‘Setiap orang punya jalan hidupnya
masing-masing.’ Kalimat itulah yang menurut saya sangat penting untuk dipahami
setiap insan, termasuk orang tua yang memiliki anak yang telah lulus dari SMA.
Banyaknya stigma di masyarakat Indonesia tentang diversifikasi mahasiswa yang
berkuliah di universitas negeri dan swasta membuat saya berkeinginan untuk
menulis artikel ini. Apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas
negeri lebih pintar daripada yang berkuliah di swasta? Apakah benar bahwa anak
yang berkuliah di universitas negeri akan lebih sukses nantinya? Apakah benar
bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri berarti dulu di SMA nya dia
adalah anak yang baik dan rajin? Dan terakhir, bagaimana universitas swasta
berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan dan ekonomi negara. Tiga
pertanyaan terkait dengan masa lampau, masa kini, masa depan, dan satu fakta
komparasi itu, sudah terjawab dalam pikiran saya.
Pertama,
apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri lebih pintar
daripada yang berkuliah di swasta? Secara fakta, memang peringkat universitas
negeri lebih tinggi, dan seleksinya lebih ketat. Namun, bukan berarti mahasiswa
negeri lebih pintar. Dikarenakan kepintaran diukur dari banyak dan luasnya pengetahuan
yang dimiliki oleh mahasiswa terkait, dan kecerdasan adalah genetik yang
diturunkan oleh orang tuanya. Sering ditemui, sangat banyak mahasiswa pintar
yang belum serius untuk belajar, atau kurang fit, atau hanya faktor kurang
beruntung dalam menjalani tes masuk perguruan tinggi negeri. Ditambah lagi,
ketika mahasiswa dari universitas swasta membaca buku lebih banyak, mendengar
materi dari dosen secara lebih serius, dan berdiskusi dengan teman-teman yang
pintar, mereka akan jauh lebih pintar daripada mahasiswa negeri yang kurang
dalam melakukan hal-hal tersebut.
Kedua,
apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri akan lebih sukses
nantinya? Menurut saya, kesuksesan hanyalah ditentukan dari, apakah pencapaian
dari seseorang sesuai dengan cita-cita atau ekspektasi hidupnya. Saya yakin,
setiap orang memiliki tujuan hidup dan cita-citanya masing-masing, yang hanya
diketahui oleh pribadi terkait. Secara lebih praktis, khusus, dan tidak
abstrak, ketika seorang mahasiswa telah meraih prestasi yang sesuai dengan
cita-citanya setelah lulus, kunci sukses tersebut sudah dapat terpegang, tanpa
melihat mahasiswa tersebut berasal dari universitas negeri ataupun swasta.
Memang, banyak orang berpendapat bahwa, mahasiswa yang berkuliah di universitas
negeri akan mendapatkan perkumpulan dan lingkungan yang suportif dengan masa
depan yang cerah. Namun, dengan adanya pengalaman yang saya temui dari
orang-orang terdekat saya, mendapatkan lebih banyak fasilitas kampus, dekat
dengan dosen, dan/atau akses yang lebih mudah untuk berhubungan dengan
universitas luar negeri, adalah ciri khas dan keistimewaan universitas swasta,
bagi mahasiswa yang pandai memanfaatkannya.
Ketiga, apakah
benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri berarti dulu di SMA nya
dia adalah anak yang baik dan rajin? Ada kemungkinan, dan ada beberapa, tapi tidak
semua, alias hanya sebagian kecil saja. Bagi mahasiswa yang diterima jalur
SNMPTN (Undangan), mungkin mereka adalah anak rajin. Namun, bagi selain itu, mungkin
saja tidak. Sejalan dengan itu, mahasiswa dari universitas swasta, banyak juga
di antara mereka yang sangat rajin saat SMA dulu, tapi kurang beruntung. Ataupun
rajinnya tidak dituangkan pada hal-hal akademik, melainkan hal lain. Pun, kita
semua dapat setuju bahwa, masa SMA adalah masa pencarian jati diri, ataupun
pencarian tujuan hidup. Banyak ditemui mahasiswa yang sangat rajin pada hal-hal
yang mereka ingin coba, yang seringnya tidak berkorelasi dengan dunia akademik,
seperti seni, sastra, filsafat, informasi-informasi dan berita dari luar
negeri, fashion, ataupun kendaraan.
Dan terakhir,
bagaimana universitas swasta berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan
dan ekonomi negara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2015,
terdapat 121 perguruan tinggi negeri, dibanding 3104 perguruan tinggi swasta.
Dan, 2 juta mahasiswa perguruan tinggi negeri, dibanding 4 juta mahasiswa
perguruan tinggi swasta. Ditambah lagi, 63 ribu tenaga pengajar dari perguruan
tinggi negeri, dibanding 108 ribu tenaga pengajar dari perguruan tinggi swasta.
Harus kita akui, dengan banyaknya jumlah perguruan tinggi swasta, juga telah
banyak masyarakat Indonesia yang dapat meraih pendidikan tinggi. Sejalan dengan
itu, ada trilyunan, bahkan puluhan trilyun rupiah, ekonomi yang dapat berputar
di Indonesia karena banyaknya jumlah perguruan tinggi swasta.
Menurut saya,
berkuliah di universitas swasta bukanlah sebuah tanda bahwa anak tersebut
malas, bodoh, atau tidak akan sukses di masa depan. Sejalan dengan itu,
perguruan tinggi swasta berperan besar dalam meningkatkan tingkat pendidikan di
Indonesia, sekaligus memutar ekonomi negara. Harapan saya adalah, stigma
negatif terhadap mahasiswa yang berkuliah di universitas swasta dapat
berkurang, atau bahkan dihilangkan. Pun, kepada para orang tua yang anaknya
berkuliah di universitas swasta, untuk tidak perlu berkecil hati dan berpikir
bahwa anaknya bodoh, malas, atau tidak akan sukses. Sikap optimis dan berpikir
maju dan berkembang sangatlah penting bagi orang tua para mahasiswa agar dapat saling
suportif untuk memajukan bangsa Indonesia. (Penulis: Arfiah Nurul F)
Sumber:
https://www.bps.go.id/statictable/2015/09/14/1839/jumlah-perguruan-tinggi-mahasiswa-dan-tenaga-edukatif-negeri-dan-swasta-di-bawah-kementrian-pendidikan-dan-kebudayaan-menurut-provinsi-2013-2014-2014-2015.html