Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kilas Peristiwa DJKN
Sensasi Culture Tracking ke Baduy
Budi Sulistyawan
Senin, 22 April 2019 pukul 13:51:07   |   1110 kali

Banten - Untuk lebih mengenal lebih dekat budaya suku Baduy di Provinsi Banten dan berolahraga bersama, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) mengadakan kegiatan bertajuk “DJKN Goes To Baduy 2019” pada Sabtu, (20/4). Desa Baduy biasa disebut Desa Kanekes yang terletak di daerah perbukitan, letaknya di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.

Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata beserta kurang lebih 80 peserta ekspedisi memulai perjalanan dengan semangat pada pukul 06.00 WIB pagi.


Tak hanya menikmati petualangan dan cantiknya alam, tetapi ekspedisi ini juga memberikan pengalaman yang istimewa, mengenal kearifan lokal suku Baduy. Medan trekking cukup menantang, kondisi fisik dan mental harus benar-benar prima dan tidak mudah menyerah.

Jarak yang ditempuh dari terminal Ciboleger ke tempat pemukiman suku Baduy ditempuh selama kurang lebih dua jam dengan berjalan kaki. Peserta ekspedisi wajib menyusuri jalanan setapak yang hampir selalu menanjak atau menurun dengan cukup curam. Untung orang Baduy sudah menanam batu-batuan di sepanjang jalan agar lebih mudah dilalui. Jika terjadi hujan, jalanan akan licin dan becek. Semakin masuk ke wilayah Baduy, peserta ekspedisi menjumpai pemandangan yang alami.


Rasa ngos-ngosan pun terbayar begitu dalam perjalanan melihat ladang- ladang warga, hutan, sungai dan melihat masyarakat Baduy terutama kaum wanita khususnya merajut kain tenun tradisional sedangkan kaum pria diantaranya merajut jala ikan atau peserta ekspedisi berpapasan dengan orang suku Baduy yang memikul bahan makanan atau sedang menjadi Ranger dan Porter berjalan dengan gagah tanpa nafas tersengal dan kaki telanjang mereka tak terlihat kesulitan ketika harus melalui jalanan yang licin dan berlumpur.


Peserta ekspedisi juga disuguhkan pemandangan masyarakat dan rumah-rumah khas baduy yang dibangun mengikuti kontur tanah dan beberapa rumah ada yang dijadkan warung atau berjualan kain tenun dan pernak pernik perhiasan gelang, tas dan kalung.

Masyarakat baduy dalam berpakaian sudah memperlihatkan jati diri mereka yaitu dengan berpakaian khas di sana yang terbuat dari tenunan dan tidak mengenal berbagai jenis desain baju. Di sana lebih banyak menggunakan pakaian warna putih dan hitam. Orang-orang suku Baduy sangat menjaga alam salah satunya menjaga kebersihan, di mana peserta eksepdisi tidak melihat sampah dibuang sembarangan baik di jalan atau di sungai sekitarnya.

 

Warga Baduy memang tidak suka dengan perubahan. Apalagi sudah masuk kawasan Baduy. "Hukum adat bagaimana pun yang berasal dari masyarakat luar akan ditolak", kata Pemandu Wisata Agus Bule. Prinsip orang Baduy adalah: Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung, artinya panjang tidak tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Jadi hukum adat yang berlaku di Baduy sudah paten dan mereka berpegang teguh kepada hukum nenek moyang mereka.


Peserta ekspedisi akhirnya sampai di jembatan Gazebo Baduy dan menikmati indahnya alam dan beristirahat sebelum melakukan perjalanan untuk kembali ke Terminal Ciboleger. Dan terbayar sudah rasa penasaran dan rasa lelah peserta ekspedisi dengan pemandangan selama perjalanan ekspedisi "DJKN Goes To Baduy 2019".


Lebih dekat dengan alam, merasakan bagaimana manusia begitu menghargai alam dan semua itu bisa didapat saat berkunjung ke Baduy, Indahnya!

Begitu indah negeri ini, sayang jika hanya mendengar dan melihat dari orang lain atau media. Dengan melihat langsung pasti berbeda. Ayo kita jelajah, Indonesia itu indah!

 

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini