Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
ANALISIS SWOT ATAS KONDISI EKONOMI PROVINSI BANTEN : PENGHEMATAN DAN PERBAIKAN SUPPLY CHAIN
Antonius Suhenri
Selasa, 13 September 2022   |   4785 kali

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banten posisinya sangat strategis, yang berada di Ujung Pulau Jawa dekat ibukota DKI Jakarta, dan sudah dikenal sampai ke luar negeri sejak abad ke-14 (1330 M). Pada abad 16-17, dibawah kekuasaan Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menjadi salah satu kota perdagangan rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara dan dikenal sebagai pusat kerajaan Islam serta pusat perdagangan nusantara. Selanjutnya Banten terus mengalami pertumbuhan ekonomi dalam pergadangan, pelabuhan, dan bahkan sampai ke Industri terbesar di indonesia sehingga perannya sangat penting untuk ekonomi bangsa. Namun akhir-akhir ini Banten mengalami penurunan ekonomi karena pandemic covid.19. Khusus memperingati Hari kemerdekaan RI ke-77, Provinsi Banten akan bersiap untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat. Melalui artikel ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran bagi Provinsi Banten untuk mampu bersaing dengan daerah lain.

 

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

1. Adanya konflik pengangguran, pemotongan gaji dan tunjangan dan banyaknya Pabrik yang pindah ke Jawa Tengah, Semarang, bagaimana mengatasinya?

 

ANALISIS

Pemprov Banten telah menanggapi berbagai tekanan dan perubahan iklim bisnis mis: Pandemi membuat bertambahnya PHK, pengangguran, gaji dipotong, tunjangan dipotong, pegawai rangkap job, demi efesiensi segala fasilitas internal dihilangkan, Pabrik dijual, Pabrik tidak beroperasi, kelangkaan bahan baku dan pangan, biaya transportasi yang mahal, biaya energi, inefesiensi menyebabkan harga jual tinggi, persaingan harga dan banting harga pelaku bisnis, banyaknya perusahaan yang rugi tidak dapat bertahan, perbankan masih belum berani mengambil risiko dsb.

 

Tantangan ini diadaptasi atau disesuaikan dengan membuat rantai pasokan (supply chains) lebih agile (gesit), adaptif, dan berkelanjutan. Banten terus mendukung kebijakan dan mendanai untuk strategi rantai pasokan di Banten untuk mencapai strategi tujuan Provinsi Banten secara keseluruhan. Intinya adalah pasokan barang dan jasa untuk masyarakat dan bisnis di provinsi Banten harus benar-benar gesit, adaptif dan sustainable.

 

Manajemen pasokan adalah sangat penting. Manajemen pasokan yang paling efektif merespons dengan cepat bahkan perubahan kecil dalam permintaan, contoh permintaan baja meningkat, harga baja meningkat, harga semen meningkat,  permintaan bahan pangan meningkat, permintaan kabel meningkat, Permintaan Barang Kena Cukai (Bahan baku Handsanitaizer) meningkat  dsb, harus benar-benar responsif dan kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi dengan memberikan kemudahan persyaratan

 

Penerapan yang cerdas dan ketahanan yang terencana membuat stok selalu tersedia dan menahan laju inflasi misalnya Stok pangan atau sembilan bahan pokok cukup untuk masyarakat Banten. Dinas Ketahanan Pangan  dan Tim Provinsi Banten berkoordinasi dengan baik dengan Para Produsen sehingga rantai pasokan yang lebih efisien dan lebih ramah lingkungan memberikan manfaat bagi bisnis dan lingkungan. Tantangannya harus lebih efesien dan ramah lingkungan adalah sangat penting.

Untuk mengetahui mengapa banyak Pabrik yang pindah ke Jawa Tengah, Semarang, solusinya kita harus mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Provinsi Banten berdasarkan Analisis SWOT berdasarkan informasi dari Bank Indonesia, yaitu :


Diolah daDescription: E:\artikel hut 77 RI\swot.jpg

Diolah dari : Freecaretips.com, Pengertian Analisis SWOT

 

A. Keunggulan Kompetitif (Strength) Provinsi Banten 

Berbagai keunggulan daya saing Internal Provinsi Banten, yaitu:

1. Pertumbuhan laju ekonomi Provinsi Banten lebih tinggi di bandingkan laju ekonomi nasional. Peranan ekonomi di Provinsi Banten berkontribusi sekitar 7 % terhadap ekonomi Jawa atau sekitar 4 % terhadap ekonomi nasional dan tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekonomi nasional.

2. Pada triwulan III 2020 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara quarter to quarter, terdapat pertumbuhan sebesar 4,55%, namun secara year on year masih terkontraksi cukup sebesar -5,77%. Kondisi tersebut didorong oleh pandemi COVID-19 yang masih berlanjut walaupun sudah menunjukkan perbaikan.

3. Perekonomian Banten pada triwulan II-2021 mengalami pertumbuhan positif untuk pertama kalinya sejak triwulan II 2020. Secara year on year, perekonomian Banten tumbuh sebesar 8,95% atau sebesar 0,27% secara quarter to quarter. Perbaikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan II ini secara umum didorong oleh peningkatan kinerja seluruh komponen dari sisi Pengeluaran, terutama Konsumsi Rumah Tangga. Dari sisi pengeluaran, berlanjutnya perbaikan sektor unggulan Banten, seperti sektor Industri, Perdagangan, Konstruksi, dan sektor Transportasi, di samping adanya base year effect, menyebabkan perbaikan pertumbuhan.

4. Sustainibility Perekonomian Banten pada pertumbuhan positif pada triwulan I 2022 yaitu sebesar 4,97% (yoy) atau sebesar 0,48% (qtq).  Adapun perekonomian di regional Jawa maupun nasional masing-masing tumbuh sebesar 5,07% (yoy) dan 5,01% (yoy).

5. Pendapatan utama yaitu sektor industri pengolahan yang merupakan sektor dominan berkontribusi terhadap ekonomi Provinsi Banten yang mencapai lebih dari 30 % diikuti dengan sektor perdagangan. Kedepan, kontribusi pengolahan perlu terus ditingkatkan terutama dengan mengembangkan industri potensial lainnya seperti agro industri dan tekstil, selain industri kimia dan elektronik  yang merupakan sub sektor utama saat ini.

6. Otonomi Daerah Provinsi Banten. Selama 23 tahun, dimana Banten resmi menjadi sebuah provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sejak tahun 2000, dibentuk melalui Undang-undang nomor 23 tahun 2000, sebelumnya Banten merupakan keresidenan sebagai bagian dari wilayah Provinsi Jawa Barat.

7. Banten telah memimpin secara nasional di Indonesia dengan sektor utama industri dan pariwisata. Kedua sektor utama tersebut tersebar di wilayah Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon.

8. Berbagai usaha telah dilakukan oleh Provinsi Banten untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya di Industri, yaitu tahun 1966 mendirikan pabrik baja, yaitu Krakatau Steel yang didirikan pada tahun 1966 di Kota Cilegon dimana sebagai cikal bakal tumbuhnya industri-industri baru, dan berkembangnya pelabuhan di Banten. Banten menguasai mayoritas supply kebutuhan besi, dan baja berkualitas untuk konsumsi lokal maupun ekspor yang akan digunakan untuk infrastruktur dan mendorong pembangunan Pabrik modern.

9. Pertumbuhan industri di Banten menjadi lokomotif dan menjadi trigger pertumbuhan ekonomi Banten tersebut, mendorong kemajuan wilayah dan perekonomian daerah lain juga, membuka lapangan pekerjaan yang besar, memberikan produk dan jasa, memberikan pajak daerah dan pajak pusat sehingga secara nasional Banten tergolong sebagai wilayah cepat tumbuh dengan pesat.

10. Strategi Provinsi Banten sangat baik dapat mempertahankan dan berusaha menaikkan pertumbuhan ekonomi nasional terbukti keberhasilan tersebut membuat Banten membangun proyek strategis yang berskala nasional dan internasional, yaitu:

a)      Pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara

b)      Pembangunan Jembatan Selat Sunda (Jawa-Sumatera)

c)      Pengembangan Jaringan Jalan Cincin (ring road) pantai utara-selatan Baten

d)      Peningkatan jalan tol dan jalan kereta api (double track),

e)      Perluasan bandara Soekarno-Hatta

f)       Pembangunan supply air baku waduk karian

g)      Peningkatan kapasitas power plant

h)     Jaringan kilang gas

i)       Storage BBM

j)        Pengembangan kawasan ekonomi khusus

k)      Cluster industri petro kimia.

11. Infrastruktur yang tersedia dengan baik:

a)     Jalan Tol Jakarta - Merak

b)     Pelabuhan Merak

c)     Bandara Soekarno Hatta

d)     Kilang BBM

e)     Kawasan Industri Berikat

f)      Kawasan Pergudangan

g)     Akses dekat ke DKI Jakart

h)     Akses ke Pelabuhan Tanjung Priok  

i)       Shipping Container

j)       Kapal pengangkut kontainer

k)     Trailer dan truk

l)       Jalur Kereta Api

Jadi kekuatan besar ekonomi dalam fasilitas yang dibutuhkan oleh para Investor dan Industri telah tersedia dengan berbagai alternatif biaya yang murah. Akses jalan raya, pelabuhan, jalur kereta, bandara, ketersedian jaringan baik air, PLN, gudang, kilang, bahan baku air sudah tersedia di Banten.

B. Kelemahan Internal yaitu Daya Saing (Weakness) Provinsi Banten

Berbagai kelemahan Provinsi Banten, yaitu :

1. Indikator bagi para investor khususnya pabrik adalah biaya produksi murah yaitu biaya tenaga kerja disamping untuk shipping container dan ocean going shipping, trailer dan truck, jalur kereta api, jalur darat/tol, jalur udara memungkinkan alternatif supply chain yang relatif mulai harga dari murah sampai tarif mahal telah tersedia di Banten sesuai prioritas barang dan jasa dari dalam dan luar negeri. Dalam Global Supply Chain telah tersedia kontainer (shipping container) dan kapal pengangkut kontainer (ocean going shipping) serta pelabuhan International di berbagai daerah dan negara dengan harga murah, memudahkan Pabrik untuk pindah tempat untuk mencari biaya upah pekerja yang lebih murah agar mendapatkan keuntungan dan harga yang lebih kompetitif.  Jadi kekuatan infrastruktur yang disebutkan di atas saat ekonomi global dikalahkan dengan biaya tenaga kerjanya mahal daripada kota lain

Provinsi Banten harus mengingat Indikator lain yang penting yaitu Investor bebas memilih daerah labor cost yang murah dan juga kreatif. Provinsi Banten harus membuat kebijakan yang membuat upah pekerja bisa lebih murah

Upah buruh di Tangerang Rp 4.262.015,37 dibandingkan di Semarang Rp.2.302.797 sehingga lebih murah di Semarang

2. Banten terdapat serikat buruh yang sering demo UMR dinaikkan sehingga mengganggu pabrik. Terdapat LSM yang masih mengganggu proses di lapangan paska produksi mis dalam membeli sisa hasil produksi dengan memeksa harga murah. Akhirnya Pabrik kesulitan keuangan dan pendapatan turun

3. Banten termasuk kota dengan biaya hidup tinggi (sewa, makan, transportasi) terutama Kota Tangerang (Rp3.287.159). Kuncinya adalah biaya pengiriman yang efektif dan efesien sehingga memungkinkan harga bisa lebih murah. Karena banyaknya factor inefesiensi sehingga harga lebih mahal.

 

C. Peluang (Opportunity) yang menjadi tantangan ke depan Provinsi Banten

Tantangan kedepan adalah memberikan kemudahan berinvestasi bagi para Investor dalam dan luar neger. Investor dapat melakukan konsultasi dengan baik dan mendapatkan perizinan usaha dengan baik dari Provinsi Banten melalui pelayanan satu atap.

Dan tantangan ke depan Provinsi Banten mampu menawarkan berbagai paket-paket usaha di daerahnya yang memiliki potensi yang menjanjikan bagi para investor.

Kemudahan berinvestasi dan keringanan dalam pembayaran pajak bagi para investor yang mau masuk. Provinsi Banten dapat melakukan ajang Investor Expo Banten dengan mengundang para Investor agar menyaksikan potensi daerah di Banten dengan tujuan Investor mau menanamkan modal secara langsung (Direct investment). Peluang emas untuk membuka lapangan pekerjaan dan menggerakkan ekonomi UMKM dan masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan di provinsi Banten.

Tantangan terberat adalah menurunkan UMR sehingga lebih murah. Dan tangan selanjutnya adalah melakukan penghematan di Internal Pemerintahan maupun perusahaan. Mis: Penghematan Biaya Energi, Penghematan Biaya fasilitas dan tunjangan kendaraan operasional, dan penghematan belanja kepada prioritas kebutuhan mendesak, dsb.

D. Ancaman (Threat) ke depan

Dengan persaingan Global dan tersedianya Global Supply Chain di tempat lain mis:  Semarang maka pengusaha/investor akan mencari tempat dengan biaya tenaga kerja yang murah dan memiliki skill. Dengan gampangnya Pabrik di Tangerang akan pindah ke tempat lain.

 

E. Kelemahan (Weakness) sekaligus tantangan ke depan

Kelemahan (weakness) dari provinsi Banten sekaligus tantangan ke depan yaitu :

1. Upah yang lebih tinggi di bandingkan Provinsi Jawa Tengah (Semarang). Tantangan untuk menurunkan tingkat pengangguran dengan menstabilkan tingkat upah tenaga kerja sangat penting bagi Investor.

2. Tingkat kecepatan layanan berlabuh kapal kontainer dan layanan kecepatan unloading barang kontainer di Pelabuhan Merak sebelum diangkut oleh Trailer atau truk ke Gudang Pabrik. Tantangan untuk memperluas atau membuka pelabuhan yang lebih kecil dan lebih murah.

3.  Tingkat kecepatan layanan cargo bandara Soekarno Hatta sebelum di angkut oleh Ekspedisi rekanan atau E-Commerce langsung. Tantangan untuk memonitor selalu posisi barang secara online dan memastikan tidak ada spot yang menjadi masalah barang tidak dapat keluar.

4. Kemacetan di jalan yang disebabkan banyaknya trailer/truk pengangkut kontainer dan barang di jalanan. Tantangan bagi provinsi Banten untuk membuat aturan main dengan cara kolaborasi antar industri untuk bersama-sama menggunakan trailer atau truk yang belum penuh dengan tujuan yang sama. Jadi 1 trailer berisi barang lebih dari 1 Pabrik. Perlu membuat aplikasi untuk kolaborasi trailer/truk sehingga biaya kemacetan dan ongkos energi lebih murah. Akhirnya jalan tidak macet. Apabila diperlukan diperketat untuk jam operasional untuk trailer dan truk kontainer.  

5. Tantangan ke depan adalah bagaimana mempertahankan supply chain/ pasokan sembilan bahan pokok tersedia dan terjangkau serta efesien dan ramah lingkungan bagi bisnis dan masyarakat. Laju inflasi lebih tinggi dibandingkan historis 3 tahun terakhir yaitu sebesar 2,41% (yoy) serta realisasi inflasi Nasional dan regional Jawa yang masing-masing tercatat sebesar 2,64% (yoy) dan 2,49% (yoy). Secara spasial, inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2022 terjadi pada seluruh kota sampel IHK di Provinsi Banten. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 3,87% (yoy) diikuti oleh Kota Cilegon sebesar 3,13% (yoy) dan Kota Tangerang sebesar 2,81% (yoy).

6. Kesejahteraan hidup masyarakat di Provinsi Banten tercatat masih belum pulih. Pandemi Covid-19 memicu kenaikan Garis Kemiskinan yang meningkat pada September 2021 sebesar 3,23% dibandingkan Maret 2021. Tantangan ke depan adalah membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan mengundang Investor dalam dan luar negeri untuk membuka bisnis di Banten. Tantangan bagi Provinsi Banten untuk membuat Investor Expo yang berisikan potensi daerah dan prospek bisnis yang menjanjikan dan menyediakan modal usaha bagi UMKM atau memberikan konsultasi bagi Investor untuk dapat berinvestasi langsung.

 

SIMPULAN DAN SARAN

 

1. Pasokan barang dan jasa (Supply Chains) bisnis sangat penting dan Penghematan Anngaran Internal adalah kunci utama untuk masyarakat sehingga provinsi Banten harus benar-benar gesit, adaptif dan sustainable karena tekanan internal dan eksternal mis krisis energi PHK, pengangguran, gaji dipotong, tunjangan dipotong, pegawai rangkap job, demi efesiensi segala fasilitas internal dihilangkan, Pabrik dijual, Pabrik tidak beroperasi, kelangkaan bahan baku dan pangan, biaya transportasi yang mahal, biaya energi, inefesiensi menyebabkan harga jual tinggi, persaingan harga dan banting harga pelaku bisnis, banyaknya perusahaan yang rugi tidak dapat bertahan,

2. Banten memiliki kekuatan besar dalam ekonomi dan fasilitas yang dibutuhkan oleh para Investor dan Industri dengan alternatif biaya yang murah. Akses jalan raya, pelabuhan besar dan pelabuhan kecil, jalur kereta api, bandara Internasional, ketersedian jaringan baik jaringan air, PLN, gudang, kilang, bahan baku air sudah tersedia di Banten. Jalur pengiriman dari Laut lebih efesien

3. Provinsi Banten harus membuat kebijakan yang membuat upah pekerja bisa lebih murah dan pekerja kreatif mengingat Pabrik mencari solusi inefesiensi dengan strategi penghematan biaya produksi mencari supply chains yang lebih murah dan efektif yaitu pindah ke Jawa Tengah (Semarang).

4. Perbaikan dalam Pelayanan segala bidang terutama kecepatan layanan cargo udara, dan kecepatan layanan berlabuh kapal pengangkut dan unloading barang kontainer, dan kemudahan dalam layanan konsultasi Investasi satu atap.

5.  Tantangan bagi provinsi Banten untuk membuat aturan main dengan cara kolaborasi antar industri untuk bersama-sama menggunakan trailer atau truk yang belum penuh dengan tujuan yang sama. Jadi 1 trailer berisi barang lebih dari 1 Pabrik untuk mengurangi kemacetan dan emisi karbon.

6. Tantangan ke depan adalah membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan mengundang Investor dalam dan luar negeri untuk membuka bisnis di Banten.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

1.     Boston Consultant Group, Designing Resilence into Global Supply Chains, 2020

2.     CNBC, How Amazone Skirting Suplly Chains Chaos, 2021

3.     Freecaretips.com, Pengertian Analisis SWOT

4.     GEP Smart, Beyond The Bottom Line: How Supply Chains Disruption has Impacted Business, 2021

5.     www.bi.go.id

6.     www.bantenprov.go.id

(Artikel dalam rangka HUT ke-77 RI by Antonius Suhenri, SE, SST.Ak, MM, KPKNL Tangerang II)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini