Istilah
Work Life balance sudah tidak asing diera Milenial ini. Era dengan perkembangan
pesat dibidang tekhnologi yang juga menuntut manusia memiliki kompetensi dalam
banyak hal. Tak hanya kemampuan eksak tapi juga dituntut memiliki keterampilan
dalam berbagai bidang. Kemampuan dalam bidang seni, olahraga, tekhnologi dan
banyak lainnya. Beberapa jurnal bahkan mengungkapkan work life balance termasuk
juga dalam kehidupan pribadi, teman atau keluarga misalnya.
Worklife
balance sendiri memiliki makna kemampuan seseorang dalam menyeimbangkan
tanggungjawabnya dalam pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.
Menurut Hudson, aspek aspek dalam work life balance dalam kehidupannya antara
lain Keseimbangan Waktu. Proporsi waktu yang diluangkan untuk pekerjaan dan
hal- hal diluar pekerjaan tentunya sangat menentukan dalam upaya tercapainya
work life balance. Waktu untuk kesenangan pribadi, keluarga ataupun orang orang
disekitar kita.
Aspek
kedua yaitu Keseimbangan keterlibatan yang mengarah pada komitmen atas keikut
sertaan dalam suatu kegiatan. Bentuk dari kegiatan itu sendiri tidak hanya
diartikan sebuah acara atau event
saja, tapi juga kegiatan seperti seni, olahraga maupun kegiatan bersama
keluarga. Aspek selanjutnya adalah Keseimbangan Kepuasan. Menurut Hudson (2005)
dari kedua aspek teersebut kepuasan dan kenyamanan jadi aspek terakhir work
life balance. Sebab factor ini lah yang menentukan tingkat stress seseorang.
Work
Life balance juga tidak hanya tergantung dari faktor internal diatas, tapi juga
terpengaruh faktor eksternal. Faktor eksternal yang paling berpengaruh tentunya
lingkungan kerja. Rekan yang memiliki pemikiran positif tentunya akan sangat
mendukung terbentuknya suasana kerja kondusif. Lingkungan kerja juga akan
menentukan tingkat efektifitas kerja seorang pegawai. Namun faktor utama tercapainya
work life balance adalah internal seorang pegawai, baik dari segi fisik maupun
mental.
Beberapa
Tips untuk menjadikan work life balance sebagai gaya hidup antara lain:
Skala
Priotas langkah pertama adalah menentukan skala prioritas berdasarkan kebutuhan
dan kemampuan masing- masing. Orientasi setiap individu tentunya berbeda- beda
tergantung pada kondisi dan motivasi masing- masing. Ada yang menjadikan karir
sebagai prioritas atau keluarga sebagai prioritas. Dengan menyusun daftar
tentunya menjadikan worklife balance lebih mudah tercapai karena proporsi waktu
dan keterlibatan dalam suatu kegiatan menjadi terukur.
Langkah
selanjutnya adalah bekerja efektif efisien agar pekerjaan dapat selesai dengan
maksimal dengan waktu yang singkat. Beberapa studi membuktikan bahwa pegawai
dengan worklife balance yang baik akan bekerja lebih efektif dan efisien.
Pegawai yang bekerja terlalu keras tanpa menyeimbangkan dengan kesenangan untuk
dirinya akan bekerja dengan emosi dan cenderung tidak maksimal. (Teks: Diah Ilmi Rizqiana: Seksi HI PKY; Sumber gambar freepik.com).