Sepekan terakhir kita kembali menerima
kabar tentang naiknya angka kasus infeksi COVID-19. Setelah Tahun 2020 kita
mengalami gelombang pertama COVID-19, Juli-Agustus Tahun 2021 menjadi salah
satu masa terkelam dengan adanya Gelombang Kedua COVID-19 akibat varian delta,
nampaknya kini kita perlu bersiap untuk mengatasi Gelombang Ketiga infeksi
COVID-19 setelah Omicron yang oleh WHO dikategorikan sebagai Variant of
Concern, masuk ke Indonesia. Percepatan infeksinya tak main-main, kasus aktif per
5 Februari 2022 mencapai lebih dari 163 ribu, naik signifikan dibandingkan
pertengahan Desember 2021 di mana jumlah kasus aktif ada di bawah angka 5000.
Ketika angka pertambahan kasus per hari saat Desember 2021 bahkan mencapai 100
orang, kini angka itu bertambah berkali-kali lipat hingga ada lebih dari 33
ribu tambahan kasus aktif per hari.
Dalam berbagai kesempatan, sejak WHO
merilis Varian Omicron sebagai Variant of Concern, Pemerintah Indonesia telah
bersiap-siap. Kini, cakupan vaksinasi di Indonesia cukup luas, bahkan masuk ke
5 besar dunia. Vaksin pertama mencapai lebih dari 186 juta, vaksin kedua lebih
dari 130 juta dan kini sedang gencar dilakukan vaksin booster bagi masyarakat
Indonesia. Fasilitas kesehatan baik obat, ventilator, ruangan perawatan, dan
stok oksigen sedang terus ditingkatkan. Pemerintah meminta masyarakat untuk
tidak panik, namun wajib meningkatkan kesadaran menjaga protokol kesehatan.
Protokol kesehatan seperti memakain
masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan tentu menjadi sebuah protokol wajib
untuk menghindari infeksi virus. Namun jangan lupa untuk berupaya menjaga imunitas
dengan memperkuat tubuh. Sejak pandemi merebak di dunia, sering kita dengan
tingkat fatalitas infeksi virus meningkat pada orang-orang dengan komorbiditas.
Komorbid adalah kondisi di mana seseorang menderita dua penyakit atau lebih di
saat bersamaan, biasanya penyakit tersebut bersifat kronis dan menahin sehingga
mempengaruhi sistem imun tubuh. Maka, selain menjalankan disiplin protokol
kesehatan dari luar, kita wajib memperkuat tubuh dari dalam, menghindari risiko
penyakit. Tidak bijaksana misalkan kita disiplin mengenakan masker dan upaya
dari luar yang lainnya, namun kita menjalankan pola hidup yang meningkatkan
risiko penyakit dari dalam.
Salah satu yang perlu kita
lakukan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas adalah menjaga
kebugaran tubuh. Terdapat dua hal penting yang menjadi faktor penunjang utama
kesehatan. Dua hal utama yang dapat diibaratkan sebagai kaki kiri dan kanan,
salah satunya tidak dapat ditinggalkan. Pertama adalah olahraga yang cukup.
Kedua adalah menjaga pola makan. Salah satu tidak dapat ditinggalkan, salah satu
tidak dapat meninggalkan yang lain, perlu dijalankan beriringan. Namun
demikian, kedua kaki tersebut memiliki satu fondasi yang mendasari apa yang
kita perbuat : MINDSET. Pola pikir dan niat yang menjadi dasar keinginan kita
menjaga kesehatan, keinginan memiliki kualitas hidup yang baik, keinginan memiliki
raga dan pikiran sehat hingga hari tua. Dengan dasar mindset tersebut, kita
akan memiliki sumber kekuatan untuk melakukan olahraga dan menjalankan pola
makan yang sehat.
Menjaga kesehatan diawali
dengan memiliki pola makan yang sehat. Ade Rai, seorang atlet dan pegiat
kesehatan pernah berkata, “Mulut adalah sumber kesehatan dan kesakitan”. Apa
yang kita makan, menentukan kualitas kesehatan kita. Mari sejenak kita evaluasi
pola makan kita. Sudahkah nutrisinya seimbang? Memiliki asupan protein yang
cukup? Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi gula (tak hanya gula dalam bentuk
gula rafinasi atau gula pasir, tapi juga berbagai glukosa yang terkandung dalam
karbohidrat sederhana seperti nasi putih, roti, mie, pasta)? Apakah makanan
kita rendah garam? Apakah sudah cukup serat? Apakah konsumsi air putih sudah
cukup?
Mari sejenak kita renungkan.
Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah TIDAK, kita perlu
merenung bagaimana kondisi kesehatan kita kelak, 5,10, 20 tahun ke depan.
Karena apa yang kita konsumsi saat ini akan kita tuai hasilnya kemudian.
Indonesia telah memiliki pedoman berupa Isi
Piringku yang dikeluarkan
Kementerian Kesehatan. Makan yang sehat bukan mengeliminasi unsur tertentu
seperti tidak mengkonsumsi karbohidrat. Makan yang sehat adalah makanan yang seimbang
unsurnya, pilih makanan yang kaya protein, jangan berlebihan menkonsumsi
karbohidrat dan gula yang dihasilkan, makan serat yang cukup, dan ingat segala
proses dalam tubuh kita memerlukan air dengan jumlah memadai dan kualitas yang
baik.
Makanan sehat tidak hanya berbicara
tentang porsi tapi juga cara pengolahan. Nutrisi dan kalori antara kol kukus
dan kol goreng tentu berbeda, atau olahan kentang kukus dan kentang goreng pun
sangat berbeda. Jangan mengolah makanan dan minuman kita dengan kadar gula dan
garam yang tinggi karena hal tersebut akan memperberat kinerja organ tubuh kita
yaitu pankreas dan ginjal. Kurangi mengolah makanan dengan cara menggoreng,
terutama deepfried. Metode kukus,
rebus, pepes, dan pengolahan yang minim minyak menjadi pilihan yang bijaksana.
Selain itu, pilihlah makanan yang bentuknya sedekat mungkin dengan alam. Kita
tidak pernah melihat ada pohon mie, pohon pasta, hewan sosis, hewan hamburger. Mari
kita mengurangi mengkonsumsi processed
food. Indonesia adalah negara yang luar biasa kaya akan pilihan makanan.
Sungguh kurang arif bijaksana jika kita memilih makanan berproses. Indonesia
kaya dengan sumber daya makanan, pilihan sumber karbohidrat dari beragam beras
merah, coklat, hitam, singkong, ubi, kentang, dan segala polo pendem yang beragam. Indonesia kaya beragam sayuran, kaya
ragam buah-buahan. Jangan membelakangi kekayaan sumber makanan Indonesia dengan
berpaling kepada makanan berproses.
Menjaga pola makan harus diimbangi
dengan olahraga. Pilihan olahraga
juga perlu seimbang antara kebutuhan kekuatan otot jantung yang berasal dari
kardio, dan olahraga yang berfokus pada olah tubuh. Melengkapi jenis olahraga
akan semakin membuat kesehatan kita berkualitas. Olahraga yang melatih otot
jantung dapat kita akses dari berbagai media baik kelas zoom atau video di
youtube yang berisi berbagai kegiatan aerobik, zumba, atau jenis olahraga lain.
Apabila kita tidak/belum memiliki peralatan olahraga, hal tersebut bukan alasan
untuk tidak berolahraga. Kita dapat menggunakan tubuh kita sendiri sebagai
peralatan olahraga dengan melakukan gerakan sit up, push up, planking, squat,
atau menggunakan botol air mineral sebagai beban. Segala olahraga dapat
dilakukan di rumah, apabila kita konsisten, memiliki niat yang kuat, dan
mendedikasikan waktu. Idealnya, kita berolahraga selama sekurang-kurangnya 150
menit per minggu atau kurang lebih 30 menit selama 5 kali seminggu.
Awal kita mencoba konsisten
berolahraga mungkin akan terasa berat. Setelah latihan mungkin tubuh kita
terasa nyeri. Itu adalah reaksi yang wajar mengingat otot tubuh kita mungkin
jarang bergerak aktif. Jangan berhenti dan tetap upayakan kita konsisten
berolahraga. Tubuh kita lebih cerdas dan lebih kuat dari apa yang kita duga. Niatkan
tujuan tidak hanya demi berat badan yang ideal, tapi juga pandang 5, 10, 25
tahun ke depan, apa yang kita tuai dari menjaga pola makan dan konsisten berolahraga.
Dedikasikan waktu, jangan sekadar luangkan waktu. Jika kita tidak
mendedikasikan waktu kita, akan ada seribu satu alasan yang dapat kita gunakan.
Lakukan sekarang, jangan tunda, demi kesehatan jangka panjang dan kehidupan
yang berkualitas.
(ditulis
oleh Neni Puji Artanti dengan disupervisi oleh pelatih kebugaran bersertifikat/ Foto oleh Satria Islam Putra Sarabis)