
Program
Pemerintah
Tujuan adanya KEK Mandalika adalah mengundang investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Dalam pengembangannya, pemerintah telah memberikan insentif pajak dan kemudahan perizinan untuk para investor. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan beberapa program untuk mengembangkan KEK Mandalika, sebagai berikut.Tujuan adanya KEK Mandalika adalah mengundang investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Dalam pengembangannya, pemerintah telah memberikan insentif pajak dan kemudahan perizinan untuk para investor. Pemerintah Indonesia telah meluncurkan beberapa program untuk mengembangkan KEK Mandalika, sebagai berikut.
a)
Infrastruktur
Pemerintah
telah melakukan investasi dalam pembangunan infrastruktur di Mandalika, yaitu
jalan, jembatan, bandara, dan fasilitas pendukung lainnya. Perbaikan dan
pengembangan jalan utama yang menghubungkan Bandara Internasional Lombok dengan
kawasan wisata Mandalika telah dilakukan. Bahkan, pemerintah telah melakukan
perluasan bandara internasional untuk mengantisipasi membludaknya wisatawan
baik domestik maupun mancanegara. Infrastruktur yang baik menjadi landasan penting
untuk mengembangkan potensi Mandalika sebagai destinasi pariwisata.
b)
Peningkatan
Aksesibilitas
Peningkatan
aksesibilitas telah menjadi salah satu fokus pemerintah untuk Mandalika. Hal
ini meliputi perluasan dan peningkatan Bandara Internasional Lombok. Tak hanya
itu saja, pemerintah juga melakukan peningkatan jaringan jalan untuk
mempermudah akses ke Mandalika dari berbagai wilayah di Lombok. Terdapat
beberapa pilihan transportasi yang dapat digunakan untuk mencapai Mandalika
dari bandara, yaitu taksi, layanan Ride-Hailing, sewa mobil, shuttle
bus, dan bus/minibus.
c)
Pembangunan
Hotel dan Fasilitas Pariwisata
Pemerintah
telah berkolaborasi dengan investor untuk membangun hotel dan fasilitas
pariwisata di Mandalika. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas
akomodasi dan menyediakan fasilitas yang diperlukan bagi wisatawan yang akan
berkunjung ke Mandalika. Beberapa hotel yang dibangun telah mendapatkan
sertifikasi atau label ramah lingkungan, seperti LEED (Leadership in Energy
and Environmental Design) atau Green Globe.
d)
Pengembangan
Lingkungan
Pemerintah telah berkomitmen untuk menjaga kelestarian lingkungan di Mandalika. Program ini mencakup pengelolaan limbah, pengembangan taman nasional dan konservasi, serta praktik ramah lingkungan dalam pengembangan infrastruktur, properti, dan fasilitas lainnya. Berbagai fasilitas pariwisata di Mandalika telah menggunakan sumber energi terbarukan dengan penggunaan panel surya atau tenaga angin. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan ketergantungan pada sumber energi fosil.
2.
Implementasi
Program Ecotourism
Mandalika telah
digadang-gadang sebagai kawasan ekonomi khusus yang berbasis pariwisata karena
telah ditetapkan menjadi salah satu dari sepuluh destinasi pariwisata di
tingkat nasional. Bahkan, Mandalika saat ini menempati posisi kedua setelah
Candi Borobudur sebagai destinasi dengan performa terbaik. Pesona pantai dan
bawah laut yang memukau membuat Mandalika sebagai salah satu kawasan yang
unggul untuk dijadikan destinasi wisata.
Dalam pengembangan kawasan ekonomi
khusus di Mandalika, pemerintah memperhatikan berbagai aspek, yakni aspek
lingkungan dan aspek budaya daerah. Pada aspek lingkungan telah direncanakan
sebanyak 51% area akan ditetapkan sebagai kawasan hijau sesuai dengan instruksi
dari Jokowi, Presiden Indonesia (Humas NTB, 2017). Untuk mencapai itu,
diperlukan penerapan konsep ecotourism dengan memperhatikan aspek
ekologis di zona tersebut.
Implementasi Ecotourism
memberikan empat keuntungan bagi Indonesia. Yang pertama, adanya konsep green
infrastructure yang ditawarkan telah menarik investor asing dalam
pembangunan KEK (Nursyamsy, 2017). Kedua, adanya penerapan konsep sustainability
dan green economy menjadikan tersedianya infrastruktur yang ramah
lingkungan. Ketiga, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) menjadi sumber
energi listrik seluas 1.200 hektar sehingga dapat memenuhi elektrifikasi di
area beroperasinya KEK. Keempat, tersedianya jaringan kereta listrik sebagai
penunjang transportasi wisata yang ramah lingkungan.
Implementasi Ecotourism tidak hanya menawarkan wisata dengan berbasis alam saja, tetapi memperkenalkan kultur dan budaya lokal. Para wisatawan dapat mengunjungi pemukiman warga yang umumnya masih menjunjung tinggi adat dan istiadat. Salah satunya, Festival Bau Nyale yang dilakukan oleh penduduk lokal Lombok Tengah. Festival tersebut dilakukan satu kali dalam setahun yang dilaksanakan secara bersama-sama menangkap cacing atau nyale. Program ini dilakukan untuk mempromosikan pemajuan budaya lokal dan pelestarian warisan budaya.
3.
Analisis
Capaian dibandingkan dengan SDGs
Sustainable Development
Goals (SDGs) merupakan serangkaian tujuan global yang ditetapkan oleh
Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan di
seluruh dunia. Tujuan adanya KEK Mandalika yang tercantum pada sesuai dengan
pasal 4 UU No. 10 Tahun 2009 telah sejalan dengan beberapa aspek tujuan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Programs).
Tujuan-tujuan yang telah selaras adalah sebagai berikut.
a.
Tujuan
7: Energi Bersih dan Terjangkau
Fasilitas yang dibangun di Nusa Tenggara Barat menggunakan konsep eco green. Fasilitas yang menggunakan konsep tersebut antara lain, infrastruktur berupa penyediaan air bersih Dengan adanya program air bersih ini diharapkan dapat mengedukasi dan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kebersihan dan sanitasi air.
b.
Tujuan
8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi
KEK Mandalika dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, peningkatan ekonomi, dan pengembangan sektor pariwisata yang berkelanjutan. Hal ini dapat mencakup peningkatan peluang kerja lokal, pengembangan UMKM, serta investasi dalam infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
c.
Tujuan
9: Industri Inovasi dan Infrastruktur
Pemerintah telah membangun dan mengembangkan banyak infrastruktur untuk mendukung KEK Mandalika. Pengembangan infrastruktur yang berkelanjutan dan berorientasi masa depan akan memperkuat konektivitas dan memfasilitasi pertumbuhan sektor pariwisata.
d.
Tujuan
11: Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan
KEK Mandalika dapat memastikan bahwa pembangunan di wilayah tersebut berlangsung secara berkelanjutan. Pemerintah telah melakukan perencanaan terkait dengan pengelolaan limbah, penggunaan energi yang efisien, perlindungan lingkungan, dan aksesibilitas universal. Salah satu program tersebut, pemerintah telah mencanangkan untuk mengembangkan fasilitas antara lain high end and low density hotel, villas, apartments, resorts, dan residential.
e.
Tujuan
13: Tindakan untuk Mengatasi Perubahan Iklim
Pemerintah
telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi dampak perubahan iklim dengan
melibatkan penggunaan energi terbarukan. Alhasil, adanya pengurangan emisi gas
rumah kaca sehingga dapat menjadi salah satu upaya untuk turut serta mengatasi
perubahan iklim.
4. Kritik Program Ecotourism
Sayangnya implementasi
program Ecotourism mendapatkan kritik karena dianggap lebih mengedepankan aspek
ekonomi daripada aspek lingkungan. Stakeholder yang terlibat pun hanya
segelintir pihak yang memiliki modal saja. Akibatnya, masyarakat setempat tidak
mendapatkan manfaat yang sebanding dengan pengorbanan dan dampak yang mereka
alami. Walaupun program ini dapat menciptakan peluang kerja, distribusi
kesempatan kerja berpeluang tidak adil dan merata. Pekerjaan dengan posisi yang
menguntungkan cenderung akan diberikan kepada tenaga kerja yang lebih terampil
yang berasal dari luar wilayah. Masyarakat lokal pun terbatas terhadap
pekerjaan dengan upah rendah dan kurang stabilitas.
Adanya risiko pembangunan yang
berlebihan menjadikan program ini mendapat kritikan karena muncul kekhawatiran
peningkatan pariwisata yang cepat dan besar-besaran. Akibatnya terjadi
kerusakan lingkungan, penggusuran masyarakat lokal, dan justru merusak keaslian
budaya setempat. Pembangunan yang tidak terkendali dapat menyebabkan mengancam
keanekaragaman hayati, termasuk spesies langka dan endemik. Kehilangan habitat
juga dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dan mengurangi fungsi
lingkungan, seperti perlindungan pantai dan penyimpanan karbon. Bencana alam
menjadi risiko terburuk yang dapat terjadi. Wilayah yang terlalu padat dan
kurang perencanaan yang baik dapat mengakibatkan longsor, banjir, dan dampak
lainnya.
Konflik sumber daya pun rentan terjadi
antara kepentingan pariwisata dan kebutuhan masyarakat lokal. Misalnya,
peningkatan permintaan air, lahan, atau sumber daya alam lainnya untuk
keperluan pariwisata akan bersaing dengan kebutuhan masyarakat setempat untuk
pertanian, perikanan, atau penghidupan tradisional setempat. Masyarakat
setempat akan kehilangan kontrol atas sumber daya alam yang tersedia untuk
penghidupannya. Tanah, hutan, dan perairan yang digunakan oleh masyarakat dapat
beralih kepemilikan dan pengelolaan oleh pihak eksternal sehingga mengurangi
kemandirian dan keberlanjutan ekonomi mereka.
Konflik lainnya yang dapat terjadi
adalah adanya pengaruh budaya. Budaya lokal dapat dikomersialisasikan secara
tidak autentik hanya untuk memenuhi keinginan pasar. Alhasil, aspek-aspek
budaya yang bernilai dan berharga dapat terabaikan.
Pemerintah perlu memperhatikan
kritik-kritik tersebut. Selanjutnya, pemerintah perlu mencari solusi yang
seimbang untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan melibatkan masyarakat
setempat. Pemerintah dapat melibatkan masyarakat dalam perencanaan,
implementasi, dan evaluasi program agar kepentingan dan aspirasi mereka dapat
terakomodasi dengan baik. Dengan demikian, manfaat ekowisata dapat adil dan
berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.
PENGEMBANGAN PROGRAM KE DEPAN
KEK
Mandalika diharapkan dapat menjadi kawasan ekonomi yang berkelanjutan.
Pemerintah dapat melakukan pengembangan program melalui berbagai aspek. Pertama,
KEK Mandalika dapat melakukan diversifikasi produk wisata untuk menarik
berbagai segmen wisatawan. Pemerintah dapat mengembangkan wisata alam, budaya,
sejarah, agrowisata, dan petualangan. Pengembangan wisata tersebut dapat
memberikan pengalaman dan daya tarik yang berbeda bagi wisatawan.
Kedua, meningkatkan praktik ekowisata dan
keberlanjutan di Mandalika. Pemerintah dapat mendorong penerapan
prinsip-prinsip ekowisata, seperti pengelolaan yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan, pelestarian budaya lokal, partisipasi masyarakat, dan manfaat
ekonomi yang adil. Sertifikasi ekowisata juga dapat diperkenalkan untuk
mendorong bisnis pariwisata yang mengadopsi praktik berkelanjutan.
Ketiga, program ke depan harus fokus pada
pemberdayaan masyarakat lokal di Mandalika. Masyarakat dibekali pelatihan
keterampilan untuk pembangunan usaha kecil dan menengah sehingga meningkatnya
kesempatan kerja lokal. Hal ini dapat mendukung industri lokal dan pengembangan
jasa wisata lokal. Sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan terlatih akan
mendukung pengelolaan pariwisata yang efektif dan berkualitas.
Keempat, mempromosikan KEK Mandalika secara
efektif di tingkat nasional dan internasional. Strategi promosi yang efektif
akan membantu meningkatkan daya tarik wisatawan. Promosi ini berguna untuk
menjangkau pasar potensial sehingga meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.
Pemerintah dapat bekerja sama dengan pihak swasta, menjalin kemitraan strategis,
dan menggunakan media sosial serta teknologi digital untuk memperluas jangkauan
promosi.
Kelima, keseimbangan yang baik antara
pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan serta budaya. Pembangunan
infrastruktur dan pengembangan pariwisata harus memperhitungkan kapasitas
lingkungan, keberlanjutan sumber daya alam, dan kesejahteraan masyarakat
setempat. Pemerintah harus mengatur batasan dan mengawasi pertumbuhan untuk
memastikan keberlanjutan jangka panjang.
KESIMPULAN
Sektor pariwisata sering disebut sebagai
core leading karena menghasilkan keuntungan yang dapat dirasakan dari
level regional hingga nasional. Mandalika merupakan salah satu kawasan ekonomi
khusus yang berbasis pariwisata yang menempati posisi kedua setelah Candi
Borobudur sebagai destinasi dengan performa terbaik.
Tujuan adanya KEK
Mandalika adalah mengundang investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di
daerah tersebut. Tujuan KEK Mandalika telah sejalan dengan SDGs, yakni pada
tujuan energi rersih dan terjangkau, pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi,
industri inovasi dan infrastruktur, kota dan pemukiman yang berkelanjutan, dan
tindakan untuk mengatasi perubahan iklim.
Pengembangan
KEK Mandalika menggunakan konsep ecotourism. Namun, sayangnya konsep ini
mendapatkan beberapa kritikan yaitu dianggap lebih mengedepankan aspek ekonomi
daripada aspek lingkungan, risiko pembangunan berlebihan, konflik sumber daya
alam, dan pengaruh budaya. KEK Mandalika diharapkan dapat menjadi kawasan
ekonomi yang berkelanjutan dengan melakukan berbagai pengembangan program.
Program tersebut yakni diversifikasi produk wisata, meningkatkan praktik
ekowisata dan keberlanjutan, fokus pada pemberdayaan masyarakat lokal, promosi
secara efektif, dan keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian
lingkungan serta budaya.
Penulis: Devy Kusumaningrum
Daftar
Pustaka
Estriani, Heavy Nala., 2019. "Kawasan
Ekonomi Khusus (Kek) Mandalika Dalam Implementasi Konsep Pariwisata Berbasis
Ecotourism: Peluang Dan Tantangan." Jurnal Hubungan Internasional 2,
no. 1 (2019).
Kemenparekraf. Statistik Kunjungan WIsatawan
Bulan Januari 2022.https://kemenparekraf.go.id/statistik-wisatawan-mancanegara/statistik-kunjungan-wisatawan-mancanegara-bulan-januari-2022
Rustini, R., 2021. Pelayanan Tuan Rumah
Homestay dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat (Community
Based-Tourism) di Desa Wisata Wates Jaya, Kabupaten Bogor. Destinesia:
Jurnal Hospitaliti Dan Pariwisata.
Trimulato, T., Syamsu, N. dan Octaviany, M., 2021. Sustainable Development Goals (SDGs) Melalui Pembiayaan Produktif UMKM di Bank Syariah. Islamic Review: Jurnal Riset Dan Kajian Keislaman.