Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Surakarta > Artikel
Anak Saya Kuliah di Universitas Swasta, Lalu Apa Masalahnya?
Arfiah Nurul Fajarini
Rabu, 24 Agustus 2022   |   2544 kali

        ‘Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing.’ Kalimat itulah yang menurut saya sangat penting untuk dipahami setiap insan, termasuk orang tua yang memiliki anak yang telah lulus dari SMA. Banyaknya stigma di masyarakat Indonesia tentang diversifikasi mahasiswa yang berkuliah di universitas negeri dan swasta membuat saya berkeinginan untuk menulis artikel ini. Apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri lebih pintar daripada yang berkuliah di swasta? Apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri akan lebih sukses nantinya? Apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri berarti dulu di SMA nya dia adalah anak yang baik dan rajin? Dan terakhir, bagaimana universitas swasta berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan dan ekonomi negara. Tiga pertanyaan terkait dengan masa lampau, masa kini, masa depan, dan satu fakta komparasi itu, sudah terjawab dalam pikiran saya.

            Pertama, apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri lebih pintar daripada yang berkuliah di swasta? Secara fakta, memang peringkat universitas negeri lebih tinggi, dan seleksinya lebih ketat. Namun, bukan berarti mahasiswa negeri lebih pintar. Dikarenakan kepintaran diukur dari banyak dan luasnya pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa terkait, dan kecerdasan adalah genetik yang diturunkan oleh orang tuanya. Sering ditemui, sangat banyak mahasiswa pintar yang belum serius untuk belajar, atau kurang fit, atau hanya faktor kurang beruntung dalam menjalani tes masuk perguruan tinggi negeri. Ditambah lagi, ketika mahasiswa dari universitas swasta membaca buku lebih banyak, mendengar materi dari dosen secara lebih serius, dan berdiskusi dengan teman-teman yang pintar, mereka akan jauh lebih pintar daripada mahasiswa negeri yang kurang dalam melakukan hal-hal tersebut.

            Kedua, apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri akan lebih sukses nantinya? Menurut saya, kesuksesan hanyalah ditentukan dari, apakah pencapaian dari seseorang sesuai dengan cita-cita atau ekspektasi hidupnya. Saya yakin, setiap orang memiliki tujuan hidup dan cita-citanya masing-masing, yang hanya diketahui oleh pribadi terkait. Secara lebih praktis, khusus, dan tidak abstrak, ketika seorang mahasiswa telah meraih prestasi yang sesuai dengan cita-citanya setelah lulus, kunci sukses tersebut sudah dapat terpegang, tanpa melihat mahasiswa tersebut berasal dari universitas negeri ataupun swasta. Memang, banyak orang berpendapat bahwa, mahasiswa yang berkuliah di universitas negeri akan mendapatkan perkumpulan dan lingkungan yang suportif dengan masa depan yang cerah. Namun, dengan adanya pengalaman yang saya temui dari orang-orang terdekat saya, mendapatkan lebih banyak fasilitas kampus, dekat dengan dosen, dan/atau akses yang lebih mudah untuk berhubungan dengan universitas luar negeri, adalah ciri khas dan keistimewaan universitas swasta, bagi mahasiswa yang pandai memanfaatkannya.

Ketiga, apakah benar bahwa anak yang berkuliah di universitas negeri berarti dulu di SMA nya dia adalah anak yang baik dan rajin? Ada kemungkinan, dan ada beberapa, tapi tidak semua, alias hanya sebagian kecil saja. Bagi mahasiswa yang diterima jalur SNMPTN (Undangan), mungkin mereka adalah anak rajin. Namun, bagi selain itu, mungkin saja tidak. Sejalan dengan itu, mahasiswa dari universitas swasta, banyak juga di antara mereka yang sangat rajin saat SMA dulu, tapi kurang beruntung. Ataupun rajinnya tidak dituangkan pada hal-hal akademik, melainkan hal lain. Pun, kita semua dapat setuju bahwa, masa SMA adalah masa pencarian jati diri, ataupun pencarian tujuan hidup. Banyak ditemui mahasiswa yang sangat rajin pada hal-hal yang mereka ingin coba, yang seringnya tidak berkorelasi dengan dunia akademik, seperti seni, sastra, filsafat, informasi-informasi dan berita dari luar negeri, fashion, ataupun kendaraan.

Dan terakhir, bagaimana universitas swasta berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan dan ekonomi negara. Menurut data dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2015, terdapat 121 perguruan tinggi negeri, dibanding 3104 perguruan tinggi swasta. Dan, 2 juta mahasiswa perguruan tinggi negeri, dibanding 4 juta mahasiswa perguruan tinggi swasta. Ditambah lagi, 63 ribu tenaga pengajar dari perguruan tinggi negeri, dibanding 108 ribu tenaga pengajar dari perguruan tinggi swasta. Harus kita akui, dengan banyaknya jumlah perguruan tinggi swasta, juga telah banyak masyarakat Indonesia yang dapat meraih pendidikan tinggi. Sejalan dengan itu, ada trilyunan, bahkan puluhan trilyun rupiah, ekonomi yang dapat berputar di Indonesia karena banyaknya jumlah perguruan tinggi swasta.

Menurut saya, berkuliah di universitas swasta bukanlah sebuah tanda bahwa anak tersebut malas, bodoh, atau tidak akan sukses di masa depan. Sejalan dengan itu, perguruan tinggi swasta berperan besar dalam meningkatkan tingkat pendidikan di Indonesia, sekaligus memutar ekonomi negara. Harapan saya adalah, stigma negatif terhadap mahasiswa yang berkuliah di universitas swasta dapat berkurang, atau bahkan dihilangkan. Pun, kepada para orang tua yang anaknya berkuliah di universitas swasta, untuk tidak perlu berkecil hati dan berpikir bahwa anaknya bodoh, malas, atau tidak akan sukses. Sikap optimis dan berpikir maju dan berkembang sangatlah penting bagi orang tua para mahasiswa agar dapat saling suportif untuk memajukan bangsa Indonesia. (Penulis: Arfiah Nurul F)

 

 Sumber: 

https://www.bps.go.id/statictable/2015/09/14/1839/jumlah-perguruan-tinggi-mahasiswa-dan-tenaga-edukatif-negeri-dan-swasta-di-bawah-kementrian-pendidikan-dan-kebudayaan-menurut-provinsi-2013-2014-2014-2015.html

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini