Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kota Singkawang, Mutiara Terpendam di Kalimantan Barat
Ratna Astuti
Sabtu, 21 Agustus 2021   |   90516 kali

Kota Singkawang adalah sebuah kota yang berada di Propinsi Kalimantan Barat yang berjarak 145 km di sebelah utara kota Pontianak. Pendirian Kota Singkawang berasal dari keberadaan orang-orang Tionghoa di masa lalu. Menurut keyakinan orang-orang Tionghoa dari suku Hakka, nama Singkawang berasal dari kata “San Kew Jong” yang artinya kota yang terletak di antara laut, muara, gunung dan sungai. Hal ini karena Kota Singkawang berbatasan dengan Laut Natuna pada bagian barat dan berbatasan dengan Gunung Roban, Pasi, Raya, Gunung Poteng dan Sakok. Singkawang pun dikenal dengan banyak sebutan mulai dari Kota Amoi, Kota Seribu Kelenteng, hingga Hongkong Van Borneo.

Kota Singkawang memiliki kerukunan antar umat beragama yang sangat tinggi. Penduduknya mayoritas Tionghoa, Dayak, dan Melayu, sehingga sering disingkat menjadi Tidayu, hidup berdampingan dengan rukun dan damai.  Kota Singkawang pun dinobatkan sebagai Kota Paling Toleran di Indonesia Tahun 2018 oleh Setara Institute, hal ini karena kehidupan harmonis masyarakatnya yang majemuk.

Salah satu wujud tingginya tingkat toleransi beragama di Kota Singkawang adalah keberadaan Vihara Tri Dharma Bumi Raya yang dikenal dengan sebutan Pekong Toa yang konon telah berusia 200 tahun, yang berseberangan dengan Mesjid Raya yang merupakan mesjid terbesar yang telah berdiri sejak tahun 1885 di Kota Amoy.

Tjhai Chui Mie, Walikota Singkawang yang merupakan Kepala Daerah Perempuan Tionghoa pertama di Indonesia, menerima kembali penghargaan Singkawang sebagai Kota Tertoleran di tahun 2020.  Selain itu, Singkawang  menerima Anugrah Kebudayaan PWI pada puncak Peringatan Hari Pers Nasional pada tanggal 9 Februari 2021 lalu.  Berbagai tradisi tahunan khas Tionghoa pun diselenggarakan, seperti Cap Gomeh, Imlek, dan Ceng Beng, bahkan Pawai Tatung. 

Pawai Tatung merupakan pawai yang diselenggrarakan saat perayaan Cap Gomeh yang merupakan pawai terbesar di dunia.  Pawai ini merupakan perpaduan budaya Tionghoa dan Dayak, sehingga Singkawang dapat menjadi miniatur Indonesia.  Namun di masa pandemi Covid19, Festival Cap Go Meh ditiadakan.  Sebagai gantinya, Pemkot Singkawang  bersama panitia menghias kota  dengan pernak-pernik lampion dengan tujuan agar suasana perayaan Imlek di Singkawang tetap gembira dan meriah.

Pada tanggal 23 April 2021 lalu bertepatan dengan bulan Ramadhan, Tjhai Chui Mie membuka  soft launching Singkawang Centre Hub dan Pameran Karya “Habitus” yang menjadi wadah pelaku ekonomi kreatif dalam memamerrkan hasil karyanya yang merupakan budaya kota Singkawang.  Dalam kesempatan ini KPKNL Singkawang memperoleh undangan untuk ikut serta dalam acara tersebut dan di akhir acara turut berbuka puasa bersama Walikota Singkawang dengan protokol kesehatan yang ketat.

Keberadaan KPKNL Singkawang turut memberi warna dan kontribusi terhadap pembangunan Kota Singkawang.   Kontribusi itu antara lain berupa pengelolaan Barang Milik Daerah (BMD), penilaian BMD, hingga pengurusan piutang daerah dan lelang yang merupakan salah satu wujud pengelolaan keuangan daerah.  Diharapkan kontribusi KPKNL Singkawang dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Kota Singkawang.

Peran KPKNL Singkawang di masa pandemi ini juga sangatlah menarik karena dapat memamerkan sekaligus melelang barang-barang hasil karya para pelaku UMKM di Kota Singkawang yang diharapkan dapat memasarkan produk budaya Kota Singkawang lebih luas sehingga meningkatkan kesejahteraaan pelaku UMKM di Kota Singkawang.

Penulis : Ratna Astuti

Editor : Retno N.I

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini