Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Malang > Artikel
Tahun 2020, Perjalanan Panjang Penuh Refleksi
Neni Puji Artanti
Senin, 28 Desember 2020   |   305 kali

Saya rasa, tak akan ada satu manusia pun yang dapat melupakan Tahun 2020 ini. Sebuah perjalanan panjang bagi siapa pun.  Semua orang pasti membuka awal tahun dengan banyak harapan dan cita-cita. Tak ada yang menyangka bahwa peradaban manusia diharuskan melakukan perubahan drastis dalam tata laku kehidupannya. Seluruh umat manusia  ada dalam mode bertahan (survival). Manusia yang merupakan makhluk sosial, terdiri atas tatanan kehidupan dari interaksi sesama, dipaksa membatasi interaksi secara masif hingga taraf yang ekstrim, demi memutus penyebaran pagebluk.

Perusahaan-perusahaan raksasa mencoba keras bertahan, beberapa berhasil, beberapa menyerah. Pemutusan hubungan kerja meningkat, di Indonesia saja tercatat peningkatan jumlah pengangguran menunjukkan angka 2,67 juta. Jutaan pekerja bekerja dari rumah dengan segala penyesuaiannya. Pembelajaran dilakukan dari jarak jauh, tak peduli kesiapan fasilitas dan literasi digital yang belum sepenuhnya merata di Indonesia. Hari Raya Keagamaan yang identik dengan interaksi, harus dibatasi. Entah berapa orang yang merayakan hari besarnya dalam kesendirian. Perubahan demi keselamatan, nyaman tak nyaman, harus dilakukan. Untuk itulah, di penghujung tahun 2020, sepatutnya kita bersyukur lebih besar dan lebih khidmat dibanding waktu-waktu sebelumnya. Bahwa kita dalam kondisi apapun saat ini, sedang dan masih bertahan. 

Pandemic Fatigue, sebuah istilah yang didefinisikan sebagai kelelahan fisik dan mental akan pandemi COVID-19. Kebosanan berada di dalam rumah secara terus menerus, tuntutan pekerjaan, kebutuhan akan berwisata dialami sebagian masyarakat. Kelelahan yang manusiawi, namun bukan tanpa risiko. Justru sangat berisiko karena mulai muncul rasa abai akan protokol kesehatan dan rasa keamanan yang semu. Kelelahan fisik akibat segala keterbatasan interaksi dialami nyaris semua orang, namun bertahan adalah sebuah keharusan. Lelah fisik ini rasanya tak seberapa dibanding lelah mental yang kita alami. Keterbatasan kondisi sehingga mau tak mau harus menahan rasa rindu untuk tak bertemu keluarga, lelah pikir mencari cara bertahan secara finansial hari demi hari yang dialami banyak orang tak sepenuhnya berprivilese, kelelahan hati di mana hari demi hari kita mendengar kabar sedih dan kabar lelayu.

Kami sendiri di KPKNL Malang pada tahun ini kehilangan dua pegawai terbaik kami. Bapak Tedy Indra Kurniawan dan Ibu Sri Pudji Astuti berpulang ke Rahmatullah dalam kondisi kami bersaksi atas kebaikan beliau-beliau. Hormat kami paling dalam kami haturkan kepada beliau berdua atas legacy yang ditinggalkan bagi kami, atas teladan dan semangatnya yang luar biasa. Doa terbaik yang bisa kami berikan. Beberapa kabar duka pun menghampiri kami baik dari keluarga jauh, dari kolega yang pernah berinteraksi dengan kami, dan dari kawan-kawan masa menuntut ilmu di masa pendidikan. Berita lelayu dan kabar sedih yang mematahkan hati di tahun yang panjang dan berat ini.

Begitu banyak pelajaran yang dapat kita petik dari tahun ini. Bahwa dengan segala keterbatasan, kita bahu membahu berusaha untuk tetap menghasilkan karya terbaik dengan tetap saling menjaga. Bahwa segala keterbatasan yang timbul, selama ini sebagai manusia kita sering luput mensyukuri banyak hal, take for granted. Bahwa keselamatan kita semua harus diupayakan oleh semua orang tanpa kecuali. Maka mari kita sempatkan bersapa dengan kawan dan keluarga meskipun melalui gawai untuk sekadar menanyakan kabar dan mendoakan akan kesehatan dan keselamatan mereka, agar tak menyesal kemudian. Bahwa dengan segala pencapaian dan rencana akbar manusia, di tahun ini kita diingatkan bahwa manusia begitu kecil. Di tahun ini kita belajar banyak tentang beradaptasi, tentang menerima kondisi, tentang berserah, dan tentang menjadi makhluk sosial yang sebenar –benarnya. Tak mudah, berliku dan terjal, namun kita belajar bahwa di atas segala kesulitan dan perbedaan, yang paling penting dan paling atas adalah : KEMANUSIAAN.

Selamat menyambut lembaran baru dengan perjuangan yang nampaknya tidak lebih mudah. Namun semoga hari-hari berikutnya dapat kita lalui dengan solidaritas yang semakin kokoh, dengan kondisi kesehatan yang membaik,  dengan harapan yang akan selalu ada apapun kondisi yang kita alami. Karena setelah awan kelabu, akan hadir semburat cantik matahari terbit di keesokan hari.

Ditulis oleh Neni Puji Artanti sebagai refleksi pribadi.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini