Perkembangan
teknologi yang teramat cepat memaksa kita beradaptasi dengan cepat
pula. Perilaku adaptif tidak hanya berarti harus mampu menghadapi modernisasi
atau bahkan mengambil manfaat darinya. Manusia yang adaptif juga tercermin dari
bagaimana ia bersikap dan merespon sikap orang lain yang bermacam-macam. Respon
seseorang ketika ia bertemu dan bersosialisasi dengan orang yang baru ia kenal
dapat menggambarkan kemampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan hubungan
sosial. Kemampuan ini sangat penting dalam mempertahankan kinerja terbaik dalam
bekerja di instansi manapun.
Sudah
sangat banyak penelitian mengenai mengapa seseorang terdorong untuk beradaptasi
dengan lingkungannya, baik dari sudut pandang biologis ataupun sosial. Seorang
professor psikologi dari Amerika, David O’Keefe Sears, mengemukakan pendapat
yang sangat menarik tentang mengapa seseorang berusaha beradaptasi dengan
lingkungannya. Pertama, menurutnya setiap individu merupakan sumber informasi
yang berharga bagi individu lain. Sehingga pada hakikatnya interaksi sosial
antar manusia merupakan proses pertukaran informasi.
Pada
pekerjaan sehari-hari, khususnya sebagai ASN Kementerian Keuangan, proses
pertukaran informasi terjadi sangat masif dan begitu mudah. Pembelajaran tidak
melulu soal pendidikan dan pelatihan formal, baik secara konvensional maupun
daring. Bentuk upaya dalam menggali pengetahuan lebih dalam tentang suatu
teknis pekerjaan tidak hanya dengan mengikuti diklat teknis atau short
course. Pembelajaran bisa saja terjadi karena interaksi sosial antar
pegawai di suatu unit kerja. Seorang pegawai bisa saja mendapatkan informasi
yang berharga dari rekan kerjanya hanya karena obrolan santai saat istirahat
makan siang. Atasan langsung dapat menjalankan konsep knowing-your-employee
dengan berolahraga bersama di akhir pekan. Serta begitu banyak
kegiatan-kegiatan lain yang memfasilitasi terjadinya pertukaran informasi.
Lalu
bagaimana peran adaptasi dalam proses mendapatkan informasi?Seseorang tentu
tidak begitu mudahnya membagikan informasi ataupun pengalamannya kepada semua
orang yang ia kenal. Maka di sanalah perilaku adaptif berperan penting. Untuk
memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang tidak kita ketahui, perlu terlebih
dahulu mendapatkan kepercayaan dari orang yang memiliki informasi tersebut. Kepercayaan
itu tidak diperoleh hanya dengan berkenalan dan beraktifitas bersama di kantor,
tetapi membutuhkan proses adaptasi untuk saling mengenal satu sama lain. Kemampuan
beradaptasi juga diperlukan dalam menjalin komunikasi yang baik satu sama lain.
Termasuk di dalamnya adalah bagaimana menyesuaikan gaya bahasa dalam
berkomunikasi. Setiap orang memiliki kecenderungan dan ketertarikan terhadap cara
berbicara dan gaya bahasa tertentu. Maka sangat penting untuk memahami cara
komunikasi seseorang dengan harapan akan terjalin komunikasi yang lancar dan
menarik. Dengan begitu, proses pertukaran informasi akan berjalan lebih mudah
di antara dua individu yang saling berinteraksi.
Alasan
yang kedua mengapa seseorang beradaptasi dengan lingkungannya adalah karena
secara sosial manusia ingin diterima oleh orang lain dan sedapat mungkin
menghindari celaan. Dorongan untuk diterima dalam suatu lingkungan baru timbul
dari naluri alamiah manusia sebagai makhluk sosial. Seperti halnya di kantor
misalnya, seorang pegawai baru ataupun yang baru mutasi harus berusaha
beradaptasi dengan lingkungan kantornya. Bukan hanya bertujuan untuk menjalin
hubungan sosial yang baik saja, melainkan demi kepentingan kelancaran
pekerjannya di kantor tersebut. Tidak dapat dipungkiri, ASN tidak lagi
bekerja secara sendiri-sendiri tanpa berkolaborasi dengan pegawai lain.
Walaupun setiap pegawai memiliki tugas yang berbeda dengan pegawai lain, akan
tetapi dalam usahanya untuk mencapai target yang telah ditetapkan ia tetap saja
harus bersinergi dengan rekan kerjanya.
Pada
berbagai kesempatan, Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI menyampaikan
pentingnya kolaborasi dan sinergi pada internal Kementerian Keuangan. Misalnya
saja pada acara pelantikan 25 pejabat di lingkungan Kemenkeu pada 12 Maret 2021
yang lalu. Sri Mulyani mengatakan bahwa teamwork adalah penting
sekali di lingkungan Kemenkeu. Beliau juga menambahkan bahwa sejatinya tidak
ada lagi tempat bagi ego individual dan ego unit. Pada kesempatan lain Menteri
Keuangan juga memberi arahan bahwa tidak ada lagi silo-silo di internal
Kemenkeu.
Berbagai
pesan Menteri Keuangan tersebut pada praktiknya memerlukan soft skill
yang baik di dalam diri setiap ASN Kemenkeu. Tidak ketinggalan, perilaku
adaptif juga mengambil perannya sebagai salah satu kemampuan penunjang dalam
bekerja. Untuk mewujudkan sinergi antar seksi misalnya, diperlukan hubungan
yang baik antar pegawai yang bersangkutan. Hubungan tersebut terjalin apabila
individu yang terlibat di dalamnya mampu menciptakan komunikasi yang baik. Pada
proses tersebutlah kemampuan beradaptasi dibutuhkan dalam berinteraksi antar
rekan kerja dengan kepribadian yang berbeda-beda.
Sebagai
ASN Kemenkeu, kita seringkali dihadapi pada keadaan di mana kemampuan
beradaptasi dengan cepat sangat diperlukan. Misalnya ketika terjadi mutasi
pegawai antar unit kerja. Baik pegawai yang mengalami mutasi, maupun pegawai di
unit kerja yang menerima pegawai mutasi sama-sama harus beradaptasi dengan
perubahan interaksi sosial yang mungkin saja terjadi. Walaupun usaha yang lebih
besar memang harus dilakukan oleh pegawai yang mengalami mutasi dan memasuki
lingkungan kantor baru. Dirinya harus mampu berbaur dengan cepat dan sedapat
mungkin diterima baik oleh sesama pegawai di lingkungannya. Pada suatu
lingkungan, tentu terdapat ketentuan ataupun norma tertentu yang mesti
dipatuhi, khususnya yang mengatur tentang hubungan sosial antar pegawai. Maka
penerimaan secara sosial sangat tergantung bagaimana pegawai baru tersebut
mampu memahami dan mematuhi apa yang telah menjadi nilai atau kebiasaan pada
lingkungan tersebut.
Sejatinya,
perilaku adaptif memerlukan beberapa kemampuan yang perlu dilatih terus
menerus. Salah satunya adalah kemampuan komunikasi yang tidak hanya
menuntut mahir dalam berbicara, akan tetapi juga pandai membaca ketertarikan
orang lain serta mampu menjadi pendengar yang baik. Selain itu, perilaku
adaptif sangat erat kaitannya dengan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah.
Perkembangan zaman menyebabkan perbedaan cara pandang manusia terhadap berbagai
hal. Dibantu dengan teknologi, kreativitas yang tinggi tentunya dapat membantu
menyelesaikan masalah yang kian kompleks. Kemampuan tersebut di atas tentunya
sangat bermanfaat agar dapat memberikan kinerja terbaik.
Pada
akhirnya, perilaku adaptif bukanlah
kemampuan yang diperoleh secata instan. Melainkan dibutuhkan latihan
terus-menerus serta pengalaman dalam berinteraksi sosial. Semakin sering
seseorang berinteraksi sosial dengan banyak orang semakin terasah kemampuannya
dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemudahan dalam belajar dan
memperoleh informasi pada zaman sekarang hendaknya dimanfaatkan untuk
mengembangkan kemampuan adaptasi dan kreativitas. Kesampingkan dahulu rasa
gengsi ataupun malu ketika ingin bertanya dan belajar dengan sesama rekan
kerja. Berhenti mengeluh tentang perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi.
Berlatihlah terus-menerus dan jadikan pengalaman sebagai pelatih yang
mengajarkan bagaimana menghadapi masalah dan tantangan ke depannya. Karena
sesungguhnya diri kita dibentuk dari apa yang kita lakukan berulang kali
(Aristoteles).
Penulis: Fazlurrahman Farouqi, KPKNL
Pontianak
Sumber:
Sears,
David O. 1985. Social Psychology. New Jersey: Prentice-Hall.