Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kilas Peristiwa DJKN
PMO Setjen Ajak Pegawai Kemenkeu Optimalkan Film Pendek untuk Edukasi Publik
Nurul Fadjrina
Selasa, 08 September 2020 pukul 16:35:58   |   392 kali

Jakarta - Project Management Office (PMO) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menggelar diskusi daring bersama sutradara Wahyu Agung Prasetyo, aktris Siti Fauziah, dan Pranata Humas Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Ferry Irwandi, Senin (7/9). Acara dengan tema “Hidup Harus Solutif: Mengoptimalkan Media Film untuk Edukasi Publik” ini dianggap Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto amat sesuai dengan suasana saat ini.

“Dalam konteks penguatan budaya Kemenkeu, penguatan change management, dan saluran komunikasi, tentu diperlukan suatu strategi komunikasi dalam menyebarkan informasi terkait kebijakan pemerintah. Masa pandemi yang sudah berlangsung selama enam bulan ini mengubah perilaku masyarakat dalam memperoleh informasi, dan kita harus meresponnya dengan strategi, channel, dan taktik kekinian, salah satunya dengan media sosial dan film,” tuturnya.

Ketua PMO Setjen Dini Kusumawati juga melihat bahwa masa adaptasi kebiasaan baru yang didukung oleh kemudahan akses teknologi saat ini berdampak pada peningkatan streaming film pendek oleh publik. “Tentunya ini juga dapat menjadi peluang yang baik untuk instansi pemerintah memanfaatkan sarana video sebagai salah satu kanal komunikasi,” katanya.

Efektivitas media sosial dan film dalam penyampaian pesan khususnya amat terlihat pada film pendek ‘Tilik’ karya sutradara Wahyu Agung Prasetyo. Sejak diunggah di YouTube pada 17 Agustus 2020, bertepatan dengan hari peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-75, hingga saat ini ‘Tilik’ telah diputar lebih dari 20 juta tayangan. Siti Fauziah, aktris yang memerankan karakter Bu Tejo pada film tersebut, menyatakan bahwa poin dari film ‘Tilik’ adalah membudayakan crosscheck terhadap berita yang didapat dari internet atau sumber lainnya. “Orang-orang biasanya sering menerima mentah-mentah hal itu,” ucapnya.

Wahyu mengatakan, karakter-karakter yang hadir pada film pendek ini seperti Bu Tejo, Yu Ning, Dian, dan lainnya, merupakan representasi dari karakter-karakter yang memang biasa muncul di kehidupan para kru film sehari-hari. Hal ini, lanjutnya, mungkin juga cukup beririsan dengan pengalaman masyarakat, sehingga masyarakat terdorong untuk menelaah lagi.

“Bukan hanya Bu Tejo, sosok Yu Ning, Dian itu juga ada. Saya banyak banget dapat DM (direct message.red), WhatsApp, dari para penonton, ketika membahas soal Dian, karakter itu benar ada di sekitar mereka,” kata Wahyu.

Ketika ditanya bagaimana cara membuat film yang inspiratif, Wahyu menjawab bahwa berdasarkan pengalaman pribadinya, ia berusaha membuat film dengan jujur, ikhlas, tulus, dan bersama-sama mengumpulkan energi secara positif dengan seluruh aktor dan kru film. “Ketika kita membuat film dengan angan-angan yang jauh, punya syarat-syarat tertentu, misal harus viral, harus begini, itu malah tidak ‘tembus’,” ujarnya.

Wahyu juga menyampaikan bahwa seorang sutradara harus paham gagasan apa yang ingin ia sampaikan dan segmentasi apa yang ingin ia sasar dengan film tersebut. “Menurut kami, tidak ada film bagus atau jelek, yang ada film yang tepat dengan penontonnya atau tidak,” ujarnya.

Pranata Humas Kemenkeu Ferry Irwandi sebagai videografer Kemenkeu mengungkapkan, dalam membuat film pemerintahan, ia menekankan pentingnya pemahaman terhadap materi. “Setelah itu, kita lihat kedekatan isunya dengan masyarakat. Masyarakat perlu tahu atau tidak?” katanya. Sebab, tidak semua kebijakan pemerintah cocok dijadikan film.

Ia juga memberikan tips saat hendak memilih aktor dari pegawai atau rekan kerja yang belum memiliki pengalaman beradu peran. Ia mengaku biasa memilih terlebih dulu pegawai-pegawai yang memang memiliki karakter kuat atau unik. “Ketika saya memilih (seseorang untuk suatu) karakter, karakternya itu ada dulu (di pegawai tersebut). Jadi, nanti di naskah baru disesuaikan dengan karakter aslinya,” ujarnya.

Film ‘Tilik’ merupakan film pendek produksi Racavana Film bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Rilis pada tahun 2018, ‘Tilik’ diedarkan secara eksklusif melalui festival-festival film selama dua tahun sebelum akhirnya diunggah ke YouTube. Bercerita tentang sekelompok ibu-ibu dari desa yang pergi menumpangi truk untuk menjenguk Bu Lurah mereka yang sedang dirawat di rumah sakit, film ini dianggap begitu mewakili dinamika kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. (nf/humas DJKN)

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini