Pandemi covid-19 menimbulkan
kegelisahan bagi sebagian banyak orang. Panik, gelisah, takut, bahkan depresi
karena pandemi menjadi hal yang wajar pada saat ini. Overthinking terhadap berbagai permasalahan yang terjadi juga
menjadi salah satu indikator tingkat depresi seseorang. Kondisi psikologis
seseorang dapat menjadi tidak menentu saat pandemi karena tekanan yang
diberikan bukan hanya dari luar tubuh seseorang, tetapi dari dalam juga.
Menurut psikolog Tara Adhisti de Thouars, dalam paparannya
dengan tema “Let’s take care of ourself and others”, reaksi psikologis saat
pandemi yang dirasakan tiap orang berbeda. Indikatornya antara lain,
ketidakpastian, ancaman, kehilangan, dan ketidakadilan. Emosi yang dirasakan
berawal dari stres, cemas, panik,
marah. Kemudian reaksi yang diberikan oleh otak berupa paranoid, overthinking, penyesalan, self blame, dan blame others. Berujung perilaku yang diberikan berupa menghindar,
agresif, sulit konsentrasi, slow respond,
dan irritated.
Apakah kita pernah memperhatikan perilaku seseorang yang
disebutkan seperti itu? Lalu apa yang kita lakukan? Diam saja kah? Atau
bertanya, “Are you okay?”
Mengapa hal ini penting?
Pernahkah terbesit, apa sih arti jawaban “Aku baik-baik
saja” yang sebenarnya? Pasti kebanyakan orang yang mengalami depresi tidak akan
mudah membuka dirinya kepada orang lain.
Apa artinya ketika seseorang berkata, “Aku baik-baik saja”?
Pertolongan pertama terhadap masalah psikologis seseorang
tidak hanya diberikan oleh psikiater saja, namun support dari orang
di sekeliling kita pun dapat cukup membantu. Sekadar memberikan support dan
kepedulian dalam menghadapi masalahnya. Metode ini bukan bentuk konseling
maupun menggurui. Biasanya cukup mendengarkan saja apa yang disampaikan oleh
mereka. Metode ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja.
Sebenarnya, apa sih yang dibutuhkan seseorang ketika sedang down atau tertekan?
Lalu, bagaimana jika kita sebagai teman dalam menyikapi hal
tersebut? Umumnya, terdapat 6 (enam) cara dalam pertolongan pertama terhadap
masalah psikologis (Psychological first
aid), yaitu:
Care (Perhatian) merupakan salah satu metode yang
paling dasar dalam pertolongan pertama pada masalah psikologis. Contohnya, kita
bisa mengajak ke tempat yang nyaman untuk mengobrol, makan atau minum kesukaan
mereka.
Mendengarkan bisa menjadi sulit ketika kita tidak
tahu apa yang harus kita lakukan setelahnya. Ada beberapa studi yang
menyebutkan bahwa ketika seseorang sedang bercerita kepada kita, dengarkan
saja. Tidak perlu untuk menjawab atau bahkan membanding-bandingkan masalah pada
diri kita ke mereka. Setiap orang punya cara tersendiri dalam menyikapi masalah
yang terjadi pada mereka.
Terkadang orang yang terlihat kuat diluar, belum tentu
kuat mentalnya juga. Perlu upaya yang lebih ketika seseorang diharuskan untuk
menunjukkan kelemahan dirinya. Perlu keterbukaan serta bicara dari hati ke hati
agar terbentuk rasa saling percaya.
Buat mereka merasa nyaman dan aman. Berikan solusi
tanpa harus saling menjatuhkan.
Cara bagaimana kita memberikan saran dan wawasan,
bagaimana membangun harapan kepada mereka untuk selalu berpikir positif dalam
segala hal.
Hambatan yang dapat terjadi kepada kita sebagai ‘penolong’ sangat umum. Diantaranya:
Terkadang kita tidak tahu cara menempatkan diri kita pada
waktu yang tepat. Hal yang terpenting dalam membantu sesama, selamatkanlah
dirimu terlebih dahulu. Bagaimana kita akan membantu seseorang ketika kita
sendiri sedang merasa kesusahan?
Berikut terdapat kutipan Psikolog Tara de Thouars, BA, M.Psi
Taking care of others,
not only change you, but it also change others and community.
So lets all start by
asking :
“Are you ok?”
(Eka Febri N. S - KPKNL Pangkalan Bun)