Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
SELF HEALING
Syam Anugrah
Kamis, 24 Juni 2021   |   563 kali

Terkadang, dalam perjalanan pengabdian sebagai seorang ASN (Aparatur Sipil Negara) ataupun dalam peran apapun dan dimanapun, kita dihinggapi peristiwa/kejadian yang kemudian membunuh semangat kita sehingga membuat kita kurang termotivasi dalam bekerja/berkarya. Alih-alih untuk bekerja, seringkali malah kita semakin menambah luka dengan berbuat kurang layak di lingkungan kerja atau sosial kita.

Siapa yang mau terluka? tentu tak seorangpun mau

Tak ada satupun yang mau, apalagi berharap terluka

Apa yang membuat kita terluka ?

Apa yang menahan diri untuk tidak terluka ?

 

Trauma atau luka batin merupakan perasaan terluka yang disebabkan oleh keadaan atau perlakuan diri sendiri dan orang lain, kehilangan seseorang yang kita cintai, trauma masa kecil, atau bahkan perasaan tidak nyaman atau kebencian pada diri karena ketidakmampuan memaafkan kesalahan diri. Kesedihan yang mendalam, luka yang teramat sangat dan perasaan sedih dan benci yang berlebihan, sering menjadi penyebab luka batin.

 

Pernahkah kita sadari ketika menemui persoalan, kita ingin tergesa2 menyelesaikan persoalan tersebut ? sehingga hanya mengandalkan nafsu dan akal saja. Kita lupa bicara pada hati, kita lupa bicara dari hati ke hati. Kita lupa pada sejatinya kita. Kita lupa ada kekuatan luar biasa dalam diri Memangnya apa yang ada dalam diri kita ya??

 

Tidak bermaksud menggurui, tidak bermaksud menghakimi, setidaknya, ini yang saya alami, kadang begitu ada persoalan, apalagi yang membuat emosi berkecamuk, sering sekali kita hanya menggunakan nafsu sesaat, marah, kecewa, ingin menjelaskan, mengklarifikasi secara detail pada lawan bicara dan seterusnya. Padahal tidak perlu !!!!

 

Kita lupa pada hati kita, kita lupa pada suara suara hati yang bisa jadi dari sanalah solusi tercipta, kita disibukkan dengan sebab persoalan, tetapi kita lupa pada proses menuju solusi. Jika sudah terlanjur terluka, bukan saja kita sendiri yang menyesalinya tetapi tanpa sadar kita telah membuat orang orang disekitar kita menjadi tidak nyaman. sering kita mengabaikan diri dan sekitar hanya karena kita terlalu sibuk dengan pikiran yang tak tentu arahnya. Alih alih mencari jalan keluar, kita malah sibuk mengumbar perasaan kesna kemari dan lebih buruk lagi, mengumbar perasaan di media sosial.

 

Padahal, jeda saja dulu, biarkan hati berbicara, jikapun ingin menumpahkan seluruh persoalan, alangkah bijaknya ketika kita mencoba mengekspresikannya melalui tulisan yang sarat makna. Melalui jurnaling, sebagai sarana menempa hati bukan mengumbar perasaan.

1.   Jeda, bicara pada hati dan menangis dan menulislah.

 

Tahukah sahabat “self healing”  mungkin begitu sering terdengar di telinga kita. Self healing adalah upaya menyembuhkan luka dalam diri kita, luka yang mungkin pernah begitu membekas dalam ingatan kita, dalam benak dan kehidupan kita, disadari atau tidak. Dan menulis merupakan terapi menyembuhkan diri. Ungkapkan seluruh perasaan dengan menulis, bicaralah pada tulisan, tulisan jujur yang berasal dari dalam diri, tulisan yang tulus menarasikan siapa kita. Percayalah, lambat laun kita akan lebih mencintai diri, menerima diri dan tidak lagi penuh kebencian dan kemarahan.

Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah dengan terus melakukan kebaikan. Kebaikan yang terus menerus dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan percayalah kebiasaan baik, kebiasaan yang baik akan menguatkan sekaligus menjernihkan hati kita, hati yang jernih akan memicu energi yang positif. Energi yang positif akan menguatkan daya tahan tubuh menjadi lebih baik dan bonusnya adalah kita semakin kreatif dalam berfikir, tidak larut dalam kesedihan dan luka batin semakin dalam.

 

2.   Kebiasaan baik yang kita lakukan, akan mengalirkan energi positif.

 

Terakhir, dan tidak kalah penting adalah terus menciptakan pertemanan yang baik, berkumpul dengan orang baik yang saling mendukung dan bukan sebaliknya memojokkan atau melemahkan. Sebuah hadist shahih seperti ini : "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR. Bukhari dan Muslim).

 

3.   Karena kamu, adalah bagaimana temanmu.

 

Berfikirlah dengan jernih, agar nurani kita lebih terasah

Bicaralah pada hati, agar ia tidak mendua

Duduklah dengan sempurna, agar jiwa bahagia

Sibukkan pikirmu dengan hal berguna.

Dan sebaik baik penyembuh adalah diri.

 

Semoga tulisan ini bisa membantu para sahabat dimanapun berada agar bisa kembali bekerja/berkarya untuk mempersembahkan yang terbaik yang ada dalam diri kita karena hanya kita yang bisa menyembuhkan luka kita sendiri dan hanya kita yang mampu memotivasi dan mengembangkan diri kita sendiri, bertanggung jawab terhadap diri sendiri yang kemudian memberi dampak baik ke lingkungan luar kita.

 

Tangerang, 22 Juni 2021

Oleh : Evi Rahmawati

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini