Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kilas Peristiwa DJKN
Local Wisdom, Aset Bangsa Yang Kita Harus Teladani dan Lestarikan
Nurul Hidayat
Rabu, 25 Juli 2018 pukul 13:36:59   |   493 kali

“Tabik Pun” …

Salam penghormatan Khas Lampung ini menggema memulai sesi ramah tamah dengan Ketua II Majelis Penyimbang Adat Lampung Tadjuddin Nur pada Rakernas DJKN 2018, Rabu (18/7).

Serentak para peserta Rakernas DJKN pun menjawab “Ya Pun” sebagai jawaban atas salam penghormatan tersebut.

Tadjuddin Nur yang merupakan budayawan Lampung bergelar Suttan Sang Bimojagat Rasobayo ini menjadi narasumber yang membagikan petuah mengenai adat istiadat (local wisdom) masyarakat Lampung.

Tadjuddin mengatakan bahwa Provinsi Lampung yang mempunyai julukan “Sang Bumi Ruwa Jurai” memiliki dua jenis masyarakat adat, yaitu Masyarakat Adat Pepadun yang menarik garis keadatan penyimbangnya berdasarkan nasab/keturunan dan sabab serta Masyarakat Adat Sai Batin yang menarik garis keadatan penyimbangnya berdasarkan nasab/keturunan.

Kedua masyarakat adat ini menghasilkan adat istiadat yang selaras dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh Kementerian Keuangan. Hal ini bisa dilihat dari Filosofi Piil Pesenggiri sebagai tatanan moral yang merupakan pedoman bersikap dan berperilaku masyarakat adat Lampung dalam segala aktivitas hidupnya.

Filosofi Piil Pesenggiri ini terdiri dari empat unsur yaitu bejuluk beadek (gelar adat atau tatanan masyarakat yang berbeda-beda), nemui nyimah (keikhlasan untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga dan bermasyarakat), nengah nyappur (sikap suka bergaul, suka bersahabat dan toleran antar sesama) dan sakai sambaiyan (tolong menolong dan gotong royong).

Keempat unsur dalam Piil Pesenggiri ini dapat menjadi petuah bagi para pemimpin agar mampu menjadi pemimpin yang sukses. Mulai dari unsur bejuluk beadek yang merupakan gelar adat yang melekat pada pribadi anggota masyarakat Lampung dan harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Begitupula seorang pimpinan harus mampu menjaga nama baik dan integritasnya di mata bawahan dan masyarakat. Nemui nyimah dalam konteks kehidupan masyarakat lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap kepedulian sosial. Hal ini sesuai dengan nilai Kementerian Keuangan yaitu jiwa pelayanan, yang harus tertanam dalam setiap insan pegawai Kementerian Keuangan.

Nengah nyappur menunjuk kepada nilai musyawarah untuk mufakat. Dalam mencapai kemufakatan setiap insan harus dibekali dengan modal pengetahuan dan wawasan yang luas, sikap toleransi yang tinggi dan melaksanakan segala keputusan dengan rasa penuh tanggung jawab yang hanya bisa dilakukan oleh insan yang berjiwa profesional. Unsur yang terakhir, Sakai Sambaiyan pada hakikatnya adalah menunjukan rasa partisipasi serta solidaritas yang tinggi, yang merupakan cerminan dari nilai sinergi dan kerjasama yang kuat.

Selain menjelaskan local wisdom Masyarakat Lampung, pria yang pernah aktif bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) ini pun menjadi pengarah pertunjukan kesenian lampung yang dipentaskan di hadapan para peserta Rakernas, yaitu pertunjukan musik adat dan tarian adat Masyarakat Lampung. Dua tarian adat Lampung yang ditampilkan adalah Tari Cangget dan Tari Melinting.

Tadjuddin menutup sesi ramah tamah dengan membawakan sebuah sajak yang berjudul Bubandung: Negakken Basso, petikan sajak yang dibawakan diantaranya berbunyi

Payuw kidah, jejamo ram temengah

(Ayo Bersama kita maju)

Pesinei titie gemattei, dam titie perattiy

(Mempelajari pranata adat istiadat yang bijak/local wisdom)

Sino warisan, tetep di andan

(Itu warisan kita lestarikan)

Adat budayo, tulis, bahaso

(Adat budaya, aksara dan bahasa – aset yang menjadi ciri bangsa ini)

Sebelumnya, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) DJKN Lampung dan Bengkulu Ekka S. Sukadana memberikan sambutan pembuka selaku tuan rumah penyelenggaraan Rakernas DJKN tahun 2018. Dalam sambutannya Ekka berharap bahwa sajian bernuansa local wisdom Lampung ini dapat menginspirasi, utamanya dalam penerapan nilai-nilai Kementerian Keuangan, yaitu Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan dan Kesempurnaan.

Pria yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Kanwil DJKN Aceh pun menyambut kehadiran Direktur Jenderal Kekayaan Negara dan seluruh peserta Rakernas DJKN dengan membawakan sebuah pantun “Dari jauh kapalku datang, pasang bendera setengah tiang. Dari jauh Pak Dirjen dan delegasi rakernas datang, perut lapar jadi kenyang”.

Sukses Rakernas DJKN, Jayalah DJKN.


Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini