Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kanwil DJKN Bali dan Nusa Tenggara > Artikel
Dilema antara peran seorang ibu dan sebagai wanita karier
Slamet Adi Priyatna
Kamis, 22 Desember 2022   |   139 kali

Setiap tahun pada tanggal 22 Desember, kita rayakan hari Ibu. Di Indonesia menentukan Hari Ibu dikaitkan dengan saat Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, tepatnya di gedung yang kemudian dikenal sebagai Mandalabhakti Wanitatama di Jalan Adisucipto. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).  Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara yaitu antara lain:

1.    Pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan;

2.    Pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa.

3.    Perdagangan anak-anak dan kaum perempuan; perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita.

4.     pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya.

Jika memperhatikan wacana tersebut, maka nampak yang diperjuangkan oleh Kowani cenderung lebih pada memperjuangkan peran perempuan dalam politik, di samping peran pada sektor lainnya.

       Pada prakteknya, peran seorang ibu semuanya tergantung pada potensi, minat, atau peluang yang ada. Selain dari peran, perempuan sebagai ibu memiliki fungsi dalam hidupnya yang salah satunya adalah bidang pendidikan. Artinya bahwa tanggung jawab pendidikan secara fitrah menyatu pada keberadaan perempuan sebagai ibu.   Untuk dapat menjadi ibu yang bermartabat dan terpuji, maka ibu harus lebih mengutamakan tanggung jawabnya dalam mendidik, kendatipun harus sibuk dalam karirnya. Karena ibu adalah pendidik pertama dan utama. Namun demikian, suatu keluarga yang ibunya aktif bekerja, kiranya keutuhan keluarga akan tetap terjaga, jika suami mampu sharing dalam mengemban tugas dengan istri, sehingga tanggung jawab yang sangat berat dalam mendidik anak dapat diatasi.

        Dalam tugas mendidik anak, ibu harus mengawali tugasnya dengan mengupayakan pemberian makanan dan minuman yang halal dan baik. Makanan dan minuman yang terjaga kehalalan dan kebaikannya akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya, sehingga menjadi individu yang sehat dan kuat. Untuk menjadikan anak sebagai individu yang berperilaku baik dan terpuji, ibu harus memanfaatkan masa-masa awal pertumbuhan dan perkembangan anaknya dengan pengkondisian diri.  Apapun kesibukan ibu dan selengkap apapun peran ibu dalam suatu keluarga (karena kaya atau tingginya derajat status sosialnya) pendampingan terhadap anak perlu diupayakan secara optimal. Sentuhan kasih sayang ibu secara langsung sangat berarti bagi anak kelonggaran apapun bagi ibu dalam rumah. Jadi peran ibu sangatlah besar dalam mendidik,memberikan perhatian dan kasih sayang untuk anak-anaknya meskipun kesibukan ibu sebagai wanita karier jelas terbagi waktu dan pikirannya.


Penulis : Yuniantoro Sudrajad

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini