Ibadah Puasa Ramadhan bagi umat Islam bukanlah
ritual semata sekedar untuk memenuhi kewajiban tetapi memiliki dimensi fisik
dan spiritual yang sangat luas. Bahkan hikmah Puasa Ramadhan bukan saja bisa
dipetik bagi pemeluknya saja tapi memiliki manfaat universal bagi umat manusia
secara umum.
Hikmah Kesehatan Fisik
Sejarah Islam mencatat sebuah pertempuran
fenomenal perang Badar, Nabi Muhammad s.a.w beserta para sahabatnya yang
berjumlah 313 orang dengan peralatan tempur sederhana melawan 1000 orang kafir lengkap
dengan peralatan dan kendaraan tempur memadai. Namun di akhir pertempuran Umat
Islam mampu memenangkan pertempuran hebat tersebut. Yang istimewa adalah pertempuran
besar yang menguras fisik dan stamina tersebut terjadi ketika Nabi Muhammad s.a.w
dan para shabatnya dalam keadaan berpuasa (peristiwa tersebut terjadi pada 17
Ramadan 2 Hijriah atau 13 Maret 624 Masehi).
Peristiwa besar lainnya yang terjadi pada bulan
Ramadhan adalah Penaklukan Mekkah (bahasa Arab: فتح مكة, Fathu Makkah)
merupakan peristiwa yang terjadi pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 20
Ramadan 8 H, di mana Nabi Muhammad beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah
menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan setelah pasukan
Islam memenangkan perang Mu’tah.
Dengan bukti dua peristiwa besar
dalam sejarah Islam tersebut membuktikan bahwa ibadah puasa Ramadhan tidaklah
menjadi hambatan bagi aktivitas yang menuntut aktivitas fisik yang menguras tenaga
dan stamina bahkan menjadi pendorong optimisme dan keyakinan sehingga menjadi pendorong
kekuatan fisik melebihi kekuatan fisik di bulan lainnya. Dalam situs Kementerian Kesehatan (kemkes.go.id) tercatat 7
hikmah puasa Ramadhan bagi kesehatan yaitu :
Hikmah Bagi
Pembentukan Nilai Moral Yang Luhur dan Integritas
Puasa secara formal
melatih kepentingan fisik dan melepaskan dari kepentingan keduniawian(secular).
Mendidik agar perilaku hidup lebih melatih kemauan-kemauan (desire) dan
kehendak (will be) fisik yang selalu memenjarakan kepentingan jiwa pada
kebaikan. Puasa menjadi ajang latihan manusia untuk memanusiakan
kemanusiaannya. Kembali kepada kodrat yang sesungguhnya, layaknya hamba yang
paling mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya (Qs. At-Tiin, 94: 4, Qs.
Al-Isra’ 17: 70, Qs. Al-Hajj, 22: 65). Manusia makan untuk hidup, bukan hidup
untuk makan, seperti naluri hewaniah (Qs. Al-Mu’minun, 23: 115).
Ibadah puasa menjauhkan
dari sifat hewaniah dan keculasan. Bulan ramadhan sebagai ajang latihan
mengokohkan integritas. Jadi, dengan begitu selepas puasa mesti ada
signifikansi kepada sikap dan perbuatan terhadap korupsi. Tidak korupsi bukan
karena fisiknya tidak memerlukan lagi tumpukan duit yang banyak.
Tidak korupsi, karena
nilai ibadah puasa melekat kepada integritas dan moralnya. Substansi ibadah
puasa sebagai meningkatkan ketakwaan telah dimaknai sebagai faedah bagi orang
yang menjalankanya, agar tak ada lagi pribadi yang tidak berintegritas karena
mereka sudah bertakwa.
Selepas puasa semua
struktur perbuatan yang meletakkan kepentingan publik di atas kepentingan
pribadi dan golongan semata.
Orang yang memiliki
kepribadian utuh yang berani mengatakan tidak terhadap yang tidak benar dan
menyatakan benar terhadap suatu kebenaran. Integritas adalah sebuah keunggulan
diri pribadi yang menjadikan seseorang hidup lebih sehat dan tanpa beban,
karena mereka menjalankan hidupnya jauh dari aneka kepura-puraan dan kepalsuan.
Di mana pun dia berada,
dan kondisi apa pun yang menekannya, ia tetap hidup konsisten dengan
nilai-nilai yang dianutnya. Orang yang memiliki integritas diri mampu memberi
pengaruh besar dan positif dalam kehidupan. Bahkan untuk generasi penerus
mereka, melalui keteladanan dan apa saja sikap yang selalu perjuangkan.
Penulis : Irfan Fanasafa (disarikan dari
berbagai sumber)
Referensi :
1.