Terkadang, dalam perjalanan pengabdian sebagai
seorang ASN (Aparatur Sipil Negara) ataupun dalam peran apapun dan dimanapun,
kita dihinggapi peristiwa/kejadian yang kemudian membunuh semangat kita
sehingga membuat kita kurang termotivasi dalam bekerja/berkarya. Alih-alih
untuk bekerja, seringkali malah kita semakin menambah luka dengan berbuat
kurang layak di lingkungan kerja atau sosial kita.
Siapa
yang mau terluka? tentu tak seorangpun mau
Tak
ada satupun yang mau, apalagi berharap terluka
Apa
yang membuat kita terluka ?
Apa
yang menahan diri untuk tidak terluka ?
Trauma
atau luka batin merupakan perasaan terluka yang disebabkan oleh keadaan atau
perlakuan diri sendiri dan orang lain, kehilangan seseorang yang kita cintai,
trauma masa kecil, atau bahkan perasaan tidak nyaman atau kebencian pada diri
karena ketidakmampuan memaafkan kesalahan diri. Kesedihan yang mendalam, luka
yang teramat sangat dan perasaan sedih dan benci yang berlebihan, sering
menjadi penyebab luka batin.
Pernahkah
kita sadari ketika menemui persoalan, kita ingin tergesa2 menyelesaikan persoalan
tersebut ? sehingga hanya mengandalkan nafsu dan akal saja. Kita lupa bicara
pada hati, kita lupa bicara dari hati ke hati. Kita lupa pada sejatinya kita. Kita
lupa ada kekuatan luar biasa dalam diri Memangnya apa yang ada dalam diri kita
ya??
Tidak
bermaksud menggurui, tidak bermaksud menghakimi, setidaknya, ini yang saya
alami, kadang begitu ada persoalan, apalagi yang membuat emosi berkecamuk,
sering sekali kita hanya menggunakan nafsu sesaat, marah, kecewa, ingin menjelaskan,
mengklarifikasi secara detail pada lawan bicara dan seterusnya. Padahal tidak
perlu !!!!
Kita
lupa pada hati kita, kita lupa pada suara suara hati yang bisa jadi dari sanalah
solusi tercipta, kita disibukkan dengan sebab persoalan, tetapi kita lupa pada
proses menuju solusi. Jika sudah terlanjur terluka, bukan saja kita sendiri
yang menyesalinya tetapi tanpa sadar kita telah membuat orang orang disekitar
kita menjadi tidak nyaman. sering kita mengabaikan diri dan sekitar hanya
karena kita terlalu sibuk dengan pikiran yang tak tentu arahnya. Alih alih
mencari jalan keluar, kita malah sibuk mengumbar perasaan kesna kemari dan
lebih buruk lagi, mengumbar perasaan di media sosial.
Padahal,
jeda saja dulu, biarkan hati berbicara, jikapun ingin menumpahkan seluruh
persoalan, alangkah bijaknya ketika kita mencoba mengekspresikannya melalui
tulisan yang sarat makna. Melalui jurnaling, sebagai sarana menempa hati bukan
mengumbar perasaan.
1. Jeda,
bicara pada hati dan menangis dan menulislah.
Tahukah sahabat “self healing” mungkin begitu
sering terdengar di telinga kita. Self
healing adalah upaya menyembuhkan luka dalam diri kita, luka yang mungkin
pernah begitu membekas dalam ingatan kita, dalam benak dan kehidupan kita,
disadari atau tidak. Dan menulis merupakan terapi menyembuhkan diri. Ungkapkan
seluruh perasaan dengan menulis, bicaralah pada tulisan, tulisan jujur yang
berasal dari dalam diri, tulisan yang tulus menarasikan siapa kita. Percayalah,
lambat laun kita akan lebih mencintai diri, menerima diri dan tidak lagi penuh
kebencian dan kemarahan.
Hal
berikutnya yang perlu dilakukan adalah dengan terus melakukan kebaikan.
Kebaikan yang terus menerus dilakukan akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan percayalah
kebiasaan baik, kebiasaan yang baik akan menguatkan sekaligus menjernihkan hati
kita, hati yang jernih akan memicu energi yang positif. Energi yang positif
akan menguatkan daya tahan tubuh menjadi lebih baik dan bonusnya adalah kita
semakin kreatif dalam berfikir, tidak larut dalam kesedihan dan luka batin
semakin dalam.
2. Kebiasaan
baik yang kita lakukan, akan mengalirkan energi positif.
Terakhir,
dan tidak kalah penting adalah terus menciptakan pertemanan yang baik,
berkumpul dengan orang baik yang saling mendukung dan bukan sebaliknya
memojokkan atau melemahkan. Sebuah hadist shahih seperti ini : "Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat
seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi
mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi
darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya.
Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan
kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap." (HR.
Bukhari dan Muslim).
3. Karena
kamu, adalah bagaimana temanmu.
Berfikirlah
dengan jernih, agar nurani kita lebih terasah
Bicaralah
pada hati, agar ia tidak mendua
Duduklah
dengan sempurna, agar jiwa bahagia
Sibukkan
pikirmu dengan hal berguna.
Dan
sebaik baik penyembuh adalah diri.
Semoga
tulisan ini bisa membantu para sahabat dimanapun berada agar bisa kembali
bekerja/berkarya untuk mempersembahkan yang terbaik yang ada dalam diri kita
karena hanya kita yang bisa menyembuhkan luka kita sendiri dan hanya kita yang
mampu memotivasi dan mengembangkan diri kita sendiri, bertanggung jawab
terhadap diri sendiri yang kemudian memberi dampak baik ke lingkungan luar
kita.
Tangerang,
22 Juni 2021
Oleh :
Evi Rahmawati