Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Pontianak > Artikel
Sisa Kejayaan Kerajaan Mempawah Pada Istana Amantubillah
Bernadeta Rosariana
Rabu, 30 Juni 2021   |   10702 kali


        Kabupaten Mempawah adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Mempawah. Dikutip dari wikipedia.com, kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.797,88 km² dan memiliki penduduk sebanyak 307.742 jiwa.

Kabupaten Mempawah adalah salah satu tujuan di Kalimantan Barat yang terkenal akan keindahan alam, destinasi wisatanya juga kulinernya. Tapi siapa sangka Kabupaten ini memiliki sebuah sejarah dari Kerajaan Mempawah, dimana terdapat sebuah Istana Amantubillah sebagai keraton kerajaannya.


      Istana Amantubillah berdiri kokoh di Desa Pulau Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur, Kalimantan Barat. Istana ini dibangun pada masa Pemerintahan Gusti Jamiril yang memiliki gelar Panembahan Adi Wijaya Kesuma (1761 – 1787) yang merupakan sultan ke-3 Kesultanan Mempawah.


       Begitu menginjakkan kaki di area istana ini, pengunjung akan disambut pintu gerbang istana yang bertuliskan 'Mempawah Harus Maju, Malu Dengan Adat'. Begitu melewati gerbang, kita akan melihat halaman dengan rerumputan hijau dengan beberapa meriam yang diletakan diatas rumput. Total meriam yang diletakkan di halaman istana adalah 16 buah meriam. Istana didominasi dengan warna hijau tosca dan sedikit corak kuning.


     Kompleks Istana Amantubillah dibagi menjadi tiga bagian utama yakni bangunan utama, sayap kanan, dan sayap kiri. Dahulu, bangunan utama di istana ini merupakan singgasana raja beserta permaisuri hingga para keluarga raja. Sementara itu, bangunan sayap kanan dijadikan tempat untuk mempersiapkan jamuan makan bagi kalangan keluarga istana. Segala keperluan jamuan makan bagi para tamu istana dipersiapkan di bangunan ini. Sementara, pada bagian sayap kiri dijadikan ruangan pusat untuk mengurus administrasi pemerintahan kerajaan. Selain itu, bangunan di sayap kiri ini juga sering digunakan sebagai aula tempat pertemuan raja dengan para abdi dalem.


      Saat ini ketiga bangunan sudah berubah fungsi seperti bangunan utama saat ini sudah dirubah menjadi museum Kerajaan Mempawah yang menyimpan berbagai peninggalan kerajaan seperti singgasana raja, busana kebesaran, dan payung kerajaan. Bangunan ini juga menyimpan foto-foto raja yang pernah berkuasa di istana ini beserta para keluarganya.


     Sementara itu, bangunan sayap kanan saat ini memiliki fungsi sebagai pendopo istana dan bangunan sayap kiri saat ini dijadikan tempat tinggal para kerabat Kerajaan Mempawah. Dalam kunjungan kami ke Istana Amantubillah, kamipun sempat berbincang singkat dengan kerabat kerjajaan, Hajjah Rugayah Ellysah, Istri dari Pangeran Faitsal Taufik, yang merupakan anak kedua dari Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin.

Rugayah sempat menceritakan mengenai Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin yang diculik oleh penjajah belanda. “Mertua saya, Gusti Muhammad Taufik Accamaddin ditawan oleh Belanda bersama raja-raja daerah lainnya serta para pemimpin pemuka masyarakat. Lepas dari tawanan Belanda, Gusti Muhammad Taufik diculik oleh penjajah Jepang. Bersama para tokoh masyarakat yang diculik, ia dibunuh. Lokasi pembunuhan sekaligus tempat pemakaman terjadi di Mandor”, ungkapnya.


     Istana Ammantubillah sendiri memiliki arti ”Aku Beriman Kepada Allah” . Dalam perjalanannya Istana ini pernah mengalami kebesaran di tahun 1880 tepatnya saat tampuk kekuasaan dipegang oleh Gusti Ibrahim yang memiliki gelar Penembahan Ibrahim Mohamad Syafiudin dan berkuasa di tahun 1864 hingga tahun 1982.


   Saat ini Istana Amantubillah dipimpin oleh Pangeran Ratu Mulawangsa, sebagai Raja Ke-13 Kerajaan Mempawah, yang merupakan anak pertama dari Panembahan Muhammad Taufik Accamaddin. Dikutip dari melayuonline.com setelah kekuasaan Jepang berakhir dan Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, Kesultanan Mempawah menyatakan bergabung dengan NKRi dan menjadi daerah yang termasuk ke dalam wilyah administratif Provinsi Kalimantan Barat. Dengan demikian, Kesultanan Mempawah sudah tidak memiliki kewenangan secara politik lagi untuk mengatur pemerintahannya, namun pihak kesultanan masih sering menghelat ritual/upacara yang dilakukan secara adat, misalnya upacara Robo-rob, ritual Naik Tojang, dan lain sebagainya.


     Meskipun sudah tidak memiliki kewenangan secara politik lagi untuk mengatur pemerintahannya, Istana Amantubillah meninggalkan sejarah dan menjadi pusat kebudayaan. Keraton dan lembaga adat di Indonesia yang sangat bhineka merupakan sumber utama budaya. Keberadaan dan kegiatan keraton selayaknya diakui dan dijadikan panutan oleh masyarakat sehingga sanggup menjadi landasan bagi pembangunan dan ketahanan nasional bangsa.


( Tim HI KPKNL Pontianak )

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini