Bagi pegawai yang bekerja pada bidang kehumasan, sangat penting untuk terus meningkatkan permainan fotografi kita sehingga akan mendukung kualitas media kehumasan menjadi
lebih baik. Oleh karena itu, penulis ingin menjelaskan hal yang sangat mendasar
dalam fotografi untuk sesama rekan humas ataupun pembaca lainnya.
Penulis ingin menjelaskan pesan dari segitiga exposure adalah
menyeimbangkan intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera melalui 3 metode
yang berbeda. Berikut merupakan pengertian dari:
a.
Aperture adalah seberapa
banyak cahaya yang masuk melalui lensa (sangat penting terhadap efek depth of
field/bokeh)
b.
Shutter Speed adalah
kecepatan waktu aperture terbuka dalam menerima cahaya yang masuk.
c.
ISO adalah tingkat sensitivitas sensor
kamera
Penulis
akan menjelaskan masing-masing dari 3 elemen tersebut secara singkat dan tidak
terlalu teknis. Namun sebelum menjelaskan lebih lanjut, dapat dilihat gambar di
bawah untuk pengaruh dari masing-masing elemen terhadap exposure
Jadi
dapat dilihat apabila kita memakai kamera dan mengatur aperture ke
angkah rendah seperti F4 ke bawah, maka hasil yang didapatkan akan menjadi
lebih bokeh, dengan fokus utama pada objek dan background yang blur. F
yang dimaksud ini adalah F-stop dan apabila semakin kecil angka F-stop
tersebut maka akan semakin besar bukaan lensa dan sebaliknya.
Bagi kalian
yang suka foto objek berupa manusia (portrait) disarankan untuk
menggunakan F-stop yang lebih kecil sehingga menghasilkan foto lebih
indah dengan efek bokeh. Sementara kalian yang suka foto objek berupa Gedung
bangunan atau alam (landscape) maka disarankan untuk menggunakan f-stop
yang lebih besar (F8 ā F32) untuk menghasilkan detail yang lebih jelas untuk
setiap bagian objek foto.
Sumber: eternafilms.com
Shutter
Speed mengatur durasi bukaan jendela sensor ketika menerima
paparan cahaya sebelum menutup kembali. Semakin lama shutter speed
terbuka, maka semakin banyak intensitas cahaya masuk ke dalam film/sensor,
sehingga menghasilkan foto lebih terang. Shutter speed diukur dengan
satuan āSā atau second dan dinyatakan dalam 1/500, 1/250, 1/125, 1/60, 1/30,
1/15, 1/8, 1/4, 1/2.
Artinya,
semakin tinggi shutter speed kalian (seperti 1/500 dan 1/250) maka semakin
cepat jendela sensor membuka lalu menutup kembali, dan hasil gambar yang
dihasilkan akan lebih tajam. Apabila mengambil foto air terjun dengan nilai shutter
speed tinggi (1/125), maka air terjun yang didapatkan akan seperti beku, karena
jendela sensor hanya membuka selama 0,125 detik untuk menangkap gambar objek
bergerak pada foto. Sebaliknya, kalau menggunakan shutter speed rendah, maka
efek yang timbul adalah gambar foto blur akibat kamera yang menangkap foto
membutuhkan waktu beberapa detik. Untuk kalian yang mau menggunakan shutter
speed rendah maka sangat disarankan untuk menggunakan tripod supaya hasil
kamera tidak goyang dan blur.
|
|
Shutter Tinggi |
Shutter Rendah |
Sumber: Pixel.web.id
ISO adalah tingkat sensitifitas
sensor kamera terhadap cahaya. Semakin rendah nilai ISO maka hasil foto akan
semakin gelap, sebaliknya nilai ISO semakin tinggi maka semakin terang foto
yang dihasilkan. Namun apabila nilai ISO semakin tinggi maka akan menghasilkan
gambar yang banyak noise (bintik hitam) pada foto, sedangkan semakin rendah
nilai ISO maka akan semakin jernih foto tersebut. Sehingga apabila mengambil
gambar, diusahakan untuk mencari cahaya baik buatan ataupun alami (cahaya
matahari) untuk tetap mengusahakan nilai ISO yang digunakan tetap rendah.
sumber: daisymorris.weebly.com
Jadi, bagaimana cara mengetahui exposure yang
tepat untuk mengambil gambar?
Apabila
menggunakan kamera baik Canon ataupun Nikon, seringkali terdapat mode-mode yang
mengutamakan salah satu elemen. Misal, apabila menggunakan mode S, maka kita
hanya perlu mengatur shutter yang kita inginkan dan sistem kamera akan
mengatur dengan sendiri ISO yang dibutuhkan dan sebaliknya. Namun, apabila kita
menginginkan kebebasan yang lebih besar dengan menggunakan mode manual (baik DSLR,
Mirorrless, HP) maka dapat dilihat keseimbangan dari tiga elemen
tersebut.
Misal anda menginginkan foto Portrait
(wajah orang) dengan aperture F2,8 supaya terlihat bokeh dan
indah. Maka, apabila di luar dengan cahaya matahari yang cukup maka dapat
menggunakan ISO 320 dengan shutter speed 1/60s untuk menangkap gambar dengan
depth of field yang bagus, jernih dan tidak blur. Apabila di dalam
ruangan maka dengan shutter speed yang sama namun ISO dinaikkan sesuai
dengan cahaya di dalam ruangan. Memang mungkin bagi sebagian orang awam melihat
hal-hal teknis seperti ini akan terkesan rumit, namun apabila sudah dipraktikkan
di lapangan maka akan terasa mudah.
Terakhir, penulis mengajak bagi
pembaca untuk mulai berlatih foto objek menggunakan mode manual karena
kebebasan yang sangat besar dan dapat melatih sense kita untuk
mengetahui lokasi, waktu, dan teknik pengambilan gambar yang tepat. Bagi kalian
yang masih belum memiliki kamera, tenang saja. Sudah banyak HP yang memiliki
mode fotografi manual atau pro, yang kalian bisa atur sendiri segitiga exposure-nya.
Apabila kamera HP kalian masih belum memilikinya juga, maka dapat kalian
download melalui aplikasi pihak ketiga di Playstore dan Apple Store yang
memiliki rating tinggi dan review banyak.
Jadi sering-seringlah
foto berbagai objek dan tingkatkan permainan fotografi kalian, nantikan seri
fotografi lainnya di artikel selanjutnya!
Penulis: Pelaksana Seksi HI KPKNL Manado
Sumber: