Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Malang > Artikel
Memperkuat Protokol Kesehatan dari Dalam Tubuh
Neni Puji Artanti
Minggu, 06 Februari 2022   |   298 kali

          Sepekan terakhir kita kembali menerima kabar tentang naiknya angka kasus infeksi COVID-19. Setelah Tahun 2020 kita mengalami gelombang pertama COVID-19, Juli-Agustus Tahun 2021 menjadi salah satu masa terkelam dengan adanya Gelombang Kedua COVID-19 akibat varian delta, nampaknya kini kita perlu bersiap untuk mengatasi Gelombang Ketiga infeksi COVID-19 setelah Omicron yang oleh WHO dikategorikan sebagai Variant of Concern, masuk ke Indonesia. Percepatan infeksinya tak main-main, kasus aktif per 5 Februari 2022 mencapai lebih dari 163 ribu, naik signifikan dibandingkan pertengahan Desember 2021 di mana jumlah kasus aktif ada di bawah angka 5000. Ketika angka pertambahan kasus per hari saat Desember 2021 bahkan mencapai 100 orang, kini angka itu bertambah berkali-kali lipat hingga ada lebih dari 33 ribu tambahan kasus aktif per hari.

          Dalam berbagai kesempatan, sejak WHO merilis Varian Omicron sebagai Variant of Concern, Pemerintah Indonesia telah bersiap-siap. Kini, cakupan vaksinasi di Indonesia cukup luas, bahkan masuk ke 5 besar dunia. Vaksin pertama mencapai lebih dari 186 juta, vaksin kedua lebih dari 130 juta dan kini sedang gencar dilakukan vaksin booster bagi masyarakat Indonesia. Fasilitas kesehatan baik obat, ventilator, ruangan perawatan, dan stok oksigen sedang terus ditingkatkan. Pemerintah meminta masyarakat untuk tidak panik, namun wajib meningkatkan kesadaran menjaga protokol kesehatan.

          Protokol kesehatan seperti memakain masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan tentu menjadi sebuah protokol wajib untuk menghindari infeksi virus. Namun jangan lupa untuk berupaya menjaga imunitas dengan memperkuat tubuh. Sejak pandemi merebak di dunia, sering kita dengan tingkat fatalitas infeksi virus meningkat pada orang-orang dengan komorbiditas. Komorbid adalah kondisi di mana seseorang menderita dua penyakit atau lebih di saat bersamaan, biasanya penyakit tersebut bersifat kronis dan menahin sehingga mempengaruhi sistem imun tubuh. Maka, selain menjalankan disiplin protokol kesehatan dari luar, kita wajib memperkuat tubuh dari dalam, menghindari risiko penyakit. Tidak bijaksana misalkan kita disiplin mengenakan masker dan upaya dari luar yang lainnya, namun kita menjalankan pola hidup yang meningkatkan risiko penyakit dari dalam.

Salah satu yang perlu kita lakukan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas adalah menjaga kebugaran tubuh. Terdapat dua hal penting yang menjadi faktor penunjang utama kesehatan. Dua hal utama yang dapat diibaratkan sebagai kaki kiri dan kanan, salah satunya tidak dapat ditinggalkan. Pertama adalah olahraga yang cukup. Kedua adalah menjaga pola makan. Salah satu tidak dapat ditinggalkan, salah satu tidak dapat meninggalkan yang lain, perlu dijalankan beriringan. Namun demikian, kedua kaki tersebut memiliki satu fondasi yang mendasari apa yang kita perbuat : MINDSET. Pola pikir dan niat yang menjadi dasar keinginan kita menjaga kesehatan, keinginan memiliki kualitas hidup yang baik, keinginan memiliki raga dan pikiran sehat hingga hari tua. Dengan dasar mindset tersebut, kita akan memiliki sumber kekuatan untuk melakukan olahraga dan menjalankan pola makan yang sehat.

Menjaga kesehatan diawali dengan memiliki pola makan yang sehat. Ade Rai, seorang atlet dan pegiat kesehatan pernah berkata, “Mulut adalah sumber kesehatan dan kesakitan”. Apa yang kita makan, menentukan kualitas kesehatan kita. Mari sejenak kita evaluasi pola makan kita. Sudahkah nutrisinya seimbang? Memiliki asupan protein yang cukup? Tidak berlebihan dalam mengkonsumsi gula (tak hanya gula dalam bentuk gula rafinasi atau gula pasir, tapi juga berbagai glukosa yang terkandung dalam karbohidrat sederhana seperti nasi putih, roti, mie, pasta)? Apakah makanan kita rendah garam? Apakah sudah cukup serat? Apakah konsumsi air putih sudah cukup?

Mari sejenak kita renungkan. Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas adalah TIDAK, kita perlu merenung bagaimana kondisi kesehatan kita kelak, 5,10, 20 tahun ke depan. Karena apa yang kita konsumsi saat ini akan kita tuai hasilnya kemudian. Indonesia telah memiliki pedoman berupa Isi Piringku yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan. Makan yang sehat bukan mengeliminasi unsur tertentu seperti tidak mengkonsumsi karbohidrat. Makan yang sehat adalah makanan yang seimbang unsurnya, pilih makanan yang kaya protein, jangan berlebihan menkonsumsi karbohidrat dan gula yang dihasilkan, makan serat yang cukup, dan ingat segala proses dalam tubuh kita memerlukan air dengan jumlah memadai dan kualitas yang baik.

Makanan sehat tidak hanya berbicara tentang porsi tapi juga cara pengolahan. Nutrisi dan kalori antara kol kukus dan kol goreng tentu berbeda, atau olahan kentang kukus dan kentang goreng pun sangat berbeda. Jangan mengolah makanan dan minuman kita dengan kadar gula dan garam yang tinggi karena hal tersebut akan memperberat kinerja organ tubuh kita yaitu pankreas dan ginjal. Kurangi mengolah makanan dengan cara menggoreng, terutama deepfried. Metode kukus, rebus, pepes, dan pengolahan yang minim minyak menjadi pilihan yang bijaksana. Selain itu, pilihlah makanan yang bentuknya sedekat mungkin dengan alam. Kita tidak pernah melihat ada pohon mie, pohon pasta, hewan sosis, hewan hamburger. Mari kita mengurangi mengkonsumsi processed food. Indonesia adalah negara yang luar biasa kaya akan pilihan makanan. Sungguh kurang arif bijaksana jika kita memilih makanan berproses. Indonesia kaya dengan sumber daya makanan, pilihan sumber karbohidrat dari beragam beras merah, coklat, hitam, singkong, ubi, kentang, dan segala polo pendem yang beragam. Indonesia kaya beragam sayuran, kaya ragam buah-buahan. Jangan membelakangi kekayaan sumber makanan Indonesia dengan berpaling kepada makanan berproses.

Menjaga pola makan harus diimbangi dengan olahraga. Pilihan olahraga juga perlu seimbang antara kebutuhan kekuatan otot jantung yang berasal dari kardio, dan olahraga yang berfokus pada olah tubuh. Melengkapi jenis olahraga akan semakin membuat kesehatan kita berkualitas. Olahraga yang melatih otot jantung dapat kita akses dari berbagai media baik kelas zoom atau video di youtube yang berisi berbagai kegiatan aerobik, zumba, atau jenis olahraga lain. Apabila kita tidak/belum memiliki peralatan olahraga, hal tersebut bukan alasan untuk tidak berolahraga. Kita dapat menggunakan tubuh kita sendiri sebagai peralatan olahraga dengan melakukan gerakan sit up, push up, planking, squat, atau menggunakan botol air mineral sebagai beban. Segala olahraga dapat dilakukan di rumah, apabila kita konsisten, memiliki niat yang kuat, dan mendedikasikan waktu. Idealnya, kita berolahraga selama sekurang-kurangnya 150 menit per minggu atau kurang lebih 30 menit selama 5 kali seminggu.

Awal kita mencoba konsisten berolahraga mungkin akan terasa berat. Setelah latihan mungkin tubuh kita terasa nyeri. Itu adalah reaksi yang wajar mengingat otot tubuh kita mungkin jarang bergerak aktif. Jangan berhenti dan tetap upayakan kita konsisten berolahraga. Tubuh kita lebih cerdas dan lebih kuat dari apa yang kita duga. Niatkan tujuan tidak hanya demi berat badan yang ideal, tapi juga pandang 5, 10, 25 tahun ke depan, apa yang kita tuai dari menjaga pola makan dan konsisten berolahraga. Dedikasikan waktu, jangan sekadar luangkan waktu. Jika kita tidak mendedikasikan waktu kita, akan ada seribu satu alasan yang dapat kita gunakan. Lakukan sekarang, jangan tunda, demi kesehatan jangka panjang dan kehidupan yang berkualitas.

(ditulis oleh Neni Puji Artanti dengan disupervisi oleh pelatih kebugaran bersertifikat/ Foto oleh Satria Islam Putra Sarabis)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini