Hampir seluruh aktivitas kehidupan terhubung dengan telelpon genggam seperti urusan rumah tangga hingga pekerjaan. Komunikasi virtual pun menjadi budaya baru di tengah masyarakat, bahkan sudah menjadi kebutuhan. Komunikasi ini dapat berlangsung aman dan efektif jika disertai dengan kecakapan penggunaan media komunikasi dalam jaringan yang tepat.
Komunikasi digital menjadi keniscayaan bagi
semual kalangan usia tak terkecuali kelompok lanjut usia (lansia). Kelompok
lansia mendapat tempat yang khusus karena harus didampingi dan diedukasi cara
berinteraksi dan beraktifitas di dunia maya. Sebab mereka terlahir dan tumbuh
di era media komunikasi analog
yang hanya berfungsi untuk berbagi suara saja.
Sedangkan informasi visual diperoleh melalui
media cetak seperti surat kabar, majalah, buletin, dan media elektronik seperti
televisi. Kehadiran
Internet melahirkan media baru dalam berbagai platform, sangat membantu dalam
melakukan aktifitas harian, bahkan mampu meningkatkan produktifitas dan
kreatifitas.
Namun terdapat masalah pada kalangan lansia dalam mengakses dunia maya disebabkan lemahnya
kompetensi teknis untuk mengakses berbagai konten yang diperlukan. Pendampingan dari generasi digital sangat diperlukan dalam hal ini.
Masuk ke tahapan lansia membuat
mereka mengalami keterbatasan dan kesulitan ruang gerak, bahkan untuk sekedar
aktivitas sehari-hari, membutuhkan bantuan orang di sekitarnya. Banyak lansia
belum terbiasa dengan dengan kondisi saat ini.
Merasa sulit beradaptasi
menimbulkan kehilangan percaya diri, cemas, tertekan, dan frustasi sehingga
mempengaruhi kualitas hidup mereka. Semestinya, kehadiran media baru dalam
dunia lansia dapat membantu untuk hidup lebih berkualitas.
Banyak fitur yang ditawarkan
dalam dalam telepon genggam membantu mereka untuk bisa bertukar informasi
dengan keluarga dan sahabat lamanya. Berkomunikasi melalui aplikasi WhatsApp
contohnya, banyak aktivitas dapat dilakukan untuk mengisi waktu senggang mereka
seperti bertukar informasi dan gambar, bahkan bercengkrama dalam grup.
Sedangkan di aplikasi Youtube,
lansia dapat mendengar ceramah bimbingan rohani dari para tokoh dan ulama yang
mereka kagumi, tanpa harus meninggalkan rumah atau bepergian ke tempat lain.
Bahkan mendengar lagu-lagu nostalgia dapat mengaktifkan daya ingat mereka.
Media baru juga memudahkan akses
pengetahuan untuk hidup lebih sehat. Informasi tentang kesehatan, pola hidup
sehat, dan olahraga yang sesuai dengan usianya tersedia di jaringan internet.
Bahkan olahraga interaktif dapat diterapkan via media digital.
Jika mereka membutuhkan produk
tertentu untuk menunjang kesehatan seperti makanan suplemen, vitamin, dan alat
bantu kesehatan dapat melakukan transaksi tanpa harus pergi ke apotik tertentu.
Selanjutnya, dengan media baru, kelompok lansia lebih leluasa memilih platform
media informasi sebagai sumber utama baik tentang politik, ekonomi, sosial
sampai hobi.
Ada kecenderungan memilih media baru sebagai alternatif sumber informasi dengan alasan lebih sederhana dan lebih mudah dicerna dibandingkan dengan media mainstream (massa). Umumnya para lansia lebih memilih media yang sudah mereka percayai dan sedikit susah untuk move on ke media lain, dapat disebut sebagai niche audience.
Bagi lansia yang masih produktif,
punya keahlian dalam bidang tertentu, media sosial dapat dijadikan sarana untuk
menunjang ekonomi. Cukup dilakukan di rumah dengan ruang seadanya, seorang
penceramah dapat berdakwah, seorang motivator dapat mengisi ruang media dengan
kata-kata inspiratif secara live, dan seorang dosen dapat menjangkau ribuan
pendengar dalam satu waktu.
Memang tidak dapat dipungkiri,
kelompok lansia tidaklah se piawai generasi milenial dalam menggunakan gedget.
Mereka tergolong dalam kelompok digital immigrant, generasi yang lahir dan
tumbuh sebelum era internet. Apatah lagi media baru seperti Facebook,
Instagram, WhatsApp, Twitter, E-commerce, dan platform lainnya butuh waktu
untuk mengenalkannya.
Tentang informasi yang instan di
media sosial, kelompok lansia menjadi sasaran empuk sebagai penerima dan
penyebar berita hoax, khususnya hal kesehatan dan produk kesehatan.
Selain itu, kelemahan literasi
digital di kalangan lansia menjadikan mereka rentan menjadi korban kriminal di
dalam dunia maya. Bentuk kejahatan digital yang paling sering menyerang mereka
adalah phising dan scamming.
Kejahatan tersebut bertujuan
mendapatkan data privasi atau materi dari para korbannya. Trik yang penjahat
sering lakukan berupa pesan singkat ataupun telepon, seperti pura-pura sudah
pernah ketemu, mengaku dari suatu perusahaan atau rumah sakit dengan alasan
mengkonfirmasi data pribadi.
Perlindungan privasi data adalah
isu penting bagi lansia agar terhindar dari korban manipulasi. Pemahaman
terhadap data pribadi yang diperlukan harus dikuatkan sehingga lansia dapat
mengelola data privasi dengan baik dan tidak menjadi korban cyber fraud.
Kesimpulan
Kehadiran media baru bagi lansia
dapat berdampak positif terhadap kualitas hidup jika mereka lihai dalam
memanfaatkan gawai dan perangkatnya. Kelemahan mereka karena keterbatasan yang
dimiliki sering menjadi korban disinformasi, kriminal dan penipuan.
Maka pemerintah dan setiap orang
perlu mendampingi dan mengedukasi mereka agar cakap menggunakan media baru
serta bijak menyikapi pertumbuhan informasi dan komunikasi digital yang semakin
cepat.
Referensi : https://waspada.id/opini/urgensi-pendampingan-lansia-di-era-media-baru-new-media/