Banten - Untuk lebih mengenal lebih dekat budaya suku Baduy
di Provinsi Banten dan berolahraga bersama, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) mengadakan kegiatan bertajuk “DJKN Goes To Baduy 2019” pada Sabtu, (20/4).
Desa Baduy biasa disebut Desa Kanekes yang terletak di daerah perbukitan,
letaknya di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Isa Rachmatarwata beserta
kurang lebih 80 peserta ekspedisi memulai perjalanan dengan semangat pada pukul
06.00 WIB pagi.
Tak hanya menikmati petualangan dan cantiknya alam, tetapi
ekspedisi ini juga memberikan pengalaman yang istimewa, mengenal kearifan lokal
suku Baduy. Medan trekking cukup menantang, kondisi fisik dan mental harus
benar-benar prima dan tidak mudah menyerah.
Jarak yang ditempuh dari terminal Ciboleger ke tempat
pemukiman suku Baduy ditempuh selama kurang lebih dua jam dengan berjalan kaki.
Peserta ekspedisi wajib menyusuri jalanan setapak yang hampir selalu menanjak
atau menurun dengan cukup curam. Untung orang Baduy sudah menanam batu-batuan
di sepanjang jalan agar lebih mudah dilalui. Jika terjadi hujan, jalanan akan
licin dan becek. Semakin masuk ke wilayah Baduy, peserta ekspedisi menjumpai
pemandangan yang alami.
Rasa ngos-ngosan pun terbayar begitu dalam perjalanan
melihat ladang- ladang warga, hutan, sungai dan melihat masyarakat Baduy
terutama kaum wanita khususnya merajut kain tenun tradisional sedangkan kaum
pria diantaranya merajut jala ikan atau peserta ekspedisi berpapasan dengan
orang suku Baduy yang memikul bahan makanan atau sedang menjadi Ranger dan
Porter berjalan dengan gagah tanpa nafas tersengal dan kaki telanjang mereka
tak terlihat kesulitan ketika harus melalui jalanan yang licin dan berlumpur.
Peserta ekspedisi juga disuguhkan pemandangan masyarakat
dan rumah-rumah khas baduy yang dibangun mengikuti kontur tanah dan beberapa
rumah ada yang dijadkan warung atau berjualan kain tenun dan pernak pernik
perhiasan gelang, tas dan kalung.
Masyarakat baduy dalam berpakaian sudah memperlihatkan jati
diri mereka yaitu dengan berpakaian khas di sana yang terbuat dari tenunan dan
tidak mengenal berbagai jenis desain baju. Di sana lebih banyak menggunakan
pakaian warna putih dan hitam. Orang-orang suku Baduy sangat menjaga alam salah
satunya menjaga kebersihan, di mana peserta eksepdisi tidak melihat sampah
dibuang sembarangan baik di jalan atau di sungai sekitarnya.
Warga Baduy memang tidak suka dengan perubahan. Apalagi sudah masuk kawasan Baduy. "Hukum adat bagaimana pun yang berasal dari masyarakat luar akan ditolak", kata Pemandu Wisata Agus Bule. Prinsip orang Baduy adalah: Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung, artinya panjang tidak tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung. Jadi hukum adat yang berlaku di Baduy sudah paten dan mereka berpegang teguh kepada hukum nenek moyang mereka.
Peserta ekspedisi akhirnya sampai di jembatan Gazebo Baduy
dan menikmati indahnya alam dan beristirahat sebelum melakukan perjalanan untuk
kembali ke Terminal Ciboleger. Dan terbayar sudah rasa penasaran dan rasa lelah
peserta ekspedisi dengan pemandangan selama perjalanan ekspedisi "DJKN
Goes To Baduy 2019".
Lebih dekat dengan alam, merasakan bagaimana manusia begitu
menghargai alam dan semua itu bisa didapat saat berkunjung ke Baduy, Indahnya!
Begitu indah negeri ini, sayang jika hanya mendengar dan
melihat dari orang lain atau media. Dengan melihat langsung pasti berbeda. Ayo
kita jelajah, Indonesia itu indah!