Tulisan
ini sebagai ‘prasasti’ dari seorang Hamim Mustofa yang akan selalu dikenang,
diambil sebagai hikmah, pelajaran, dijadikan sebagai acuan, inspirasi, dan
motivasi dalam melakukan rutinitas.
Totalitas
dan integritas yang ditunjukkan oleh Hamim Mustofa dalam melaksanakan tugasnya
mencerminkan bahwa ia telah melaksanakan tanggung jawab yang diembannya dengan penuh
amanah.
Semua
orang yang mengenal Hamim tentunya mengetahui betapa ia adalah sosok yang sangat
menjaga integritas, profesional, dan komitmen. Hal itu juga telah ditunjukkan olehnya
selama lebih kurang dua tahun beliau memimpin Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL) Bekasi.
Namun,
sayang sekali segala impian dan komitmennya tak selaras dengan takdir yang
Allah Swt. Tentukan. Allah Swt. memberi ujian pada raga Hamim. Sejak bulan
Maret 2021, Hamim divonis oleh dokter mengalami masalah dengan ginjalnya,
sehingga Hamim harus menjalankan proses cuci darah dua kali dalam seminggu.
Lama-kelamaan perlahan-lahan beberapa keluhan mulai dirasakan oleh lelaki
kelahiran 24 Agustus 1974 itu. Mulai dari pegal-pegal, lemas, dan kehilangan
nafsu makan, tetapi hal itu tak jua menyurutkan semangat dan kinerjanya.
Cinta,
tanggung jawab pada pekerjaan, dan integritas telah mengalahkan segala sakit
yang dirasakannya. Dengan langkah yang tak lagi tegap dan terkadang dengan napas
yang sedikit tersengal-sengal, sedapat mungkin tetap disembunyikannya di balik
kinerja dan semangatnya yang begitu tinggi. Hamim tetap melakukan pekerjaan di
kantor, datang sebelum gerbang kantor dibuka dan pulang setelah pukul 17.00 WIB.
Semangat dan kinerjanya tak tergoyahkan meskipun para pejabat KPKNL Bekasi
silih berganti mengingatkan dan meminta agar sementara ia dapat melaksanakan Work Frome Home (WFH).
Namun,
semangat Hamim tetap kokoh tak tergoyahkan oleh sakit yang dirasakannya, Hamim selalu
memilih untuk melakukan pekerjaan di kantor (WFO). Sekalipun pada jadwal hemodialisis
(HD), selesai melakukan HD Hamim akan datang ke kantor untuk melaksanakan
tugas-tugasnya. Kegiatan Zoom Meeting
yang dilaksanakan setiap hari pun tak pernah terlewatkan olehnya, Hamim terus
melakukan kegiatan seperti biasa, memantau kinerja bawahannya, dan melakukan
segala tanggung jawabnya dengan penuh semangat.
Dan
semua orang pun tahu, bahwa bukan hanya ia yang sedang didera sakit, namun sang
istri juga berada dalam keadaan yang
kurang sehat, karena mengalami gagal napas pada saat melahirkan putra ketiganya,
sejak tiga tahun yang lalu. Dan semenjak itu pula ia selalu memerlukan bantuan
oksigen untuk bernapas.
Penyakitnya
ataupun penyakit yang diderita oleh sang istri takkan mampu menghalangi atau
mengurangi kinerjanya. Hamim bahkan tak pernah menunjukkan raut wajah sedih,
sakit, ataupun galau.
Semua
pegawai setuju dan mengakui bahwa Hamim adalah sosok yang tegar, sabar,
semangat, berintegritas, pekerja keras, bertanggung jawab, dan tak pernah memanfaatkan
kondisinya untuk sekadar beristirahat, walaupun sebenarnya ia tau bahwa
fisiknya harus rehat sejenak.
Hari
berlalu, bulan pun berganti. Kesehatan Hamim berangsur menurun. Fisiknya mulai
digerogoti penyakit yang tak lagi bisa disembunyikannya. Begitu pun dengan sang
istri yang fisiknya semakin hari semakin melemah. Bahkan Hamim pernah mengatakan
pada suatu kesempatan bahwa selama setahun terakhir, sang istri memerlukan
oksigen selama 24 jam.
Segala
ikhtiar telah dilakukan, namun kehendak Allah Swt. tak ada yang bisa
menghalangi. Hingga akhirnya pada hari Rabu, tanggal 28 Juli 2021, Hamim
mengirimkan pesan duka di Whatsapp Group
pegawai yang menginformasikan bahwa istri beliau, Sawitri Niken Suratni, telah
mengembuskan napas terakhirnya.
Kepergian
sang istri tercinta dengan meninggalkan tiga orang anak yang masih kecil telah
meruntuhkan kekokohan Hamim, mengoyak semangatnya, dan menghilangkan senyum di wajahnya,
yang tersisa hanya guratan kesedihan.
Hari-hari
berlalu dengan tanpa semangat dan ketegaran. Hamim pun tak mampu bertahan, tak
sanggup meneruskan cita-citanya menggapai harapan, tak kuasa mewujudkan
keinginan membimbing anak-anaknya menggapai cita-citanya. Bahkan, Hamim tak
kuasa menghapus air mata putranya yang menatap kosong ke arahnya, tak bisa
membelai manja putrinya, dan juga tak lagi bisa mencium lembut kening putra
bungsunya yang masih berusia tiga tahun. Ia tak mampu. Hingga akhirnya memenuhi
takdir yang telah Allah Swt. tentukan, iapun mengembuskan napas terakhirnya pada
tanggal 14 Agustus 2021 menyusul sang istri yang baru tujuh belas hari pergi meninggalkannya.
Hamim
telah pergi untuk selamanya, memenuhi takdirnya menghadap Sang Pencipta. Tanah
di Jepara telah menyimpan jasadnya. Ia pun telah memulai takdir berikutnya
sebagai hamba Allah.
Selamat
Jalan Pak Hamim Mustofa.
Penulis
: Asnul
Editor : Tim Humas KPKNL Bekasi