Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Pontianak > Artikel
Bekerja Adaptif, Berperan Kreatif
Siska Nadia
Senin, 08 November 2021   |   72206 kali

Perkembangan teknologi yang teramat cepat memaksa kita beradaptasi dengan cepat pula. Perilaku adaptif tidak hanya berarti harus mampu menghadapi modernisasi atau bahkan mengambil manfaat darinya. Manusia yang adaptif juga tercermin dari bagaimana ia bersikap dan merespon sikap orang lain yang bermacam-macam. Respon seseorang ketika ia bertemu dan bersosialisasi dengan orang yang baru ia kenal dapat menggambarkan kemampuannya dalam beradaptasi terhadap perubahan hubungan sosial. Kemampuan ini sangat penting dalam mempertahankan kinerja terbaik dalam bekerja di instansi manapun.

Sudah sangat banyak penelitian mengenai mengapa seseorang terdorong untuk beradaptasi dengan lingkungannya, baik dari sudut pandang biologis ataupun sosial. Seorang professor psikologi dari Amerika, David O’Keefe Sears, mengemukakan pendapat yang sangat menarik tentang mengapa seseorang berusaha beradaptasi dengan lingkungannya. Pertama, menurutnya setiap individu merupakan sumber informasi yang berharga bagi individu lain. Sehingga pada hakikatnya interaksi sosial antar manusia merupakan proses pertukaran informasi.

Pada pekerjaan sehari-hari, khususnya sebagai ASN Kementerian Keuangan, proses pertukaran informasi terjadi sangat masif dan begitu mudah. Pembelajaran tidak melulu soal pendidikan dan pelatihan formal, baik secara konvensional maupun daring. Bentuk upaya dalam menggali pengetahuan lebih dalam tentang suatu teknis pekerjaan tidak hanya dengan mengikuti diklat teknis atau short course. Pembelajaran bisa saja terjadi karena interaksi sosial antar pegawai di suatu unit kerja. Seorang pegawai bisa saja mendapatkan informasi yang berharga dari rekan kerjanya hanya karena obrolan santai saat istirahat makan siang. Atasan langsung dapat menjalankan konsep knowing-your-employee dengan berolahraga bersama di akhir pekan. Serta begitu banyak kegiatan-kegiatan lain yang memfasilitasi terjadinya pertukaran informasi.

Lalu bagaimana peran adaptasi dalam proses mendapatkan informasi?Seseorang tentu tidak begitu mudahnya membagikan informasi ataupun pengalamannya kepada semua orang yang ia kenal. Maka di sanalah perilaku adaptif berperan penting. Untuk memperoleh pengetahuan tentang sesuatu yang tidak kita ketahui, perlu terlebih dahulu mendapatkan kepercayaan dari orang yang memiliki informasi tersebut. Kepercayaan itu tidak diperoleh hanya dengan berkenalan dan beraktifitas bersama di kantor, tetapi membutuhkan proses adaptasi untuk saling mengenal satu sama lain. Kemampuan beradaptasi juga diperlukan dalam menjalin komunikasi yang baik satu sama lain. Termasuk di dalamnya adalah bagaimana menyesuaikan gaya bahasa dalam berkomunikasi. Setiap orang memiliki kecenderungan dan ketertarikan terhadap cara berbicara dan gaya bahasa tertentu. Maka sangat penting untuk memahami cara komunikasi seseorang dengan harapan akan terjalin komunikasi yang lancar dan menarik. Dengan begitu, proses pertukaran informasi akan berjalan lebih mudah di antara dua individu yang saling berinteraksi.

Alasan yang kedua mengapa seseorang beradaptasi dengan lingkungannya adalah karena secara sosial manusia ingin diterima oleh orang lain dan sedapat mungkin menghindari celaan. Dorongan untuk diterima dalam suatu lingkungan baru timbul dari naluri alamiah manusia sebagai makhluk sosial. Seperti halnya di kantor misalnya, seorang pegawai baru ataupun yang baru mutasi harus berusaha beradaptasi dengan lingkungan kantornya. Bukan hanya bertujuan untuk menjalin hubungan sosial yang baik saja, melainkan demi kepentingan kelancaran pekerjannya di kantor tersebut. Tidak dapat dipungkiri,  ASN tidak lagi bekerja secara sendiri-sendiri tanpa berkolaborasi dengan pegawai lain. Walaupun setiap pegawai memiliki tugas yang berbeda dengan pegawai lain, akan tetapi dalam usahanya untuk mencapai target yang telah ditetapkan ia tetap saja harus bersinergi dengan rekan kerjanya.

Pada berbagai kesempatan, Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI menyampaikan pentingnya kolaborasi dan sinergi pada internal Kementerian Keuangan. Misalnya saja pada acara pelantikan 25 pejabat di lingkungan Kemenkeu pada 12 Maret 2021 yang lalu. Sri Mulyani mengatakan bahwa teamwork adalah penting sekali di lingkungan Kemenkeu. Beliau juga menambahkan bahwa sejatinya tidak ada lagi tempat bagi ego individual dan ego unit. Pada kesempatan lain Menteri Keuangan juga memberi arahan bahwa tidak ada lagi silo-silo di internal Kemenkeu.

Berbagai pesan Menteri Keuangan tersebut pada praktiknya memerlukan soft skill yang baik di dalam diri setiap ASN Kemenkeu. Tidak ketinggalan, perilaku adaptif juga mengambil perannya sebagai salah satu kemampuan penunjang dalam bekerja. Untuk mewujudkan sinergi antar seksi misalnya, diperlukan hubungan yang baik antar pegawai yang bersangkutan. Hubungan tersebut terjalin apabila individu yang terlibat di dalamnya mampu menciptakan komunikasi yang baik. Pada proses tersebutlah kemampuan beradaptasi dibutuhkan dalam berinteraksi antar rekan kerja dengan kepribadian yang berbeda-beda.

Sebagai ASN Kemenkeu, kita seringkali dihadapi pada keadaan di mana kemampuan beradaptasi dengan cepat sangat diperlukan. Misalnya ketika terjadi mutasi pegawai antar unit kerja. Baik pegawai yang mengalami mutasi, maupun pegawai di unit kerja yang menerima pegawai mutasi sama-sama harus beradaptasi dengan perubahan interaksi sosial yang mungkin saja terjadi. Walaupun usaha yang lebih besar memang harus dilakukan oleh pegawai yang mengalami mutasi dan memasuki lingkungan kantor baru. Dirinya harus mampu berbaur dengan cepat dan sedapat mungkin diterima baik oleh sesama pegawai di lingkungannya. Pada suatu lingkungan, tentu terdapat ketentuan ataupun norma tertentu yang mesti dipatuhi, khususnya yang mengatur tentang hubungan sosial antar pegawai. Maka penerimaan secara sosial sangat tergantung bagaimana pegawai baru tersebut mampu memahami dan mematuhi apa yang telah menjadi nilai atau kebiasaan pada lingkungan tersebut.

Sejatinya, perilaku adaptif memerlukan beberapa kemampuan yang perlu dilatih terus menerus. Salah satunya adalah kemampuan komunikasi yang tidak hanya menuntut mahir dalam berbicara, akan tetapi juga pandai membaca ketertarikan orang lain serta mampu menjadi pendengar yang baik. Selain itu, perilaku adaptif sangat erat kaitannya dengan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah. Perkembangan zaman menyebabkan perbedaan cara pandang manusia terhadap berbagai hal. Dibantu dengan teknologi, kreativitas yang tinggi tentunya dapat membantu menyelesaikan masalah yang kian kompleks. Kemampuan tersebut di atas tentunya sangat bermanfaat agar dapat memberikan kinerja terbaik.

Pada akhirnya,  perilaku adaptif bukanlah kemampuan yang diperoleh secata instan. Melainkan dibutuhkan latihan terus-menerus serta pengalaman dalam berinteraksi sosial. Semakin sering seseorang berinteraksi sosial dengan banyak orang semakin terasah kemampuannya dalam beradaptasi dengan lingkungan baru. Kemudahan dalam belajar dan memperoleh informasi pada zaman sekarang hendaknya dimanfaatkan untuk mengembangkan kemampuan adaptasi dan kreativitas. Kesampingkan dahulu rasa gengsi ataupun malu ketika ingin bertanya dan belajar dengan sesama rekan kerja. Berhenti mengeluh tentang perkembangan zaman dan perubahan yang terjadi. Berlatihlah terus-menerus dan jadikan pengalaman sebagai pelatih yang mengajarkan bagaimana menghadapi masalah dan tantangan ke depannya. Karena sesungguhnya diri kita dibentuk dari apa yang kita lakukan berulang kali (Aristoteles).

Penulis: Fazlurrahman Farouqi, KPKNL Pontianak

Sumber:

Sears, David O. 1985. Social Psychology. New Jersey: Prentice-Hall.

https://setjen.kemenkeu.go.id/in/post/menkeu:-tidak-ada-tempat-bagi-ego-individual-dan-ego-unit-
Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini