Banten posisinya sangat strategis, yang berada di Ujung Pulau Jawa dekat ibukota DKI Jakarta, dan sudah
dikenal sampai ke luar negeri sejak abad ke-14 (1330 M). Pada abad 16-17, dibawah kekuasaan
Sultan Maulana Hasanudin dan Sultan Ageng Tirtayasa, Banten menjadi salah satu kota
perdagangan rempah-rempah di kawasan Asia Tenggara dan dikenal sebagai pusat
kerajaan Islam serta pusat perdagangan nusantara. Selanjutnya Banten terus mengalami
pertumbuhan ekonomi dalam pergadangan, pelabuhan, dan bahkan sampai ke Industri
terbesar di indonesia sehingga perannya sangat penting untuk ekonomi bangsa. Namun akhir-akhir ini Banten mengalami penurunan ekonomi
karena pandemic covid.19. Khusus
memperingati Hari kemerdekaan RI ke-77, Provinsi Banten akan bersiap
untuk pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat. Melalui artikel ini diharapkan
memberikan sumbangan pemikiran bagi Provinsi Banten untuk mampu bersaing dengan
daerah lain.
1. Adanya konflik pengangguran, pemotongan gaji dan
tunjangan dan banyaknya Pabrik
yang pindah ke Jawa Tengah, Semarang, bagaimana mengatasinya?
ANALISIS
Pemprov Banten telah menanggapi berbagai tekanan
dan perubahan iklim bisnis mis: Pandemi membuat bertambahnya PHK, pengangguran,
gaji dipotong, tunjangan dipotong, pegawai rangkap
job, demi efesiensi segala fasilitas internal dihilangkan, Pabrik
dijual, Pabrik tidak beroperasi, kelangkaan bahan baku dan pangan, biaya
transportasi yang mahal, biaya energi, inefesiensi menyebabkan harga jual tinggi, persaingan harga dan
banting harga pelaku bisnis, banyaknya perusahaan yang rugi tidak dapat bertahan, perbankan masih belum berani
mengambil risiko dsb.
Tantangan ini
diadaptasi atau disesuaikan dengan membuat rantai pasokan (supply chains)
lebih agile (gesit), adaptif, dan berkelanjutan. Banten terus mendukung kebijakan
dan mendanai untuk strategi rantai pasokan di Banten untuk mencapai strategi tujuan
Provinsi Banten secara keseluruhan. Intinya adalah pasokan barang dan jasa
untuk masyarakat dan bisnis di provinsi Banten harus benar-benar gesit, adaptif
dan sustainable.
Manajemen pasokan adalah sangat penting.
Manajemen pasokan yang paling efektif merespons dengan cepat bahkan perubahan
kecil dalam permintaan, contoh permintaan baja meningkat, harga baja meningkat, harga semen meningkat, permintaan bahan pangan meningkat, permintaan
kabel meningkat, Permintaan Barang Kena Cukai (Bahan baku Handsanitaizer)
meningkat dsb, harus benar-benar
responsif dan kebijakan yang mendukung pemulihan ekonomi dengan memberikan
kemudahan persyaratan
Penerapan yang cerdas dan ketahanan yang
terencana membuat stok selalu tersedia dan menahan laju inflasi misalnya Stok
pangan atau sembilan bahan pokok cukup untuk masyarakat Banten. Dinas Ketahanan
Pangan dan Tim Provinsi Banten
berkoordinasi dengan baik dengan Para Produsen sehingga rantai pasokan yang
lebih efisien dan lebih ramah lingkungan memberikan manfaat bagi bisnis dan
lingkungan. Tantangannya harus lebih efesien dan ramah lingkungan adalah sangat
penting.
Untuk mengetahui mengapa banyak Pabrik yang pindah ke Jawa Tengah, Semarang, solusinya kita harus mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan Provinsi Banten berdasarkan Analisis SWOT berdasarkan informasi dari Bank Indonesia, yaitu :
Diolah da
Diolah dari : Freecaretips.com,
Pengertian Analisis SWOT
A. Keunggulan Kompetitif (Strength)
Provinsi Banten
Berbagai keunggulan daya saing Internal Provinsi
Banten, yaitu:
1. Pertumbuhan laju ekonomi Provinsi Banten lebih tinggi di bandingkan laju ekonomi
nasional. Peranan ekonomi di Provinsi Banten berkontribusi sekitar 7 % terhadap ekonomi Jawa atau sekitar 4 % terhadap ekonomi nasional dan tumbuh lebih
tinggi dibandingkan ekonomi nasional.
2. Pada triwulan III 2020 mengalami perbaikan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Secara quarter to quarter, terdapat pertumbuhan sebesar 4,55%, namun
secara year on year masih terkontraksi cukup sebesar -5,77%. Kondisi tersebut didorong oleh pandemi COVID-19 yang
masih berlanjut walaupun sudah menunjukkan perbaikan.
3. Perekonomian Banten pada triwulan II-2021 mengalami pertumbuhan
positif untuk pertama kalinya sejak triwulan II 2020. Secara year on year,
perekonomian Banten tumbuh sebesar 8,95% atau sebesar 0,27%
secara quarter to quarter. Perbaikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan II ini secara umum didorong oleh
peningkatan kinerja seluruh komponen dari sisi Pengeluaran, terutama Konsumsi
Rumah Tangga. Dari sisi pengeluaran, berlanjutnya perbaikan sektor unggulan Banten, seperti sektor Industri, Perdagangan,
Konstruksi, dan sektor Transportasi, di samping adanya base year effect,
menyebabkan perbaikan pertumbuhan.
4. Sustainibility
Perekonomian Banten pada pertumbuhan positif pada triwulan I 2022
yaitu sebesar 4,97% (yoy) atau sebesar 0,48% (qtq). Adapun perekonomian di regional Jawa maupun nasional
masing-masing tumbuh sebesar 5,07% (yoy) dan 5,01% (yoy).
5. Pendapatan utama yaitu
sektor industri pengolahan yang merupakan sektor dominan berkontribusi terhadap ekonomi Provinsi Banten yang mencapai lebih dari 30 % diikuti dengan sektor perdagangan. Kedepan,
kontribusi pengolahan perlu terus ditingkatkan terutama dengan mengembangkan
industri potensial lainnya seperti agro industri dan tekstil, selain industri
kimia dan elektronik yang merupakan sub sektor utama saat ini.
6. Otonomi Daerah Provinsi Banten. Selama 23 tahun,
dimana Banten resmi menjadi sebuah provinsi ke-30 di Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) sejak tahun 2000, dibentuk melalui Undang-undang nomor 23
tahun 2000, sebelumnya Banten merupakan keresidenan sebagai bagian dari wilayah
Provinsi Jawa Barat.
7. Banten telah memimpin secara nasional di Indonesia dengan sektor utama industri dan pariwisata.
Kedua sektor utama tersebut tersebar di wilayah Kabupaten Serang, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Cilegon.
8. Berbagai usaha telah dilakukan oleh
Provinsi Banten untuk mempertahankan pertumbuhan ekonominya di Industri, yaitu
tahun 1966 mendirikan pabrik baja, yaitu Krakatau
Steel yang didirikan pada tahun 1966 di Kota Cilegon dimana sebagai cikal bakal
tumbuhnya industri-industri baru, dan berkembangnya pelabuhan di Banten. Banten menguasai mayoritas supply
kebutuhan besi, dan baja berkualitas untuk konsumsi lokal maupun ekspor yang
akan digunakan untuk infrastruktur dan mendorong pembangunan Pabrik modern.
9. Pertumbuhan industri di Banten menjadi lokomotif dan
menjadi trigger pertumbuhan ekonomi Banten tersebut,
mendorong kemajuan wilayah dan perekonomian daerah lain juga, membuka lapangan pekerjaan yang besar,
memberikan produk dan jasa, memberikan pajak daerah dan pajak pusat sehingga secara nasional Banten tergolong sebagai wilayah
cepat tumbuh dengan
pesat.
10. Strategi Provinsi Banten sangat baik dapat
mempertahankan dan berusaha menaikkan pertumbuhan ekonomi nasional terbukti
keberhasilan tersebut membuat Banten membangun proyek
strategis yang berskala nasional dan internasional, yaitu:
a)
Pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara
b)
Pembangunan Jembatan Selat Sunda (Jawa-Sumatera)
c)
Pengembangan Jaringan Jalan Cincin (ring road) pantai
utara-selatan Baten
d)
Peningkatan jalan tol dan jalan kereta api (double track),
e)
Perluasan bandara Soekarno-Hatta
f)
Pembangunan supply air baku waduk karian
g)
Peningkatan kapasitas power plant
h)
Jaringan kilang gas
i)
Storage BBM
j)
Pengembangan kawasan ekonomi khusus
k)
Cluster industri petro kimia.
11. Infrastruktur yang tersedia dengan baik:
a)
Jalan Tol
Jakarta - Merak
b)
Pelabuhan
Merak
c)
Bandara
Soekarno Hatta
d)
Kilang
BBM
e)
Kawasan
Industri Berikat
f)
Kawasan
Pergudangan
g)
Akses
dekat ke DKI Jakart
h)
Akses ke
Pelabuhan Tanjung Priok
i)
Shipping
Container
j)
Kapal
pengangkut kontainer
k)
Trailer
dan truk
l)
Jalur
Kereta Api
Jadi kekuatan besar ekonomi dalam fasilitas
yang dibutuhkan oleh para Investor dan Industri telah tersedia dengan berbagai
alternatif biaya yang murah. Akses jalan raya, pelabuhan, jalur kereta,
bandara, ketersedian jaringan baik air, PLN, gudang, kilang, bahan baku air
sudah tersedia di Banten.
B. Kelemahan Internal yaitu Daya Saing (Weakness) Provinsi Banten
Berbagai kelemahan Provinsi Banten, yaitu :
1. Indikator bagi para investor khususnya
pabrik adalah biaya produksi murah yaitu biaya tenaga kerja disamping untuk shipping
container dan ocean going shipping, trailer dan truck, jalur
kereta api, jalur darat/tol, jalur udara memungkinkan alternatif supply
chain yang relatif mulai harga dari murah sampai tarif mahal telah
tersedia di Banten sesuai prioritas barang dan jasa dari dalam dan luar negeri. Dalam Global
Supply Chain telah tersedia kontainer (shipping container) dan kapal
pengangkut kontainer (ocean going shipping) serta pelabuhan
International di berbagai daerah dan negara dengan harga murah, memudahkan
Pabrik untuk pindah tempat untuk mencari biaya upah pekerja yang lebih murah
agar mendapatkan keuntungan dan harga yang lebih kompetitif. Jadi kekuatan infrastruktur yang disebutkan
di atas saat ekonomi global dikalahkan dengan biaya tenaga kerjanya mahal daripada kota lain
Provinsi Banten harus mengingat Indikator
lain yang penting yaitu Investor bebas memilih daerah labor cost yang murah
dan juga kreatif. Provinsi Banten harus membuat kebijakan yang membuat upah
pekerja bisa lebih murah
Upah buruh di Tangerang Rp 4.262.015,37 dibandingkan
di Semarang Rp.2.302.797 sehingga lebih murah di Semarang
2. Banten terdapat serikat buruh yang sering demo UMR dinaikkan sehingga
mengganggu pabrik. Terdapat LSM yang masih mengganggu proses di lapangan paska
produksi mis dalam membeli sisa hasil produksi dengan memeksa harga murah. Akhirnya Pabrik kesulitan keuangan dan pendapatan turun
3. Banten termasuk kota dengan biaya hidup tinggi (sewa, makan, transportasi)
terutama Kota Tangerang (Rp3.287.159). Kuncinya adalah biaya pengiriman yang
efektif dan efesien sehingga memungkinkan harga bisa lebih murah. Karena
banyaknya factor inefesiensi sehingga harga lebih mahal.
C. Peluang (Opportunity) yang menjadi
tantangan ke depan Provinsi Banten
Tantangan kedepan adalah memberikan
kemudahan berinvestasi bagi para Investor dalam dan luar neger. Investor dapat
melakukan konsultasi dengan baik dan mendapatkan perizinan usaha dengan baik
dari Provinsi Banten melalui pelayanan satu atap.
Dan tantangan ke depan Provinsi Banten
mampu menawarkan berbagai paket-paket usaha di daerahnya yang memiliki potensi
yang menjanjikan bagi para investor.
Kemudahan berinvestasi dan keringanan dalam
pembayaran pajak bagi para investor yang mau masuk. Provinsi Banten dapat
melakukan ajang Investor Expo Banten dengan mengundang para Investor agar
menyaksikan potensi daerah di Banten dengan tujuan Investor mau menanamkan
modal secara langsung (Direct investment). Peluang emas untuk membuka
lapangan pekerjaan dan menggerakkan ekonomi UMKM dan masyarakat untuk
mengentaskan kemiskinan di provinsi Banten.
Tantangan terberat adalah menurunkan UMR sehingga lebih murah. Dan
tangan selanjutnya adalah melakukan penghematan di Internal Pemerintahan maupun
perusahaan. Mis: Penghematan Biaya Energi, Penghematan Biaya fasilitas dan
tunjangan kendaraan operasional, dan penghematan belanja kepada prioritas
kebutuhan mendesak, dsb.
D. Ancaman (Threat) ke depan
Dengan persaingan Global dan tersedianya
Global Supply Chain di tempat lain mis: Semarang maka pengusaha/investor akan mencari
tempat dengan biaya tenaga kerja yang murah dan memiliki skill. Dengan
gampangnya Pabrik di Tangerang akan pindah ke tempat lain.
E. Kelemahan (Weakness) sekaligus tantangan ke
depan
Kelemahan (weakness) dari provinsi Banten
sekaligus tantangan ke depan yaitu :
1. Upah yang lebih tinggi di bandingkan
Provinsi Jawa Tengah (Semarang). Tantangan untuk menurunkan tingkat
pengangguran dengan menstabilkan tingkat upah tenaga kerja sangat penting bagi
Investor.
2. Tingkat kecepatan layanan berlabuh kapal
kontainer dan layanan kecepatan unloading barang kontainer di Pelabuhan
Merak sebelum diangkut oleh Trailer atau truk ke Gudang Pabrik. Tantangan untuk
memperluas atau membuka pelabuhan yang lebih kecil dan lebih murah.
3. Tingkat kecepatan layanan cargo bandara
Soekarno Hatta sebelum di angkut oleh Ekspedisi rekanan atau E-Commerce
langsung. Tantangan untuk memonitor selalu posisi barang secara online dan
memastikan tidak ada spot yang menjadi masalah barang tidak dapat keluar.
4. Kemacetan di jalan yang disebabkan
banyaknya trailer/truk pengangkut kontainer dan barang di jalanan. Tantangan
bagi provinsi Banten untuk membuat aturan main dengan cara kolaborasi antar
industri untuk bersama-sama menggunakan trailer atau truk yang belum penuh
dengan tujuan yang sama. Jadi 1 trailer berisi barang lebih dari 1 Pabrik.
Perlu membuat aplikasi untuk kolaborasi trailer/truk sehingga biaya kemacetan
dan ongkos energi lebih murah. Akhirnya jalan tidak macet. Apabila diperlukan
diperketat untuk jam operasional untuk trailer dan truk kontainer.
5. Tantangan ke depan adalah
bagaimana mempertahankan supply chain/ pasokan sembilan bahan pokok
tersedia dan terjangkau serta efesien dan ramah lingkungan bagi bisnis dan
masyarakat. Laju inflasi
lebih tinggi dibandingkan historis 3 tahun terakhir yaitu sebesar 2,41% (yoy)
serta realisasi inflasi Nasional dan regional Jawa yang masing-masing tercatat
sebesar 2,64% (yoy) dan 2,49% (yoy). Secara spasial, inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2022 terjadi pada seluruh kota
sampel IHK di Provinsi Banten. Inflasi tertinggi terjadi di Kota
Serang sebesar 3,87% (yoy) diikuti oleh Kota Cilegon sebesar 3,13% (yoy) dan
Kota Tangerang sebesar 2,81% (yoy).
6. Kesejahteraan hidup masyarakat di Provinsi Banten tercatat masih belum pulih. Pandemi Covid-19
memicu kenaikan Garis Kemiskinan yang meningkat pada September 2021 sebesar
3,23% dibandingkan Maret 2021. Tantangan ke depan adalah membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan
mengundang Investor dalam dan luar negeri untuk membuka bisnis di Banten.
Tantangan bagi Provinsi Banten untuk membuat Investor Expo yang berisikan
potensi daerah dan prospek bisnis yang menjanjikan dan menyediakan modal usaha
bagi UMKM atau memberikan konsultasi bagi Investor untuk dapat berinvestasi
langsung.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Pasokan
barang dan jasa (Supply Chains) bisnis
sangat penting dan
Penghematan Anngaran Internal adalah kunci utama untuk masyarakat sehingga provinsi Banten
harus benar-benar gesit, adaptif dan sustainable karena tekanan internal dan eksternal mis krisis
energi PHK, pengangguran, gaji
dipotong, tunjangan dipotong, pegawai rangkap job, demi efesiensi segala
fasilitas internal dihilangkan, Pabrik dijual, Pabrik tidak beroperasi, kelangkaan bahan baku dan pangan,
biaya transportasi yang mahal, biaya energi, inefesiensi menyebabkan harga jual tinggi,
persaingan harga dan banting harga pelaku bisnis, banyaknya perusahaan yang
rugi tidak dapat
bertahan,
2. Banten memiliki kekuatan besar dalam
ekonomi dan fasilitas yang dibutuhkan oleh para Investor dan Industri dengan
alternatif biaya yang murah. Akses jalan raya, pelabuhan besar dan pelabuhan
kecil, jalur kereta api, bandara Internasional, ketersedian jaringan baik
jaringan air, PLN, gudang, kilang, bahan baku air sudah tersedia di Banten.
Jalur pengiriman dari Laut lebih efesien
3. Provinsi Banten harus membuat kebijakan
yang membuat upah pekerja bisa lebih murah dan pekerja kreatif mengingat Pabrik mencari solusi
inefesiensi dengan strategi penghematan biaya produksi mencari supply chains
yang lebih murah dan efektif yaitu pindah ke Jawa Tengah (Semarang).
4. Perbaikan dalam Pelayanan
segala bidang terutama kecepatan layanan cargo udara, dan kecepatan layanan
berlabuh kapal pengangkut dan unloading barang kontainer, dan kemudahan dalam
layanan konsultasi Investasi satu atap.
5. Tantangan
bagi provinsi Banten untuk membuat aturan main dengan cara kolaborasi antar
industri untuk bersama-sama menggunakan trailer atau truk yang belum penuh
dengan tujuan yang sama. Jadi 1 trailer berisi barang lebih dari 1 Pabrik untuk
mengurangi kemacetan dan emisi karbon.
6. Tantangan ke depan adalah
membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya dan mengundang Investor dalam dan
luar negeri untuk membuka bisnis di Banten.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Boston Consultant Group, Designing Resilence into Global Supply Chains,
2020
2.
CNBC, How Amazone Skirting Suplly Chains Chaos, 2021
3.
Freecaretips.com,
Pengertian Analisis SWOT
4.
GEP Smart, Beyond The Bottom Line: How Supply Chains Disruption has
Impacted Business, 2021
5. www.bi.go.id
(Artikel dalam rangka HUT ke-77 RI by Antonius Suhenri, SE, SST.Ak, MM, KPKNL Tangerang II)