Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Padang > Artikel
PAWANG HUJAN VS TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC)
Kholis Zakwani
Rabu, 23 Maret 2022   |   32806 kali

Pada  hari Minggu, tanggal 20 Maret 2022  dunia dihebohkan dengan berita mengenai seorang perempuan paruh baya yang sedang berjalan mengelilingi perlintasan balapan  sambil memukul-mukul sebuah  wadah seperti mangkok emas di tengah derasnya hujan.   Terlihat, wanita paruh baya tersebut sesekali berhenti dan duduk di tengah lintasan sambil membacakan mantra tertentu serta menengadah ke atas seolah-olah sedang memohon sesuatu kepada Yang Maha Kuasa. Belakangan diketahui bahwa wanita tersebut adalah Rara Isti Wulandari atau biasa disapa Mbak Rara. Wanita keahiran Papua, 22 Oktober 1983 ini merupakan seorang Paranormal, Ahli Tarot, dan Pawang Hujan yang saat ini berdomisili di Denpasar, Bali.

Mbak Rara didapuk oleh Mandalika Grand Prix Association dan Dorna agar gelaran acara tersebut bebas dari hujan. Cuaca yang sebelumnya panas terik mendadak hujan deras sehingga race harus diundur demi keselamatan para pembalap. Demi kelancaran Pertamina Grand Prix of Indonesia yang amat dinanti, pawang hujan akhirnya turun tangan dengan rangkaian ritualnya.

Aksi mbak Rara ini sempat mencuri perhatian banyak pihak, mulai dari dalam negeri hingga luar negeri. Salah seorang pembalap asal Perancis, Fabio Quartararo terlihat ikut menirukan aksinya. Entah kebetulan atau bagaimana, siapa sangka ritual pawang hujan itu membuahkan hasil dan MotoGP Mandalika 2022 akhirnya bisa dimulai.    

Bukan rahasia lagi, jika perhelatan-perhelatan olahraga di Indonesia, terutama event-event besarnya, menggunakan jasa pawang hujan untuk mengendalikan cuaca. Ritual pawang hujan sudah sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya ketika sedang ada acara besar. Pernikahan, acara budaya, sampai tradisi kampung adalah momen yang biasanya menyertakan sosok pawang hujan. Meski banyak yang sangsi dengan keampuhannya, toh banyak yang memanfaatkannya demi kelancaran hajat.

Bangsa Indonesia sebenarnya bukan satu-satunya negara yang masih menerapkan praktik pawang hujan di era serba digital ini. Negara tetangga seperti Thailand misalnya, mereka menghalau hujan dengan menggunakan serai dan seorang gadis perawan. Masyarakat setempat menancapkan sebatang serai ke tanah dan meminta seorang gadis perawan berdoa agar hujan berhenti turun. Ritual ini dipercaya dapat menangkal awan badai sehingga cuaca hari itu lebih cerah dan acara bisa berjalan lancar.

Sebenarnya apa  itu Pawang Hujan dan Bagaimana Asal Muasalnya?

Pawang hujan adalah sebutan untuk seseorang dalam masyarakat Indonesia yang dipercaya memiliki ilmu gaib dan dapat mengendalikan hujan atau cuaca. Umumnya, pawang hujan mengendalikan cuaca dengan memindahkan awan. Jasa pawang hujan biasanya dipakai untuk acara-acara besar seperti perkawinan, konser musik dan banyak lagi (Wikipedia).

Ritual terkait hujan ini sudah berlaku turun temurun. Saking lamanya, tidak diketahui sejarah awal tradisi yang terus berakar hingga sekarang. Dalam tulisan yang terbit di jurnal AlQALAM, dijelaskan bahwa masyarakat sebetulnya percaya pada kuasa Tuhan Yang Maha Esa. Namun, ikhtiar atau usaha tetap diperlukan untuk mewujudkan keinginan. Usaha diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan nyare'at dan doa yang dipanjatkan pawang. Dijelaskan juga dalam jurnal tersebut bahwa pawang hanya memindahkan hujan dari satu tempat ke tempat lain. Terkait keberhasilannya, rata-rata responden menyatakan ini adalah bagian dari usaha manusia. Berhasil atau tidak dikembalikan lagi pada yang memiliki kuasa

Sesuai sifatnya sebagai pengetahuan yang diturunkan antar generasi, tiap pawang hujan mempunyai mekanisme yang berbeda. Berikut adalah contoh tradisi yang digunakan oleh pawang hujan yang berlaku di salah satu provinsi di pulau jawa:

Tata cara dan mekanisme pawang hujan

 

1.    Menggunakan beberapa jenis minuman sebagai persembahan pada makhluk halus

2.    Menggunakan mantra dan meminta keluarga pengguna jasa pawang hujan untuk membacanya

3.    Menggunakan media rantang nasi dan payung hitam

4.    Membalikkan sapu lidi bekas dan ditancapkan bawang serta cabai mera

5.    Melarang pawang dan pengguna jasanya mandi sepanjang hari

6.    Menggunakan persembahan puluhan linting rokok dari daun nipah

7.    Tidak boleh menyentuh air dan puasa tidak makan, minum, serta tidur.

8.    Berziarah ke makam orang yang dianggap memiliki kelebihan.


Berbeda dengan cara kerja pawang hujan yang cenderung mengedepankan aspek ritual, maka ada cara lain yang lebih bisa diterima nalar sehat dalam upaya memodifikasi cuaca agar sesuai dengan yang diharapkan. Cara tersebut adalah dengan menggunakan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

Apa itu Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC)?

Teknologi modifikasi cuaca adalah salah satu bentuk upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan.
Dikutip dari situs BPPT (sekarang Pusat Sains BRIN), tujuan modifikasi cuaca umumnya untuk meningkatkan intensitas curah hujan di suatu tempat (rain enhancement) atau dapat juga digunakan untuk kondisi sebaliknya (rain reduction). Dalam konteks pemanasan global yang mengakibatkan terjadinya perubahan iklim, TMC menjadi salah satu solusi yang bisa diandalkan dalam mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan oleh bencana yang disebabkan oleh faktor iklim dan cuaca.

Cara Kerja Teknologi Modifikasi Cuaca

Selama ini, masyarakat mengenal TMC menggunakan pesawat yang menghantarkan bahan semai berupa NaCl ke awan melalui udara. Ternyata, ada metode lain untuk menghantarkan bahan semai itu ke awan.

Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mengembangkan metode penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, diantaranya dengan menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis.

Kedua metode ini mempunyai prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya. Tak heran, metode GBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan.


Penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca Dalam Pagelaran MotoGP Mandalika 2022

 

Dilansir dari Kompas.com, Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi telah meminta pelaksanaan operasi TMC untuk mendukung Destinasi Pariwisata Super Prioritas Mandalika sebagai bagian dari upaya persiapan penyelenggaraan event series race MotoGP 2022.  

Operasi TMC di Mandalika didukung 1 unit armada pesawat Casa 212-200 dari Skadron 4 TNI AU Lanud Abdulrahman Saleh, Malang. Komando operasi dipegang oleh M. Djazim Syaifullah, staff pelaksana dari Laboratorium Pengelolaan TMC yang ditunjuk sebagai Koordinator Lapangan untuk Operasi TMC di Mandalika. Terlepas dari cara apa yang telah berhasil memodifikasi curah hujan pada pagelaran MotoGP Mandalika 2022, kita patut bersyukur bahwa pagelaran balapan  MotoGP Mandalika 2022 pada Minggu, 20 Maret 2022 kemaren dapat berjalan dengan lancer.


(Narasi oleh : Kholis)


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini