Penyebaran
virus Covid-19 yang menjangkit masyarakat di Indonesia masih menunjukkan angka
yang cukup tinggi. Puluhan ribu orang setiap hari dinyatakan positif, begitu juga
dengan angka kematian yang semakin meningkat. Dengan semakin banyaknya pasien
yang terpapar, membuat rumah sakit dan tenaga kesehatan kewalahan. Bahkan,
banyak rumah sakit yang penuh dengan pasien dan harus membuat tenda darurat
di halaman sebagai tempat untuk membantu menangani pasien yang terus
berdatangan. Hal inilah yang mendorong banyak pasien positif memutuskan untuk
menjalani isolasi mandiri di rumah.
Menjalani
isolasi mandiri di rumah ternyata tidak sesederhana yang diperkirakan. Pasien positif Covid-19
pada umumnya mengalami kepanikan, kecemasan, serta menanggung rasa
sakit fisik, baik itu batuk, pilek, lemas, insomnia, dan anosmia (kehilangan
penciuman) yang diakibatkan oleh serangan virus tersebut. Mirisnya, orang yang
sedang menjalani isolasi mandiri harus mengurus dirinya sendiri. Tidak ada yang
mendampingi dan merawat langsung, tidak ada yang memijat ketika rasa penat datang
mendera. Yah, karena hal ini disebabkan virus yang berada di tubuhnya dapat
menularkan kepada orang lain, sehingga pasien harus menyendiri menjalani isolasi
mandiri.
Berbeda
dari sakit flu atau sakit lainnya, masih ada keluarga yang mendampingi dan
sahabat yang mengunjungi serta memberi perhatian, yang mana tentunya akan
memberikan pengaruh besar pada kondisi psikis pasien dan menumbuhkan semangat
untuk sembuh.
Namun
demikian, kita masih tetap dapat memberikan bantuan terhadap pasien positif Covid-19
dalam bentuk pemberian dukungan dan semangat kepada mereka yang tengah
menjalani isolasi mandiri. Mari kita bersama-sama membantu keluarga, sahabat, dan
teman yang tengah terpapar untuk melawan virus ini. Dengan melakukan
pendampingan dan pengawasan, selain akan meringankan penderitaan si pasien, tentunya
juga akan mampu memberikan kepercayaan diri dan meningkatkan imun yang
bersangkutan.
Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk mereka? Banyak! Banyak hal yang dapat kita lakukan. Kita menyadari bahwa orang yang diisolasi tidak boleh melakukan kontak fisik dengan orang lain. Namun, bukan berarti kita tidak dapat memberikan mereka perawatan. Dalam hal ini, peran teknologi harus dimanfaatkan dengan baik. Kita dapat melakukannya melalui telepon ataupun video call. kita dapat membantu dan rawat keluarga, sahabat, tetangga, atau bahkan orang lain yang sedang melakukan isolasi mandiri, misalnya dengan melakukan hal-hal berikut:
1. Tumbuhkan semangat untuk sembuh
Memberikan support dan
menumbuhkan serta memupuk semangat untuk sembuh sangat
diperlukan, karena semangat untuk sembuh merupakan senjata utama bagi pasien. Sering
kali mereka yang sedang terpapar Covid-19 pada awalnya masih memiliki semangat
untuk sembuh, namun semangat ini akan hilang seiring waktu dengan hilangnya
nafsu makan dan rasa sakit atau saturasi yang semakin menurun. Di sinilah kita
harus menunjukkan peran, kita harus kembali mengingatkan dan membakar semangat
agar pasien tetap menjaga komitmen dan tidak kehilangan semangatnya untuk
sembuh.
Salah satu cara untuk membakar
semangat adalah dengan mengingatkan tugas-tugas yang belum selesai, terutama tugas
rumah sebagai ayah dan ibu atau harapan keluarga yang masih harus digapai,
mengingatkan cita-cita dan harapan yang belum terpenuhi, atau mengingatkan pada
hal-hal yang menggembirakan, dan membakar semangat bahwa masih banyak pekerjaan
yang harus diselesaikan. Bantu, tanamkan sugesti diri “Aku pasti bisa!”
Akibat tubuhnya yang sakit atau lemas dan berbagai dampak yang ditimbulkan biasanya pasien akan malas bergerak, malas melakukan aktivitas dan lebih memilih tidur atau berbaring saja. Hal inilah yang membuat keadaannya akan semakin memburuk, karena pasien sebenarnya harus melakukan aktivitas, seperti menghirup udara segar, berjemur dan melakukan olahraga ringan. Itulah tugas kita untuk mengingatkan dan mengajak pasien untuk bergiat melawan keadaannya itu.
2. Buatkan dan ingatkan jadwal rutin
Hal lain yang dapat kita lakukan
adalah dengan membantu pasien mengingatkan jadwal-jadwal yang harus dilakukan
selama menjalani isolasi mandiri, misalnya, agi setelah shalat Subuh,
pasien harus ke luar kamar atau membuka jendela kamar untuk menghirup udara
bersih, lalu sarapan kecil seperti meminum teh hangat atau susu dengan beberapa
keping biskuit, melakukan olahraga ringan, pukul 08.00 pagi sarapan untuk minum
obat, satu jam kemudian makan vitamin, dan seterusnya hingga jadwal istrirahat
malam. Jangan lupa ingatkan pasien untuk makan yang banyak dengan nutrisi yang
seimbang dan istirahat yang cukup.
3. Awasi saturasi
Setiap pasien yang menjalani isolasi
mandiri harus memiliki oksimeter yang diperlukan untuk mengukur kadar oksigen
di dalam darah. Hal ini sangat penting untuk memantau saturasi pasien. Minta
pasien untuk melakukan pengecekan saturasi secara berkala setiap empat jam
sekali. Ingatkan agar selalu tenang dan tidak panik.
Pengukuran saturasi merupakan hal yang penting karena salah satu kondisi berbahaya yang dapat dialami oleh pesien Covid-19 adalah happy hypoxia, yakni penurunan kadar oksigen tanpa ada keluhan dan tanda-tanda. Saturasi normal adalah berkisar di angka 95-100. Meskipun angka 95 masih tergolong normal, hendaknya dapat dijadikan sebagai warning yang tidak boleh diabaikan.
Saturasi dengan angka 95 harus dinaikkan
untuk lebih tinggi dengan melakukan senam pernapasan, yakni dengan cara menarik
napas panjang, lalu hembuskan dengan perlahan. Lakukan sebanyak sepuluh kali
dan nafas pendek sepuluh kali. Jika saturasi masih tidak naik, maka lakukan
posisi proning. Namun, jika usaha-usaha tersebut masih tidak membuahkan
hasil, maka segera hubungi dan konsultasikan dengan dokter. Jangan biarkan
saturasi semakin menurun. Jika pasien mengalami saturasi di bawah 90, maka
harus dibantu untuk menjalani perawatan di rumah sakit.
Dengan
rutin melakukan pemantauan terhadap pasien, maka dengan mudah akan diketahui
perkembangan dan kondisi pasien tersebut dan tentunya dapat meminimalisasi
hal-hal yang tidak diinginkan. Masa inkubasi virus ini hanya berlangsung selama
sepuluh hari, artinya kita akan melakukan pengawasan terhadap pasien hanya
selama sepuluh hari. Pemantauan yang ketat ini kiranya dapat membantu pasien
dalam menghadapi kondisinya yang juga dapat memberikan rasa nyaman dan turut
membantu menaikkan imun tubuh.
Itulah
beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam turut serta merawat, memantau,
memberi semangat, dan menemani pasien isolasi mandiri. Tentunya dengan usaha
dan perawatan serta perhatian terhadap mereka diharapkan dapat meminimalisasi
angka kematian pada pasien yang pada awalnya bergejala ringan dan sedang.
Penulis :
Asnul, KPKNL Bekasi
Editor : Tim Humas KPKNL Bekasi