Penggunaan istilah public speaking ini sudah sangat lazim
di telinga kita. Bukan istilah yang asing bagi masyarakat. Namun demikian ada
beberapa definisi sebagai berikut :
Kompetensi Public Speaking diharapkan dapat dipahami dan dipraktikkan dalam menunjang efektivitas pelaksanaan tugas pegawai Kementerian Keuangan. Meskipun kemampuan public speaking bukan sebuah kemampuan yang dibawa seseorang sejak lahir, namum public speaking dapat dilatih dan dikembangkan oleh setiap orang, maka berangkat dari keyakinan ini saat kemarin penulis mengikuti PJJ Public Speaking secara online yang diselenggarakan oleh BDK Magelang, satu jargon yang terus melekat di benak penulis, jargon yang terus di “senandungkan” selama PJJ berlangsung adalah “public speaking is easy” ya “Public Speaking itu Mudah”.
KPKNL Tangerang I kembali mengadakan kegiatan "Forum Cinta Ilmu"
(FCI). FCI dibawakan oleh Evi Rahmawati dengan tema " Public
Speaking". Forum Cinta Ilmu sebagai sarana KPKNL Tangerang I melakukan
sharing session / sharing knowledge setelah pegawai melakukan kegiatan PJJ. Seperti
dijelaskan di atas pemahaman tentang public speaking selain dari
definisi tersebut tentu saja masih terdapat beberapa definisi lainnya. Namun
secara umum public speaking adalah sebuah seni berkomunikasi yang
dilakukan secara lisan untuk menyampaikan ide,gagasan, pesan dan pendapat yang
bertujuan menginformasikan, menghibur, mempengaruhi dan dilakukan didepan audiens
dengan metode dan struktur tertentu.
Mengapa membutuhkan metode dan struktur tertentu? Sebagaimana kita pahami ketika seseorang berbicara didepan publik pastilah berbicara tidak asal asalan, berbicara haruslah minimalnya terstruktur, jelas dan tidak berbelit belit. Kemampuan berbicara seperti demikian tentu saja membutuhkan latihan dan praktik secara konsisten dilakukan dengan sungguh sungguh. Berbicara didepan umum akan menjadi lebih mudah dilakukan ketika seorang pembicara atau speaker mampu mengemas pesan yang akan disampaikan didepan audience dengan sempurna.
Nah, mari kita sederhanakan cara kita memahami mengapa public
speaking itu menjadi mudah. Siapapun kita pada waktu tertentu pasti akan
membutuhkan ketrampilan public speaking.
Sebagai seorang ASN menguasai kemampuan berbicara didepan publik adalah sebuah keharusan. Jadi hilangkan perasaan tidak mampu dan perasaan rendah diri sedini mungkin. Beberapa manfaat mempelajari Public Speaking adalah untuk menunjang karir, menyatukan banyak orang untuk bersama, mendukung pencapaian target, membangun keyakinan dan kepercayaan diri, menjangkau waktu orang dalam waktu yang cepat, serta berbagai manfaat lainnya. Beberapa strategi dan juga metode memulai berbicara didepan publik salah satunya adalah dengan mempersiapkan diri sebaik mungkin, “biasakan membuka jalan di “otak” kata Coach Sampurna Budi yang akrab disapa Uncle Sam untuk terus melatih kemampuan berbicara. Menghadirkan “WHY” atau alasan mengapa kita perlu berbicara. Salah satu teknik menghadirkan “WHY” adalah dengan teknik Miskat (secara psikologi) audience /pendengar akan bersedia mendengarkan kita karena alasan alasan berikut :
a.
Pembicara
menawarkan sebuah solusi.
b.
Pembicara
memberikan sebuah cerita /pesan yang menarik.
c.
Pembicara
menjanjikan sebuah impian.
d.
Pembicara bisa
jadi menyampaikan sebuah ketakutan.
Mari kita pahami sesederhana mungkin, sebagai contoh tema “meningkatkan kapasitas diri” adalah sebuah tema dengan “WHY” berupa solusi. Atau katakanlah pembicara menceritakan tentang sebuah kisah menarik yang bisa diambil pelajaran/hikmahnya. Pembicara menjanjikan sebuah impian kesuksesan, penjualan produk tertentu secara cepat, dsbnya. Dan terakhir adalah bisa jadi pembicara menyampaikan sebuah ketakutan dengan tema “ bahaya narkoba “. Sederhana ya Sobat Tekad, langkah awal yang perlu kita persiapkan dengan baik adalah menghadirkan kerangka “WHY”.
Sebagai pembicara yang baik sekurang kurangnya memenuhi unsur 4C + 1D yaitu : credible (initial
credibility), competent (memiliki kemampuan), compatible (sesuai
materi) caring (peduli dan peka) dan dinamic (dinamis).
Sehingga seluruh pesan akan tersampaikan dengan baik.
Nah tentu saja menyiapkan sebuah tema bukan satu satunya yang
perlu kita persiapkan dengan baik. Langkah selanjutnya dalah menyiapkan diri
secara utuh, mental dan spiritual. Oops tenang saja, ini tidak seberat yang
SobatTekad pikir. Tarik nafas dalam dan rasakan betapa kita sangat beruntung
memiliki nafas hari ini. Pernah dengar ya, seorang speaker yang mendadak
dilanda kegugupan, stress yang mendera. Jangan khawatir pasti ada solusinya.
Teknik Mengelola Kegugupan
Penulis menyadari bahwa berlatih public speaking tidak dapat instan, bahkan dapat dikatakan ketika seorang speaker belum berbicara langsung di depan audience maka ia belum bisa merasakan praktek yang sebenarnya. Namum demikian tidak dapat dipungkiri bahwa speaker pemula tentu saja tidak akan lepas dari perasaan gugup,rasa cemas dan bahkan terkadang mendadak blank sesaat sebelum tampil.
Dan kondisi ini merupakan hal yang umum terjadi. Meskipun perasaan
di atas merupakan perasaan yang secara umum wajar, tetap saja tidak boleh dibiarkan
dan menjadi halangan, sehingga pembicara mampu menghadirkan penampilan yang
terbaik. Yuk cari tahu bagaiman seharusnya kita menyikapi kondisi seperti
tersebut diatas.
a.
Sadarilah bahwa
kegugugupan dan rasa cemas adalah sebuah perasaan yang normal.
b.
Refleksikan
tubuh menjadi kondisi yang lebih rileks, dengan tubuh yang lebih rileks maka
perasaan, pikiran dan perilaku yang terbentuk akan otomatis menjadi lebih baik.
Ketika perasaan membaik, pikiran kita lebih terkontrol dan mampu menjadikan
perilaku yang juga selaras.
c.
Visualisasikan
kesuksesan, penuhi pikiran kita dengan sebuah kesuksesan, bayangkan ketika kita
berada didepan audience kita
mampu memikat mereka dengan sempurna, lalui prosesnya nikmati hasilnya.
d.
Motivasi diri
untuk terus berkembang dan memberikan penampilan yang terbaik. Geserlah fokus
ke pikiran, gerakan tubuh (emotion is created) lakukan gerakan sefelksibel
mungkin.
e.
Tarik nafas dan
aturlah pernafasan serileks mungkin. Lakukan berulang sebelum tampil di hari H.
f.
Last but not
least, menguasai materi menjadi hal yang tentu harus
dipersiapkan dengan matang.
Struktur Public Speaking
Dalam
melaksanakan public speaking ada struktur yang harus dipenuhi agar kegiatan
public speaking berjalan dengan lancar. Apa saja urutan struktur dalam
public speaking tersebut.
a. Opening : Salah satu
kunci keberhasilan public speaking ada di 3 menit pertama ketika seorang
pembicara berdiri di hadapan publik. Pada saat opening, sebaiknya bukan
saja sekedar salam dan sapa, pembicara yang baik harus mampu membangun chemistry
yang tepat didepan audience. Perkenalkan diri dengan santun dan
sekaligus tumbuhkan building rapport dengan kerendahan hati dan edifikasi yang
positif (memuji audience denga bahasa yang tulus dalam hati dan tidak
dibuat buat).
Sampaikan initial credibility atau sederhananya menyajikan / menggambarkan reputasi baik yang melekat pada kita kepada audience dengan cara yang menarik. Seorang pembicara yang baik harus memiliki default yang melekat yaitu SEO (smile, eye contact dan open posture), gunakan isyarat NODS (neutral, open defined, dan strong). Yang pada intinya perlihatkan ekspresi wajah yang terbuka, bahasa tubuh yang positif, volume yang fleksibel namun tetap memperhatikan artikulasi (pengucapan/pelafalan), intonasi, serta aksentuasi/strech (penekanan /penitikberatan pada kata atau kalimat.)* aksentuasi/ak·sen·tu·a·si/ /akséntuasi/ 1 pemberian tekanan suara pada suku kata atau kata; 2 pengutamaan; penitikberatan; penekanan
a. Body Content
Ada sebuah quote bagus “ 1 ton teori tidak lebih berharga jika tidak praktek” begitulah pubic speaking, tanpa berlatih dan praktek secara langsung rasanya kemampuan berbicara di depan publik tidak akan mengalami peningkatan. Jika tadi di bagian awal disampaikan bahwa opening harus minimalnya meninggalkan kesan memukai di 3 menit pertama, maka pada bagian kedua struktur dalam public speaking unsur yang juga harus dipenuhi adalah body content yang juga tidak kalah memukau.
Dalam body content yang perlu dipahami adalah
unsur unsur seperti :
a. Bahasa tubuh yang positif, volume yang fleksibel namun tetap
memperhatikan artikulasi (pengucapan/pelafalan), intonasi,
serta aksentuasi/strech (penekanan
/penitikberatan pada kata atau kalimat. Tidak berbeda pada opening
pada bagian body content seluruh default ini harus
melekat pada seorang pembicara.
b. Tetapkan tema dan tujuan cerita, optimalkan penggunaan panca
indra ketika menyampaikan tema tersebut kepada pendengar.
c.
Upayakan terstruktur,
tersusun dan terukur dengan baik, tidak perlu bertele tele, padat dan bungkus
dengan gaya yang memikat pendengar dengan ciri khas yang pembicara miliki. Jika
diselingi dengan metode story telling, buatkan cerita dengan alur yang mengesankan.
d. Komponen body content setidaknya mengisi 80