Jakarta (28/2) – Setelah melakukan kunjungan kerja ke Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta I, II, IV dan V, Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) DKI Jakarta Encep Sudarwan mengundang para Kepala Bidang, Kepala Seksi dan pegawai Kanwil DJKN DKI Jakarta dalam rangka pembinaan internal Kanwil. “Untuk menjadi pembina itu, harus menguasai materi dan peraturan perundang-undangan. Lebih pintar dari yang dibina" ujar Encep mengawali arahannya.

Lebih lanjut Encep menyampaikan latar belakang atau alasan mengapa Kanwil diciptakan (dibentuk-red). Tidak lain adalah untuk memperpendek rentang kendali atau “span of control” yaitu jumlah pegawai atau bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer atau supervisor pada satu waktu. Bawahan yang terlalu banyak kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang baik. 

Tugas Kanwil DJKN adalah untuk melakukan koordinasi bimbingan teknis, pengendalian, evaluasi dan pelaksanaan tugas di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Sedangkan fungsi Kanwil DJKN salah satunya adalah melakukan pembinaan terhadap Penilai, Usaha Jasa Lelang dan Profesi Pejabat Lelang. Oleh karena itu, sebagai pembina seharusnya orang di Kanwil lebih pintar dan mumpuni daripada yang di KPKNL.  Demikian pula orang yang ditugaskan di kantor pusat lebih pintar daripada yang di Kanwil. 

Acara selanjutnya diisi dengan pemaparan kinerja Kanwil DJKN DKI Jakarta (Kanwil) dan Analisis Beban Kerja (ABK) dari KPKNL Jakarta I s.d. V. Encep menyampaikan kinerja di Kanwil menunjukkan tren perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun. NKO Kanwil dari tahun 2012 hingga 2016 (113,38;113,92;115,89;115,35 dan 116,03) selalu meningkat dan mencapai puncaknya di tahun 2016 dengan nilai NKO 116,03. Terlebih lagi capaian lelang tembus angka Rp5 T. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kanwil DJKN DKI Jakarta lebih baik dan lebih baik lagi.

Encep juga menyampaikan arahan kepada seluruh pegawai  bahwa segala hasil yang tidak didukung oleh data maka tidak akan menarik karena tidak dapat diketahui kebenaran ataupun perbandingannya. Encep meminta agar seluruh staf/pegawai wajib membaca ABK, karena untuk melakukan pembinaan harus menguasai materi, ibarat dokter yang mendiagnosis penyakit pasien, dia harus tahu gejalanya agar tidak salah memberi resep.

Di penghujung acara Encep berpesan agar setiap orang memiliki kontribusi atau andil terhadap fungsinya masing-masing. Sumbangsihnya akan sangat bermanfaat bagi kemajuan organisasi. Untuk menjadi mulia tidak harus berkedudukan tinggi, siapapun dapat mulia jika menjalankan tugas dan perannya dengan baik.(teks/ foto: Asya/Ensul)