Indonesia memiliki begitu banyak pulau.
Indonesia juga memiliki kekayaan budaya yang beragam. Kebudayaan Indonesia itu
datang dari berbagai daerah yang sampai sekarang masih tetap dilestarikan oleh
masyarakat asli di daerah tersebut.
Kata ‘budaya’ berasal dari bahasa Sansekerta yaitu budhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi dengan arti
budi atau akal manusia. Budaya selanjutnya oleh masyarakat dikenal sebagai pola
atau cara hidup yang terus berkembang oleh sekelompok orang dan diturunkan pada
generasi berikutnya.
Setiap daerah tentunya memiliki kebiasaan
hidup, tradisi, dan juga ciri khas tersendiri yang sudah menjadi identitas
mereka. Salah satu wujud kebudayaan fisik yang hidup di Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat adalah Rumah Panjang. Dilansir oleh pariwisataindonesia.id, dahulu
kala, rumah panjang di Kalimantan Barat terbuat dari kayu dan mempunyai tinggi
5 sampai 8 meter dan mempunyai panjang sekitar 180 meter dan lebar 6 meter.
Tinggi rumah tergantung dari tinggi tiang yang menopang rumah tersebut. Rumah
panjang memiliki sekitar 50 ruangan. Ruangan-ruangan ini umumnya dihuni oleh
banyak keluarga yang di dalamnya juga termasuk keluarga inti.
Singgah
ke Rumah Panjang yang masih hidup dan dilestarikan di daerah Badau, Kapuas
Hulu, ternyata tak banyak berubah seiring dengan berjalannya waktu. Rumah
panjang disana nampak memanjang seperti seharusnya. Namun rumah panjang di
Kapuas Hulu di sana tidak dibuat tinggi.
Berbincang
singkat dengan penghuni, diketahui bahwa Rumah Panjang tersebut diisi oleh 7
(tujuh) keluarga (masing-masing memiliki Kepala Keluarga). Di rumah panjang
tersebut juga ada Kepalanya atau Tetuanya. Rumah Tetua berada di bagian tengah.
Mengenai rumah panjang yang tidak dibuat tinggi, Tetua menyampaikan kebutuhan
ketinggian rumah tidak seperti dulu lagi. Saat itu, ketinggian rumah dibuat
untuk menghindari rumah dari banjir, binatang buas, dan juga dari musuh.
Memperhatikan bagian-bagian dari rumah
panjang, hulu rumah menghadap timur, sedangkan bagian hilirnya menghadap ke
barat. Menghadap ke timur dan ke barat ternyata merupakan simbol bagi orang
Dayak. Diketahui dari Tetua, Hulu sebagai tempat terbitnya matahari memiliki
filosofi kerja keras, yaitu bekerja sedini mungkin. Hilir yang menghadap ke
barat tempat matahari terbenam memiliki filosofi tidak akan pulang atau
berhenti bekerja sebelum matahari terbenam. Hal itu dianggap sebagai simbol
dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga terbenam.
Selain bentuk dari kebudayaan fisik, Rumah
Panjang tidak hanya digunakan untuk tempat tinggal saja, namun memiliki fungsi
kemasyarakatan yang digunakan untuk sarana interaksi untuk kegiatan-kegiatan
seperti rapat, pertemuan atau musyawarah adat dalam menentukan sanksi adat.
Rumah Panjang juga dimanfaatkan sebagai sarana dalam membina dan mempertahankan
warisan budaya serta adat istiadat yang merupakan nilai-nilai luhur yang
ditaati dan dihormati secara turun temurun.
Terlihat sangat sederhana dan jauh dari
kesan mewah, Rumah Panjang tetap menjadi hunian yang bernilai tinggi dan
mengandung makna bagi masyarakat Dayak. Menarik dan sangat unik, warisan nenek
moyang untuk masyarakatnya lebih menyatu dalam memaknai dan menjalani
kehidupan.
(Tim HI KPKNL Pontianak)