Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Menilik Budaya Dayak di Lamandau
Justinus Benni Indrianto
Selasa, 29 Juni 2021   |   21271 kali

Kabupaten Lamandau adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Lamandau adalah salah satu kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat. Kabupaten Lamandau sendiri dikelilingi oleh bukit-bukit dan hutan sawit. Jadi jangan heran jika jalan menuju desa-desa di Lamandau seperti di pegunungan.

Salah satu budaya dan adat yang masih kental di Lamandau, yaitu suku Dayak. Dapat dilihat dari mayoritas penduduknya adalah suku Dayak. Dayak Tomun merupakan salah satunya. Suku ini hidup dengan cara berburu dan berladang.

Bentuk rumah panggung dengan kayu ulin khas suku Dayak menjadi pemandangan sehari-hari. Masih bisa dilihat beberapa rumah adat dijadikan lumbung padi yang dikelola bersama. Masyarakat juga membuat mandau-nya sendiri yang digunakan untuk berburu. Masyarakat juga menanam berbagai macam, namun yang paling diminati yaitu jahe merah dan jahe putih.

Orang Dayak di Lamandau  menganut agama Kaharingan. Kaharingan adalah kepercayaan/agama asli suku Dayak di Kalimantan, ketika agama-agama besar belum memasuki Kalimantan. Kaharingan artinya tumbuh atau hidup, seperti dalam istilah danum kaharingan. Pada acara tertentu, tetua suku Dayak mengorbankan ternak seperti babi atau ayam, yang darahnya dialirkan pada pohon yang dianggap suci.

Kebiasaan manginang/menyimpa juga masih dilakukan oleh beberapa orang Dayak di sini. Beberapa bahan yang digunakan untuk manginang/menyimpa tidak jauh berbeda dengan nginang di Jawa, yaitu daun sirih, kapur sirih, tembakau, kencur, dan buah pinang. Jika sudah manginang/menyimpa, orang Dayak tidak merokok lagi (bahkan tidak merokok selama hidupnya).

Masih ada orang yang takut untuk bertemu atau sekadar ngobrol santai dengan orang Dayak. Padahal kenyataannya, mereka sangat terbuka dengan masyarakat lain yang ingin menggali kebudayaan tentang Dayak. Mungkin satu atau dua hal terkait budaya orang Dayak yang berbeda dengan kita, namun tidak menutup kemungkinan untuk beradaptasi juga.

(Eka Febri N.S - KPKNL Pangkalan Bun)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini