Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palu > Artikel
Tuhan Tidak Melihat Rupa Siapa Diri Kita
Abd. Choliq
Jum'at, 22 Mei 2020   |   111945 kali

Setiap hari kita melakukan kegiatan yang berhubungan dengan manusia, lingkungan hidup baik yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa. Kita juga melakukan hubungan dengan Sang Pencipta alam yaitu Tuhan (umat Islam menyebut dengan Allah). Allah tidak melihat rupa dan harta, melainkan melihat hati dan amal. Penilaian Allah tertuju pada hal-hal yang lebih dalam dari sekadar yang tampak dari tubuh dan yang terkesan mewah di mata kebanyakan manusia.

Bukan kesempurnaan fisik maupun kekayaan harta benda, tetapi pada kualitas hati dan mutu perbuatan hambanya. Hati seharusnya menjadi perhatian utama daripada lahiriah. Baiknya hati, berakibat kepada baik pula amalan lainnya. Hati yang bersih, berakibat kepada amalan yang lain bisa diterima. Beda halnya jika memiliki hati yang rusak, terutama hati yang tercampur noda syirik.

Dalam hadist riwayat Muslim Nomor 2564 disebutkan, dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.”  Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak akan memberi ganjaran terhadap bentuk tubuh atau rupa manusia atau banyaknya harta. Dzat manusia (tubuh manusia) tidak dibebani hukum. Adapun yang terbebani hukum adalah perbuatan yang berkaitan dengan diri manusia. Allah tidak pula melihat pada banyak atau sedikitnya harta, kaya atau miskin, dan lainnya.  Akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kita. Ikhlas adalah amal hati, dan amal hati sangat penting. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan bahwa amal hati merupakan dasar keimanan.

Bagaimana sikap kita sebagai manusia beriman dan hidup di Negara  yang ber “Bhinneka Tunggal Ika”, maka sikap kita bisa diuraikan sebagai berikut:

1.  Menjalin hubungan dengan Tuhan

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa Negara kita mengakui "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasadan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia meyatakan dengan ini kemerdekaannya." Kemudian dalam sila pertama dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Menjalin hubungan dengan Allah adalah kebutuhan yang paling utama dalam hidup didunia. Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang harus selalu mengingat akan Sang Pencipta. Menjalin hubungan yang baik dapat dilakukan dengan cara menaati segala aturannya dan menjauhi segala larangannya. Kita juga dapat menjalin hubungan dengan Allah melalui ibadah, doa-doa yang kita panjatkan dan juga selalu mengingat Allah. Berdoa itu sama saja dengan kita menjalin komunikasi dengan Yang Maha Kuasa dan juga ketika kita senantiasa mengingat Allah maka kita akan senantiasa mendapatkan kedamaian hati dalam menjalani setiap langkah kehidupan. Kita adalah mahkluk ciptaan-Nya dan tidak mungkin kita tidak menjalin hubungan dengan pencipta kita, dan apapun yang kita lakukan bergantung pada kehendak-Nya.  Hubungan dengan Allah akan mempengaruhi hubungan kita  dengan sesama manusia. Kehidupan manusia tidak akan berubah ketika tidak melibatkan Allah dalam kesehariannya didunia.

2.  Hubungan dengan diri sendiri.

Hubungan antar diri sendiri diwujudkan dalam bentuk rela, menerima, sabar, memahami diri, dan mencintai diri. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki akal, rasa, dan kehendak sehingga mempunyai tujuan hidup yang berbeda-beda. Tujuan hidup yang sama adalah untuk mencapai kebahagiaan hati bersama. Sedangkan kebahagiaan hati bersama dapat tercapai apabila sudah mendapatkan kebahagian pribadi. Kebahagiaan pribadi terlaksana apabila manusia mampu menerapkan sikap rela, menerima, dan sabar. Sikap rela / sanggup untuk melepaskan seperti melepaskan hak milik. Sikap menerima segala apapun yang menimpa kita, tanpa memberikan protes. Kita perlu memahami hubungan antar sesama diri sendiri agar bisa menjalin hubungan antar sesama manusia. Jika kita belum bisa memahami diri sendiri, apalagi memahami orang lain yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.

3.  Hubungan antar sesama manusia.

Hubungan antar sesama manusia dapat diartikan sebagai komunikasi antar pribadi. Komunikasi yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikasinya saling memahami pikiran, perasaan, dan tindakan yang dilakukan juga didasarkan atas kebersamaan.  Apabila kita ingin menciptakan komunikasi yang akrab dengan orang lain, maka dapat didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas maupun mengenai masalah pribadi yang bersifat sosial. Kita harus memahami hakikat manusia. Bagaimana kita mampu menerima orang lain diluar diri kita dengan apa adanya.  Bagaimana kita mampu bersikap profesional dalam melakukan apapun yang kita kerjakan.

4.  Hubungan dengan negara

Negara dan warga negara identik dengan adanya hak dan kewajiban, antara warga negara dengan negaranya ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga negaranya serta memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga negara wajib membela negara dan berhak mendapatkan perlindungan dari negara. Mengutip  dari Mantan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy : " Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan Apa yang Kamu Berikan Kepada Negaramu", akan menggugah hati ditengah berbagai permasalahan di negara ini.

5.  Hubungan dengan lingkungan sekitarnya

Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Fakta menunjukkan bahwa tingkat kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi,  relatif mudah untuk ditemukan. Berita tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, air maupun tanah (kerusakan lingkungan) sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan. Lingkungan yang tercemar akan berdampak negatif pada kesehatan, kenikmatan hidup, kemudahan, efisiensi, keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Lingkungan hidup perlu dikelola / ditingkatkan mutunya untuk menanggulangi dampak negatif.

 Penulis : Abd. Choliq - KPKNL Palu

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini