Beberapa waktu lalu
pemerintah akhirnya memutuskan untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi. Harga Pertalite naik dari Rp7.650,- jadi Rp10.000,- per liter,
Solar dari Rp5.150,- jadi Rp6.800,- per liter dan Pertamax dari Rp12.500,- jadi
Rp14.500,- per liter yang mulai berlaku pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.
Kenaikan harga BBM subsidi seperti Pertalite dan solar sampai 30 persen diramal
bakal mengerek inflasi Indonesia mencapai lebih dari 6 persen. Kenaikan harga
BBM subsidi yang berdampak pada tingginya inflasi akan cenderung menggerus daya
beli masyarakat. Penurunan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang
akan menekan laju pertumbuhan ekonomi.
Analis PT Sinarmas Futures,
Ariston Tjendra memperkirakan nilai tukar rupiah akan melemah. Hal itu dipicu
oleh pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Kenaikan
inflasi dapat menekan pertumbuhan dalam negeri karena kenaikan BBM subsidi ini
akan memberi tekanan ke rupiah, disamping sentimen The Fed yang masih besar di
pasar keuangan yang membuat dollar AS menguat terhadap nilai mata uang lainnya.
Kepala Ekonom Trimegah
Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian mengatakan, emiten sektor transportasi dan
logistik akan menghadapi kenaikan BBM secara langsung. Dengan biaya operasional
yang lebih tinggi, margin keuntungan yang bakal didapat emiten sektor
transportasi dan logistik berpotensi tergerus apabila tidak melakukan
penyesuaian biaya jasa yang dikenakan ke pelanggan.
Kemudian Vice President
Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, emiten di sektor transportasi,
manufaktur, dan consumer good akan dirugikan dari kenaikan harga bahan bakar
minyak. Hal ini terkait naiknya harga atau ongkos produksi. Di sisi lain, daya
beli masyarakat juga ikut menurun.
Di sisi lain, harga BBM yang
lebih tinggi diproyeksi mampu semakin meningkatkan kinerja emiten sektor
energi, yang sejak awal tahun terus menguat terutama pada emiten batu bara.
Pelemahan rupiah memberikan dampak positif bagi sektor yang berorientasi ekspor
seperti batu bara dengan pendapatan dalam valuta asing. Apalagi sektor batu
bara masih ditopang oleh harga komoditasnya yang kembali tembus rekor (ATH /
All Time High) akibat kebijakan Rusia yang menghentikan pasokan gas ke Eropa.
Emiten-emiten sektor batu bara banyak terkumpul di indeks sektoral energi dan
menjadi pemimpin bagi sektor lainnya.
EMITEN YANG DIRUGIKAN (BONCOS) KARENA
DAMPAK KENAIKAN BBM
Berikut beberapa saham-saham
transportasi dan logistik raksasa serta sektor konsumer dan pergerakannya sejak
pengumuman harga kenaikan BBM hingga penutupan perdagangan minggu kedua bulan
September 2022 :
Nama Emiten / Perusahaan |
Kode Saham Emiten |
Persentase Kenaikan / Penurunan (dalam
persentase) |
PT Blue Bird Tbk |
BIRD |
-3,13 |
PT Adi Sarana Armada Tbk |
ASSA |
6,16 |
PT Samudera Indonesia Tbk |
SMDR |
-1,2 |
PT Temas Tbk |
TMAS |
-0,42 |
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk |
ICBP |
-0,85 |
PT Indofood Sukses Makmur Tbk |
INDF |
-0,78 |
PT Mayora Indah Tbk |
MYOR |
-3,76 |
PT Unilever Indonesia Tbk |
UNVR |
-0,87 |
Tercatat saham transportasi
dengan koreksi terparah dibukukan oleh BIRD yang ambrol 3 persen lebih selama 2
hari perdagangan setelah pengumuman kenaikan harga BBM. Saham perkapalan SMDR
dan TMAS juga terkoreksi meski tipis. Sedangkan saham transportasi yang
berhasil selamat dari koreksi hanya ASSA yang meskipun pada hari Senin pasca
pengumuman kenaikan BBM terpaksa ambrol 5persen lebih, keesokan harinya ASSA
berhasil rebound belasan persen. Untuk saham-saham consumer tercatat seluruhnya
mengalami koreksi meskipun mayoritas koreksi tidak mencapai 1persen.
EMITEN YANG DIUNTUNGKAN (CUAN) KARENA
DAMPAK KENAIKAN BBM
Dan berikut beberapa
saham-saham batu bara raksasa dan pergerakannya sejak pengumuman harga kenaikan
BBM hingga penutupan perdagangan minggu lalu :
Nama Emiten / Perusahaan |
Kode Saham Emiten |
Persentase Kenaikan / Penurunan (dalam
persentase) |
PT Bukit Asam Tbk |
PTBA |
4,92 |
PT Adaro Energy Indonesia Tbk |
ADRO |
6,87 |
PT Adaro Minerals Indonesia Tbk |
ADMR |
0,91 |
PT Indika Energy Tbk |
INDY |
8,5 |
PT Bumi Resources Tbk |
BUMI |
21.34 |
PT Indo Tambangraya Megah Tbk |
ITMG |
9,14 |
PT Harum Energy Tbk |
HRUM |
10,08 |
Tercatat emiten-emiten batu
bara sukses selama 2 (dua) hari perdagangan selain karena efek kenaikan BBM,
ada pula sentimen tambahan di mana harga batu bara melesat hingga mencapai
posisi tertinggi sepanjang sejarahnya / All Time High / ATH. Kenaikan terbesar
dibukukan oleh BUMI yang naik 21,34 persen dan ada HRUM di posisi kedua dan
ITMG di posisi ketiga yang naik masing-masing 10,08 persen dan 9,14 persen.
Nah, seorang investor
diharapkan senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi di belahan dunia agar
dapat mengambil keputusan yang paling tepat terhadap dana yang
diinvestasikannya. Tiap emiten mempunyai siklus, ada yang tahan banting
(bersifat defensif) ada yang amat sensitif terhadap kondisi dan situasi. Emiten
dengan kategori fundamental amat baik dan baik, apalagi mempunyai deviden yield
(pembayaran deviden dibanding harga sahamnya) yang tinggi, tentu akan membuat
kita lebih tenang dan cuan dari tahun ke tahun. Utamakan DYOR (Do Your Own
Riset) dan tidak gampang FOMO (Fear Of Missing Out) saat suatu emiten terkerek
naik dan agar selalu mempertimbangkan keuntungan dan membatasi resiko suatu instrumen
investasi.
Penyusun
: Ratih Prihatina, Staff Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Pekalongan.
Link
sumber :