Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Menarasikan Lelang Pada Milineal DJKN
Deni Atif Hidayat
Senin, 26 Juli 2021 pukul 12:37:05   |   601 kali

Dari 82.220 pegawai Kementerian Keuangan, hampir 66%-nya adalah milenial dengan rincian Gen Z 26%, Gen Y 40%, Gen X 29%, Baby Boomer 5%, Sumber Biro Sumber Daya Manusia, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan 2020. Dari jajaran eselon I Kementerian Keuangan, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) salah satu yang mendapat limpahan bonus demografi tersebut, dimana total Pegawai DJKN adalah 4.093 orang dan milenialnya hampir 75 % ( lihat data yang kami sunting dari portal DJKN)

Melihat potensi ini sungguh naif kalau kita tidak memberi panggung yang lebih luas kepada insan muda DJKN untuk lebih berperan aktif pada masalah lelang di DJKN. Bukan masalah edukasi saja tapi lebih dari itu bagaimana narasi lelang ini elit dan keren, bukan kemudahannya saja tapi juga tantangannya pada ruang dengar dan pandang milineal DJKN.

Narasi yang bagus akan dapat menyentuh pusat sensori dalam otak pembacanya seolah yang bersangkutan ikut sebagai subyek dan mengalaminya sendiri. Narasi yang tepat bisa mengaduk emosi, menarik perhatian dan akan selalu diingat. Bahkan data dan angka- angka yang kompleks pun bisa dipahami dengan mudah apabila narasi yang disampaikan dikemas secara bagus. Bahkan dia bisa menembus area yang tidak sanggup disentuh oleh analisis kuantitatif, yaitu wilayah hati.

Terlebih lagi kalau narasi yang ada bisa membangun engagement milenal DJKN sesuai yang kita inginkan. Enggagment adalah komitmen emosional yang dimiliki sesorang terhadap organisasi dan tujuan organisasi. Makanya kita punya kepentingan dan ekspektasi yang besar sekali pada DJKN muda ini dalam upaya membangun human capital DJKN dalam bidang lelang sekaligus juga me-hire kaum muda DJKN ini untuk menempati posisi pelelang dimana dalam 4 tahun ke depan kita membutuhkan kurang lebih 250 pelelang baru ( sumber Direktorat Lelang DJKN).

Disamping itu, untuk menjawab adanya peningkatan skalabilitas permohonan lelang yang jauh dari kata ideal. Terjadinya Bottleneck antara ketersediaan pelelang dan banyaknya permohonan lelang yang masuk sudah terbiasa terjadi.

Persoalannya bagaimana agar narasi lelang yang kita bangun bisa menyuarakan ajakan yang bisa menebar hawa afirmasi sekaligus bisa membius DJKN muda untuk mencoba dan serta memahami sekaligus mau menjadi insan-insan lelang. Atau bagaimana narasi lelang tata redaksinya bisa menjadi kalimat mantra, sehingga menjadi titik balik dan titik infleksi bagi milineal DJKN yang asalnya tidak senang menjadi ingin mengenal lebih jauh apa itu lelang dan bagaimana itu lelang dengan segala permasalahannya.

Digital Native

Karakter milenial adalah digital native yang ciri berpikirnya strategis, inovatif, interpersonal, energik. Gerenasi Milenial-lah yang paling terhubung di media sosial, dan penghuni terbanyak di komunitas online di Internet atau kita menyebutnya Nitizen ini pada dasarnya punya rasa dan semangat komunal yang tinggi, semangat untuk berkolaborasi, semangat untuk saling terhubung dan saling menghubungi.Sebagai penduduk dunia maya, dia juga mengklaim punya hak sipil untuk berinteraksi dengan counterpart -nya secara sosial, seperti memberikan dan menerima masukan dari teman, termasuk hak memperbaiki dan memperjelas informasi yang beredar serta hak untuk mengeluarkan pendapat dan analisa ( bisa dilihat pada https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13408/Kepatutan-Bermedia-sosial.html) maka perbanyak dan biasakan keyword-keyword baru tentang lelang pada ruang bincang dan ruang pandang pada atmosfir ekosistem mereka, dengan sendirinya mereka akan meng-eksplore apa itu dan bagaimana itu dan pada gilirannya akan menebarkan informasi yang dia terima pada jejaringnya.

Disamping itu, ciptakan tagline yang tidak hanya menggambarkan suatu produk secara keseluruhan dari lelang. Namun bisa dikemas dari day by day activity tentang lelang sehingga dari tagline dimaksud diharapkan brainstorming-nya lebih terasa walaupun hanya lewat screen handphone atau layar komputer.

Mileneal atau generasi Z sekalipun, mereka itu tidak bisa dibatasi atau diperintah, mereka itu tidak bisa dibilang “tidak boleh” mereka akan tanya kenapa atau mengapa. Karena itu untuk menghadapi kaum milienial ini, tidak efektif kalau kita menjalankan sikap Ditigital dictatorship dan memberi aturan atau mewajibkan mereka untuk me-dwonload platform lelang.go.id dan memiliki akun lelang.go.id pada perangkat telekomukasinya /gadget-nya. Untuk itu bikinlah valeu dari narasi dibuat dimana mereka nantinya bisa memahami bahwa mesage dan Intrinsik motivation dari yang kita sampaikan, sampai dengan sendirinya tanpa harus me-drive mereka untuk suka.

Storytelling juga menjadi metode yang efektif untuk menyebarkan sebuah narasi yang punya tacit knwoledge. Event bincang santai pelelang yang menghadirkan para Pejabat Lelang senior yang baru-baru ini (28/6) terselengara adalah bentuk narasi yang dikemas sedemikian rupa agar tacit kowledge para senior menyebar ke ruang dengar dan ruang pandang kaum milineal DJKN. Satu hal yang menjadi tantangan bagi organisasi adalah bagaimana menularkan pengalaman-pengalaman senior kepada generasi mileneal, dan inilah wadah yang tepat untuk mempertebal narasi indah dan keren kepada kaum muda DJKN.

Tidak ada salahnya narasi yang akan diproduksi dibuat sentuhan drama yang muatan emosionalnya mengena saat ada momentum driven, seperti kejadian lelang yang ternyata pemenang lelang tidak bisa menguasai barangnya yang kita kemas dari angel yang berbeda dari yang kita lakukan sebelum-sebelumnya. Yang tidak menakuti dan membuat trauma pembacanya. Atau munculnya laporan dari pengawas eksternal terkait pelayanan dan prosedur lelang, bisa kita packaging sedemikian rupa sehingga narasi yang ada bisa mengkapitalisasi laporan dimaksud sebagai sebuah capaian pelayanan yang kita kabarkan dengan penuh tanggung jawab sekaligus yang pada gilirannya bisa me- encourage milineal DJKN untuk bangga dengan lembaganya.

Day 1 Mentality

Narasi adalah salah satu elemen dari komunikasi publik yang merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peritiwa. Narasi yang baik harus ditampilkan dengan redaksi yang baik dan berulang-ulang agar apa yang ingin kita sampaiakan tercapai. Dalam kaitan itu, Kanwil DJKN Jatim telah mengintruksikan kantor Vertikal di bawahnya untuk menebar narasi positif dengan cara melakukan Publikasi Informasi Lelang Melalui Media Sosial, dengan harapan dapat menarik engangement dari publik yang dituju. Dan kegiatan publikasi oleh tiap KPKNL yang digagas Bidang Lelang DJKN Kanwil Jatim ini, akan di re-post oleh akun media sosial milik Kanwil DJKN Jawa Timur untuk me-massive-kan komunikasi publik dimaksud.

Bahkan untuk melembagakan narasi positif tentang lelang di masyarakat agar bisa menyebar dengan optimal, Bidang Lelang Kanwil DJKN Jawa Timur menginisiasi pembentukan Tim Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat yang Surat Keputusannya ditandatangani langsung oleh Kakanwil DJKN Jawa Timur. Tim Pelayanan Pemberdayaan Masyarakat ini diantara tujuannya adalah melakukan pendampingan kepada masyarakat baik sebagai individu maupun badan usaha, agar dapat berpartisipasi sebagai penjual pada aplikasi lelang.go.id dan memberikan edukasi tentang lelang kepada masyarakat di Provinsi Jawa Timur .

Sebagai sebuah organisasi, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara tentu membutuhkan sebuah brand image atau citra positif bagi keberlangsungan organisasinya. Salah satu cara untuk membangun citra positif itu adalah melaksanakan strategi komunikasi pengelolaan opini publik. Disamping itu dalam upaya untuk memenangi kompetisi dan derasnya pipa-pipa media massa yang serba digital seperti sekarang ini tidak ada jalan lain kita harus bisa menguasainya.

Pada medio tahun 2014 organisasi lelang kita pernah menjadi media daring dan di beritakan hampir kebanyakan media ternama di negeri ini baik elektronik maupun konvensional (https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7032/Peran-Media-Sosial-DJKN-untuk-Branding.html). Karena kita tidak bisa memanfaatkan tiebreak saat itu sehingga keberlangsungannya kurang optimal. Namun akhir- akhir ini muruah itu membuncah kembali. Seiring upaya mengambil peran program pemerintah untuk mendukung kemudahan berusaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) insan lelang DJKN menyelenggarakan Kegiatan Kompetisi dan Inovasi (KEDAI) Lelang Sukarela Produk UMKM sehingga riuhnya narasi-narasi positif lelang pun menebar di pipa-pipa media sosial.

Menjadi hal yang membanggakan adalah, disaat lelang DJKN menjadi trending topic di berbagai media, sehingga dengan sendirinya brand image atau citra positif lelang dan platform lelang.go.id lebih membahana. Untuk itu mari bersama kita hindari mentalitas hari ke-2 tetap pada atmosfir 1 day mentality . Seperti kata Jeff Bezos, bahwa hari ke-1 adalah hari dimana semangat, motivasi dan kinerja pada titik optimal untuk mencapai posisi dia sebagai salah satu orang terkaya di dunia sehingga dia selalu menjalankan 1 day mentality terus dalam membesarkan perusahaannya. Sebab menurutnya, hari ke-2 adalah hari statis, hari yang terjebak pada kepuasan dan keberhasilan sesaat sehingga tidak lagi fokus pada visi dan tujuan yang sudah dicanangkan. Semoga insan- insan lelang DJKN juga punya 1 day mentality dalam membesarkan organisasi lewat narasi- narasi positif dan keren.


(Penulis :Mohammad Chifni, Kasi Bimbingan Lelang I Kanwil DJKN Jatim)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini