Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN DKI Jakarta > Artikel
Cara Mencapai Work Life Balance
Henny Purwanti
Selasa, 06 Juni 2023   |   8867 kali

Work-life balance, mungkin bukan istilah yang asing lagi. Ini sering dibahas di berbagai media sosial oleh pekerja atau karyawan. Selain penghasilan yang tinggi, ternyata Work-life balance juga menjadi benefit yang dicari-cari oleh pekerja saat ini. Banyaknya pekerja yang sering mengalami burnout akibat lelah bekerja membuat mereka ingin mencapai work-life balance yang baik.

Work-life balance sering menjadi bahan pembicaraan oleh karyawan atau pekerja. Emang sebenarnya apa work-life balance itu? Work-life balance adalah keadaan dimana seseorang bisa mengatur dan membagi waktu dan energi untuk kehidupan pekerjaan dan pribadi dengan baik.

Intinya, bisa mengatur dan membagi waktu dengan seimbang untuk urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi seperti rekreasi, hobi, keluarga, dan urusan lainnya. Jadi, waktu tidak habis terlalu lama untuk bekerja.

Lembur atau kerja overtime mungkin bukanlah sesuatu yang asing. 8 jam sehari di depan laptop masih kurang untuk mengerjakan load pekerjaan yang sepertinya tidak ada habisnya. Karena terlalu banyak bekerja, energi juga habis untuk bekerja. Sehingga saat pekerjaan sudah selesai, yang diinginkan hanyalan beristirahat, tidak sempat melakukan aktivitas yang disukai atau berkumpul dengan orang-orang terdekat karena kelelahan.

Kenapa work-life balance dianggap penting dan banyak pekerja yang ingin meraihnya? Berikut beberapa alasannya:

1. Mengurangi stres dan burnout

Stress adalah masalah kesehatan yang paling sering dialami oleh pekerja. Jika dibiarkan, kamu bisa mengalami burnout atau kelelahan terus-menerus. Hal ini tentu bisa menurunkan produktivitas kamu. Dengan menjaga work-life balance, maka tingkat stress ini bisa berkurang. Hal ini karena kamu nggak bekerja dengan waktu yang terlalu panjang dan masih punya waktu untuk melakukan hal lain yang menyenangkan dan bisa mengurangi stress.

2. Lebih sehat secara fisik dan mental

Punya kehidupan kerja dan pribadi yang seimbang bisa membuat hidup lebih sehat secara fisik dan mental. Memiliki cukup waktu untuk bekerja dengan baik, dan masih berolahraga, nonton drama korea, quality time bersama keluarga, main game, atau melakukan hal-hal menyenangkan di luar pekerjaan bisa membuat hidup lebih bahagia dan sehat. 

3. Meningkatkan produktivitas kerja

Dilansir dari the happiness index.com, work-life balance bisa meningkatkan produktivitas kerja. Dengan kondisi tubuh yang sehat dan bahagia, bekerja bisa dilakukan dengan lebih fokus, kreatif, dan menunjukkan performa yang baik. Dengan kesehatan yang baik, bekerja bisa dilakukan dengan produktif.

4. Hubungan sosial menjadi lebih baik

Memiliki work-life balance, berarti memiliki waktu untuk bersosialisasi dengan orang-orang tersayang. Bisa quality time bersama keluarga, saudara, kekasih, atau teman-teman. Menurut Psychology Today, bersosialisasi bisa membuat hidup jadi lebih bahagia dan meningkatkan hubungan sosial menjadi lebih baik.

Mencapai work-life balance adalah cita-cita banyak pekerja. Berikut adalah beberapa cara yang bisa kamu coba untuk meraihnya:

1. Atur kembali jam kerja

Untuk mencapai keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi, harus pandai membagi waktu dan energi untuk keduanya, dengan menuliskan to-do list setiap harinya dan mengatur kembali jam kerja. Pastikan tidak terlalu sering bekerja overtime agar bisa menyelesaikan hal lain di luar pekerjaan.

Selain menyusun to-do list harian, bisa juga dengna melakukan time blocking untuk menyelesaikan setiap pekerjaan dan tidak multitasking. Lakukan pekerjaan satu persatu agar hasilnya maksimal.

2. Tolak hal atau pekerjaan yang kurang penting

Pekerjaan tambahan kadang suka muncul tiba-tiba. Misalnya, muncul menjelang jam pulang kerja atau di hari jumat padahal besoknya weekend. Cukup terima yang sekiranya penting dan mendesak saja. Apalagi kalau load pekerjaan masih banyak yang belum selesai.

Tolak dengan sopan dengan alasan yang jelas, seperti “Boleh, tapi karena load kerjaan saya masih banyak, project B nggak bisa aku handle, ya?” atau alasan lainnya.

3. Atur prioritas pekerjaan

Agar semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik, atur prioritas pekerjaan menggunakan Matriks Eisenhower. Matriks ini membagi prioritas pekerjaan menjadi 4 seperti berikut:

  • Pekerjaan penting-mendesak, adalah pekerjaan yang harus dikerjakan dan diselesaikan hari ini.
  • Pekerjaan penting-tidak mendesak, pekerjaan yang bisa  dijadwalkan waktu untuk mengerjakannya setelah pekerjaan penting-mendesak selesai.
  • Pekerjaan tidak penting-mendesak, jika sifatnya mendesak namun tidak terlalu penting, bisa didelegasikan kepada rekan kerja yang lain.
  • Pekerjaan tidak penting-tidak mendesak, hapus jenis pekerjaan ini dari daftar prioritas pekerjaan dan tidak perlu melakukannya. 

Dengan menyusun prioritas pekerjaan jadi tahu mana pekerjaan yang harus didahulukan, mana yang bisa didelegasikan, dan mana yang tidak perlu dikerjakan. Waktu dan energi bisa digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan yang esensial saja.

4. Hindari hal-hal yang mendistraksi saat bekerja

Selain manajemen waktu dan menyusun prioritas kerja, juga perlu dihindari hal-hal yang bisa mendistraksi atau mengganggu fokus. Jika tidak sepenuhnya fokus pada pekerjaan, maka tugas tersebut juga akan semakin lama selesai dan bisa berujung lembur.

Untuk membantu fokus bekerja, bisa coba dengan menggunakan teknik Pomodoro. Ini adalah teknik yang membuat kita fokus dengan interval waktu. Misalnya, fokus bekerja selama 25 menit, lalu istirahat selama 5 menit dan mengulangnya selama 4 babak. Setelah 4 babak, bisa istirahat lebih lama dari 5 menit. Tidak harus 25 menit dan 5 menit, bisa menggunakan interval waktu yang paling sesuai dengan ritme kerja.

5. Luangkan waktu untuk diri sendiri dan keluarga

Luangkan waktu setelah bekerja untuk diri sendiri atau bersama keluarga. Jika setelah bekerja terlalu lelah untuk beraktivitas berat, bisa gunakan waktu untuk menonton drama/series, membaca buku, minum teh, atau meditasi. Luangkan juga waktu untuk bertemu dengan keluarga atau orang-orang tersayang setelah jam kerja atau di akhir pekan.

6. Hindari membawa pekerjaan ke rumah

Selesaikan pekerjaan di kantor, lakukan sesekali jika ada pekerjaan penting dan memang harus segera diselesaikan. Jangan membiasakan diri membawa pekerjaan ke rumah atau bekerja di luar jam kerja agar bisa punya waktu untuk melakukan hal lain di luar pekerjaan.

Ketika WFA atau WFH, tutup laptop ketika jam kerja sudah selesai. Jadi, waktu kerja dipakai kerja, waktu santai dipakai bersantai.

7. Komunikasikan jika butuh bantuan

Bekerja terlalu lama dengan beban kerja yang menumpuk bisa menyebabkan stress bahkan bisa burnout. Semua tidak harus diselesaikan sendiri, bisa minta bantuan kepada rekan kerja agar beban kerjanya bisa dibagi.

Referensi:

Sanfilippo, Marisa. 2021. ‘How to Improve Your Work-Life Balance’ [daring]. Tautan: https://www.businessnewsdaily.com/5244-improve-work-life-balance-today.html 

Wedgwood, Joe. 2019. ‘The Importance of Work-Life Balance’ [daring]. Tautan: https://thehappinessindex.com/blog/importance-work-life-balance 

Sharma Preeti. 2021. ‘How to Improve Work-Life Balance: 12 Tips for Terms and Orgs’ [daring]. Tautan: https://peoplemanagingpeople.com/articles/improve-work-life-balance/ 

Wolf, Judy. 2021. ‘Try These 12 Tips to Improve Your Work-life Balance’ [daring]. Tautan: https://www.betterup.com/blog/work-life-balance

Lianovanda, Devi. 2022. ‘Mengenal Pentingnya Work Life Balance dan 7 Cara Mendapatnya’.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini