Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Mitigasi Risiko Komunikasi Digital di Kalangan Lanjut Usia
Irfan Fanasafa
Rabu, 31 Mei 2023   |   706 kali

Hampir seluruh aktivitas kehidupan terhubung dengan telelpon genggam seperti urusan rumah tangga hingga pekerjaan. Komunikasi virtual pun menjadi budaya baru di tengah masyarakat, bahkan sudah menjadi kebutuhan. Komunikasi ini dapat berlangsung aman dan efektif jika disertai dengan kecakapan penggunaan media komunikasi dalam jaringan yang tepat.

Komunikasi digital menjadi keniscayaan bagi semual kalangan usia tak terkecuali kelompok lanjut usia (lansia). Kelompok lansia mendapat tempat yang khusus karena harus didampingi dan diedukasi cara berinteraksi dan beraktifitas di dunia maya. Sebab mereka terlahir dan tumbuh di era media komunikasi analog yang hanya berfungsi untuk berbagi suara saja.

Sedangkan informasi visual diperoleh melalui media cetak seperti surat kabar, majalah, buletin, dan media elektronik seperti televisi. Kehadiran Internet melahirkan media baru dalam berbagai platform, sangat membantu dalam melakukan aktifitas harian, bahkan mampu meningkatkan produktifitas dan kreatifitas.

Namun terdapat masalah pada kalangan lansia dalam mengakses dunia maya disebabkan lemahnya kompetensi teknis untuk mengakses berbagai konten yang diperlukan. Pendampingan dari generasi digital sangat diperlukan dalam hal ini.

Masuk ke tahapan lansia membuat mereka mengalami keterbatasan dan kesulitan ruang gerak, bahkan untuk sekedar aktivitas sehari-hari, membutuhkan bantuan orang di sekitarnya. Banyak lansia belum terbiasa dengan dengan kondisi saat ini.

Merasa sulit beradaptasi menimbulkan kehilangan percaya diri, cemas, tertekan, dan frustasi sehingga mempengaruhi kualitas hidup mereka. Semestinya, kehadiran media baru dalam dunia lansia dapat membantu untuk hidup lebih berkualitas.

Banyak fitur yang ditawarkan dalam dalam telepon genggam membantu mereka untuk bisa bertukar informasi dengan keluarga dan sahabat lamanya. Berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp contohnya, banyak aktivitas dapat dilakukan untuk mengisi waktu senggang mereka seperti bertukar informasi dan gambar, bahkan bercengkrama dalam grup.

Sedangkan di aplikasi Youtube, lansia dapat mendengar ceramah bimbingan rohani dari para tokoh dan ulama yang mereka kagumi, tanpa harus meninggalkan rumah atau bepergian ke tempat lain. Bahkan mendengar lagu-lagu nostalgia dapat mengaktifkan daya ingat mereka.

Media baru juga memudahkan akses pengetahuan untuk hidup lebih sehat. Informasi tentang kesehatan, pola hidup sehat, dan olahraga yang sesuai dengan usianya tersedia di jaringan internet. Bahkan olahraga interaktif dapat diterapkan via media digital.

Jika mereka membutuhkan produk tertentu untuk menunjang kesehatan seperti makanan suplemen, vitamin, dan alat bantu kesehatan dapat melakukan transaksi tanpa harus pergi ke apotik tertentu. Selanjutnya, dengan media baru, kelompok lansia lebih leluasa memilih platform media informasi sebagai sumber utama baik tentang politik, ekonomi, sosial sampai hobi.

Ada kecenderungan memilih media baru sebagai alternatif sumber informasi dengan alasan lebih sederhana dan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan media mainstream (massa). Umumnya para lansia lebih memilih media yang sudah mereka percayai dan sedikit susah untuk move on ke media lain, dapat disebut sebagai niche audience.

Bagi lansia yang masih produktif, punya keahlian dalam bidang tertentu, media sosial dapat dijadikan sarana untuk menunjang ekonomi. Cukup dilakukan di rumah dengan ruang seadanya, seorang penceramah dapat berdakwah, seorang motivator dapat mengisi ruang media dengan kata-kata inspiratif secara live, dan seorang dosen dapat menjangkau ribuan pendengar dalam satu waktu.

Memang tidak dapat dipungkiri, kelompok lansia tidaklah se piawai generasi milenial dalam menggunakan gedget. Mereka tergolong dalam kelompok digital immigrant, generasi yang lahir dan tumbuh sebelum era internet. Apatah lagi media baru seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, Twitter, E-commerce, dan platform lainnya butuh waktu untuk mengenalkannya.

Tentang informasi yang instan di media sosial, kelompok lansia menjadi sasaran empuk sebagai penerima dan penyebar berita hoax, khususnya hal kesehatan dan produk kesehatan.

Selain itu, kelemahan literasi digital di kalangan lansia menjadikan mereka rentan menjadi korban kriminal di dalam dunia maya. Bentuk kejahatan digital yang paling sering menyerang mereka adalah phising dan scamming.

Kejahatan tersebut bertujuan mendapatkan data privasi atau materi dari para korbannya. Trik yang penjahat sering lakukan berupa pesan singkat ataupun telepon, seperti pura-pura sudah pernah ketemu, mengaku dari suatu perusahaan atau rumah sakit dengan alasan mengkonfirmasi data pribadi.

Perlindungan privasi data adalah isu penting bagi lansia agar terhindar dari korban manipulasi. Pemahaman terhadap data pribadi yang diperlukan harus dikuatkan sehingga lansia dapat mengelola data privasi dengan baik dan tidak menjadi korban cyber fraud.

Kesimpulan

Kehadiran media baru bagi lansia dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup jika mereka lihai dalam memanfaatkan gawai dan perangkatnya. Kelemahan mereka karena keterbatasan yang dimiliki sering menjadi korban disinformasi, kriminal dan penipuan.

Maka pemerintah dan setiap orang perlu mendampingi dan mengedukasi mereka agar cakap menggunakan media baru serta bijak menyikapi pertumbuhan informasi dan komunikasi digital yang semakin cepat.

Referensi : https://waspada.id/opini/urgensi-pendampingan-lansia-di-era-media-baru-new-media/

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini