(Sidoarjo 14/9/2020) Beberapa hari yang lalu Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan menyelenggarakan Webinar dan diskusi menarik dengan Tajuk “ Hidup harus Solitif: Mengoptimalkan Media Film Untuk Edukasi Publik, diskusi ini sangat menarik dan sangat menambah pengetahuan dan wawasan bagi kita, dan menggelitik saya untuk menuliskan tentang pandangan pandangan saya yang dikaitkan dengan ANS di masa kini. Sebelumnya saya tidak menyangka bahwa di Kementerian Keuangan ternyata mempunyai sineas-sineas muda dan film maker yang handal dan berbakat seperti Ferry Irwandi, Pranata Humas Kemenkeu, beliau tidak kalah hebat dengan para sineas senior setara Joko Anwar maupun Hanung Bramantyo. Selama ini yang kita ketahui tugas keseharian kita bergelut dengan peraturan - peraturan dan pelaksanaanya, acara ini tentunya sangat menambah pengetahuan dan pengalaman, ternyata di Institusi kiita juga mempunyai orang - orang hebat yang punya talent di bidang sinematografi juga pembuatan film dokumenter. Saya tertarik menuliskan dalam artikel ini karena menurut saya ini diskusi yang menarik, menurut pakar ahli , Sumandiria, artikel adalah suatu karya tulis lepas berisikan sebuah OPINI seseorang yang sudah mengetahui secara jauh tentang masalah atau objek yang bersifat aktual dengan tujuan untuk memberitahu, menghibur, mempengaruhi dan meyakinkan yang membaca . Pembaca boleh sependapat atau menyangkal tentang isi dari artikel ini.
Bahwa selama ini stigma masyarakat, ASN dikenal sebagai seorang Birokrat yang cenderung bersikap kaku, tidak melayani dan tidak bisa tampil kekinian. ASN dianggap mempunyai pekerjaan bersifat rutin dan statis, karena itu kemampuannya tidak meningkat dibandingkan para pegawai swasta, persepsi ini pelan pelan telah bergeser. Di era ASN jaman Now ini, banyak ASN Millenial yang bisa mengembangkan diri seperti salah satunya Ferry Irwandi yang bisa mengedukasi lewat dunia film. Pekerjaan sebagai ASN justru salah satu yang paling menuntut adanya peningkatan kemampuan secara berkala. Pemerintah saat ini menuntut ASN masa kini harus Multitalenta, tidak hanya mahir dalam pekerjaan birokrasi namun juga harus handal di urusan teknis. Pekerjaan yang dilakukan oleh ASN memang rata-rata bersifat rutin, namun bukan berarti statis. Tranformasi birokasi dan pelayanan harus ditingkatkan agar memberi kepuasan bagi masyarakat.
Di era saya, yang kebetulan masuk dalam generasi X , gaya kerja dan pola pikir dengan ASN masa kini sangat berbeda, tetapi saya bisa beradaptasi bahkan kagum dengan mereka. ASN masa kini lebih kritis optimistik dan inovatif, mereka tumbuh besar saat era digital, sehingga mereka bisa mencari pekerjaan atau tugas sesuai passionnya, secara pribadi mereka lebih fleksibel dan bekerja sama dengan baik. Dalam sisi performance mereka lebih modis dan stylish tanpa mengurangi keprofesionalannya dalam bekerja. Generasi X dibesarkan oleh gaya kerja baby boomer yang rata-rata karakteristik dan workaholic, career mindep sangat berpegang teguh pada prinsip, apa kata buku ya itu yang harus dilakukan tanpa kompromi, seperti yang dikatakan Becky Tumewu dalam Webinarnya bertajuk “ Busines Etiquette Communication Skills and Undertsanding Multi Generation Characteristic ”. ASN masa kini jauh lebih kritis, lebih kompromi dan sangat menguasai tehnologi, hal ini ditunjang adanya berbagai fasilitas teknologi serta banyaknya mendapatkan beragam ilmu pengetahuan yang didapat lewat Webinar, talkshow, diskusi maupun dari media, mereka tidak hanya mendapat ilmu yang teknis namun juga dibentuk menjadi ASN yang berkepribadian, atitude yang bagus serta moralitas yang tinggi, mereka saya lihat lebih sensitif dengan kebutuhan lingkungan dan empaty. Di tengah pesaingan global saat ini masuk dalam ranah digital tak terkecuali sistem pemerintahan, setiap ASN dipaksa untuk adaptif terhadap teknologi agar pelayanan lebih cepat, akurat dan efisien. Digitalisasi untuk pelayanan yang optimal adalah hal yang tak bisa disanggah. Hal ini yang mendorong Kementerian PANRB mencanangkan Smart ASN menuju Birokrasi 4.0.
Ditengah kondisi persaingan global saat ini di era digital, mau tidak mau ASN lama dituntut memahami cara kerja ASN Milenial , adaptif terhadap tehnologi. Tinggalkan pola pola lama yang sudah tidak sesuai di era digital ini, namun jangan sampai tehnologi meracuni otak kita. Kita memang beda generasi, tapi jangan membedakan, tetaplah saling menghargai. Jadilah ASN yang kekinian, Smart, inspiratif, solutif dan humanis.
(By.onter/foto.ilustrasi dari google)