Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Bekasi > Artikel
Hamim Mustofa Dalam Kenangan: Meski Langkahnya Tertatih, Namun Semangat Kerjanya Tak Pernah Pudar
Asnul
Jum'at, 27 Agustus 2021   |   567 kali

Tulisan ini sebagai ‘prasasti’ dari seorang Hamim Mustofa yang akan selalu dikenang, diambil sebagai hikmah, pelajaran, dijadikan sebagai acuan, inspirasi, dan motivasi dalam melakukan rutinitas.

Totalitas dan integritas yang ditunjukkan oleh Hamim Mustofa dalam melaksanakan tugasnya mencerminkan bahwa ia telah melaksanakan tanggung jawab yang diembannya dengan penuh amanah.

Semua orang yang mengenal Hamim tentunya mengetahui betapa ia adalah sosok yang sangat menjaga integritas, profesional, dan komitmen. Hal itu juga telah ditunjukkan olehnya selama lebih kurang dua tahun beliau memimpin Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bekasi.

Namun, sayang sekali segala impian dan komitmennya tak selaras dengan takdir yang Allah Swt. Tentukan. Allah Swt. memberi ujian pada raga Hamim. Sejak bulan Maret 2021, Hamim divonis oleh dokter mengalami masalah dengan ginjalnya, sehingga Hamim harus menjalankan proses cuci darah dua kali dalam seminggu. Lama-kelamaan perlahan-lahan beberapa keluhan mulai dirasakan oleh lelaki kelahiran 24 Agustus 1974 itu. Mulai dari pegal-pegal, lemas, dan kehilangan nafsu makan, tetapi hal itu tak jua menyurutkan semangat dan kinerjanya.

Cinta, tanggung jawab pada pekerjaan, dan integritas telah mengalahkan segala sakit yang dirasakannya. Dengan langkah yang tak lagi tegap dan terkadang dengan napas yang sedikit tersengal-sengal, sedapat mungkin tetap disembunyikannya di balik kinerja dan semangatnya yang begitu tinggi. Hamim tetap melakukan pekerjaan di kantor, datang sebelum gerbang kantor dibuka dan pulang setelah pukul 17.00 WIB. Semangat dan kinerjanya tak tergoyahkan meskipun para pejabat KPKNL Bekasi silih berganti mengingatkan dan meminta agar sementara ia dapat melaksanakan Work Frome Home (WFH).

Namun, semangat Hamim tetap kokoh tak tergoyahkan oleh sakit yang dirasakannya, Hamim selalu memilih untuk melakukan pekerjaan di kantor (WFO). Sekalipun pada jadwal hemodialisis (HD), selesai melakukan HD Hamim akan datang ke kantor untuk melaksanakan tugas-tugasnya. Kegiatan Zoom Meeting yang dilaksanakan setiap hari pun tak pernah terlewatkan olehnya, Hamim terus melakukan kegiatan seperti biasa, memantau kinerja bawahannya, dan melakukan segala tanggung jawabnya dengan penuh semangat.

Dan semua orang pun tahu, bahwa bukan hanya ia yang sedang didera sakit, namun sang istri  juga berada dalam keadaan yang kurang sehat, karena mengalami gagal napas pada saat melahirkan putra ketiganya, sejak tiga tahun yang lalu. Dan semenjak itu pula ia selalu memerlukan bantuan oksigen untuk bernapas.

Penyakitnya ataupun penyakit yang diderita oleh sang istri takkan mampu menghalangi atau mengurangi kinerjanya. Hamim bahkan tak pernah menunjukkan raut wajah sedih, sakit, ataupun galau.

Semua pegawai setuju dan mengakui bahwa Hamim adalah sosok yang tegar, sabar, semangat, berintegritas, pekerja keras, bertanggung jawab, dan tak pernah memanfaatkan kondisinya untuk sekadar beristirahat, walaupun sebenarnya ia tau bahwa fisiknya harus rehat sejenak.

Hari berlalu, bulan pun berganti. Kesehatan Hamim berangsur menurun. Fisiknya mulai digerogoti penyakit yang tak lagi bisa disembunyikannya. Begitu pun dengan sang istri yang fisiknya semakin hari semakin melemah. Bahkan Hamim pernah mengatakan pada suatu kesempatan bahwa selama setahun terakhir, sang istri memerlukan oksigen selama 24 jam.  

Segala ikhtiar telah dilakukan, namun kehendak Allah Swt. tak ada yang bisa menghalangi. Hingga akhirnya pada hari Rabu, tanggal 28 Juli 2021, Hamim mengirimkan pesan duka di Whatsapp Group pegawai yang menginformasikan bahwa istri beliau, Sawitri Niken Suratni, telah mengembuskan napas terakhirnya.

Kepergian sang istri tercinta dengan meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil telah meruntuhkan kekokohan Hamim, mengoyak semangatnya, dan menghilangkan senyum di wajahnya, yang tersisa hanya  guratan kesedihan.

Hari-hari berlalu dengan tanpa semangat dan ketegaran. Hamim pun tak mampu bertahan, tak sanggup meneruskan cita-citanya menggapai harapan, tak kuasa mewujudkan keinginan membimbing anak-anaknya menggapai cita-citanya. Bahkan, Hamim tak kuasa menghapus air mata putranya yang menatap kosong ke arahnya, tak bisa membelai manja putrinya, dan juga tak lagi bisa mencium lembut kening putra bungsunya yang masih berusia tiga tahun. Ia tak mampu. Hingga akhirnya memenuhi takdir yang telah Allah Swt. tentukan, iapun mengembuskan napas terakhirnya pada tanggal 14 Agustus 2021 menyusul sang istri yang baru tujuh belas hari pergi meninggalkannya.

Hamim telah pergi untuk selamanya, memenuhi takdirnya menghadap Sang Pencipta. Tanah di Jepara telah menyimpan jasadnya. Ia pun telah memulai takdir berikutnya sebagai hamba Allah.

Selamat Jalan Pak Hamim Mustofa.

 

 

Penulis : Asnul

Editor    : Tim Humas KPKNL Bekasi

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini