Saya rasa, tak akan ada satu
manusia pun yang dapat melupakan Tahun 2020 ini. Sebuah perjalanan panjang bagi
siapa pun. Semua orang pasti membuka
awal tahun dengan banyak harapan dan cita-cita. Tak ada yang menyangka bahwa
peradaban manusia diharuskan melakukan perubahan drastis dalam tata laku
kehidupannya. Seluruh umat manusia ada
dalam mode bertahan (survival).
Manusia yang merupakan makhluk sosial, terdiri atas tatanan kehidupan dari
interaksi sesama, dipaksa membatasi interaksi secara masif hingga taraf yang
ekstrim, demi memutus penyebaran pagebluk.
Perusahaan-perusahaan raksasa
mencoba keras bertahan, beberapa berhasil, beberapa menyerah. Pemutusan
hubungan kerja meningkat, di Indonesia saja tercatat peningkatan jumlah
pengangguran menunjukkan angka 2,67 juta. Jutaan pekerja bekerja dari rumah
dengan segala penyesuaiannya. Pembelajaran dilakukan dari jarak jauh, tak
peduli kesiapan fasilitas dan literasi digital yang belum sepenuhnya merata di
Indonesia. Hari Raya Keagamaan yang identik dengan interaksi, harus dibatasi.
Entah berapa orang yang merayakan hari besarnya dalam kesendirian. Perubahan
demi keselamatan, nyaman tak nyaman, harus dilakukan. Untuk itulah, di
penghujung tahun 2020, sepatutnya kita bersyukur lebih besar dan lebih khidmat dibanding
waktu-waktu sebelumnya. Bahwa kita dalam kondisi apapun saat ini, sedang dan
masih bertahan.
Pandemic Fatigue, sebuah istilah yang didefinisikan sebagai
kelelahan fisik dan mental akan pandemi COVID-19. Kebosanan berada di dalam
rumah secara terus menerus, tuntutan pekerjaan, kebutuhan akan berwisata
dialami sebagian masyarakat. Kelelahan yang manusiawi, namun bukan tanpa
risiko. Justru sangat berisiko karena mulai muncul rasa abai akan protokol
kesehatan dan rasa keamanan yang semu. Kelelahan fisik akibat segala
keterbatasan interaksi dialami nyaris semua orang, namun bertahan adalah sebuah
keharusan. Lelah fisik ini rasanya tak seberapa dibanding lelah mental yang
kita alami. Keterbatasan kondisi sehingga mau tak mau harus menahan rasa rindu
untuk tak bertemu keluarga, lelah pikir mencari cara bertahan secara finansial
hari demi hari yang dialami banyak orang tak sepenuhnya berprivilese, kelelahan
hati di mana hari demi hari kita mendengar kabar sedih dan kabar lelayu.
Kami sendiri di KPKNL Malang pada
tahun ini kehilangan dua pegawai terbaik kami. Bapak Tedy Indra Kurniawan dan
Ibu Sri Pudji Astuti berpulang ke Rahmatullah dalam kondisi kami bersaksi atas
kebaikan beliau-beliau. Hormat kami paling dalam kami haturkan kepada beliau
berdua atas legacy yang ditinggalkan
bagi kami, atas teladan dan semangatnya yang luar biasa. Doa terbaik yang bisa
kami berikan. Beberapa kabar duka pun menghampiri kami baik dari keluarga jauh,
dari kolega yang pernah berinteraksi dengan kami, dan dari kawan-kawan masa
menuntut ilmu di masa pendidikan. Berita lelayu
dan kabar sedih yang mematahkan hati di tahun yang panjang dan berat ini.
Begitu banyak pelajaran yang dapat
kita petik dari tahun ini. Bahwa dengan segala keterbatasan, kita bahu membahu
berusaha untuk tetap menghasilkan karya terbaik dengan tetap saling menjaga.
Bahwa segala keterbatasan yang timbul, selama ini sebagai manusia kita sering
luput mensyukuri banyak hal, take for
granted. Bahwa keselamatan kita semua harus diupayakan oleh semua orang
tanpa kecuali. Maka mari kita sempatkan bersapa dengan kawan dan keluarga
meskipun melalui gawai untuk sekadar menanyakan kabar dan mendoakan akan
kesehatan dan keselamatan mereka, agar tak menyesal kemudian. Bahwa dengan
segala pencapaian dan rencana akbar manusia, di tahun ini kita diingatkan bahwa
manusia begitu kecil. Di tahun ini kita belajar banyak tentang beradaptasi,
tentang menerima kondisi, tentang berserah, dan tentang menjadi makhluk sosial
yang sebenar –benarnya. Tak mudah, berliku dan terjal, namun kita belajar bahwa
di atas segala kesulitan dan perbedaan, yang paling penting dan paling atas
adalah : KEMANUSIAAN.
Selamat menyambut lembaran baru
dengan perjuangan yang nampaknya tidak lebih mudah. Namun semoga hari-hari
berikutnya dapat kita lalui dengan solidaritas yang semakin kokoh, dengan
kondisi kesehatan yang membaik, dengan
harapan yang akan selalu ada apapun kondisi yang kita alami. Karena setelah
awan kelabu, akan hadir semburat cantik matahari terbit di keesokan hari.
Ditulis oleh Neni Puji Artanti
sebagai refleksi pribadi.