Penullis: Hakim S.B. Mulyono,
Kasi HI KPKNL Bandar Lampung
Sebagian besar dari film yang bagus
akan terselip di dalamnya pesan moral untuk direnungkan penontonnya, tak
terkecuali film Equilibrium (2002) dan Oblivion (2013).
Dalam film Equilibrium, keberagaman
dianggap sebagai musuh dari penyeragaman. Film ini secara jelas menggambarkan
bahwa penyeragaman dianggap lebih efektif dibandingkan keberagaman. Dalam film
Oblivion, inovasi dianggap sebagai musuh dari upaya fokus pada tujuan. Film ini
secara jelas menggambarkan bahwa fokus pada tujuan dianggap lebih efektif
dibandingkan inovasi. Efektivitas adalah tema sentral dari kedua film tersebut.
Namun pada ujungnya, kedua film ini justru mempertanyakan ulang
anggapan-anggapan tersebut.
Kedua film ini dibagi dalam dua
bagian. Pada bagian awal, baik film Equilibrium maupun Oblivion, keduanya
sama-sama menceritakan tentang seorang tokoh yang menjalankan prinsip-prinsip
dalam hidupnya, sehingga ia menjadi pribadi yang efektif. Sang tokoh
digambarkan sebagai pribadi yang bisa dikatakan telah menerapkan
prinsip-prinsip efektivitas sebagaimana yang ditulis Stephen Covey dalam buku
The 7 Habits of Highly Effective People. Buku ini terkenal dengan julukan:
Tujuh Kebiasaan.
Sementara pada bagian kedua, baik film
Equilibrium maupun Oblivion, keduanya sama-sama menceritakan tentang perubahan
sang tokoh dari pribadi efektif menjadi pribadi yang luhur. Sang tokoh
digambarkan sebagai pribadi yang bisa dikatakan telah melampaui efektivitas dan
berubah menjadi pribadi yang menerapkan prinsip-prinsip keluhuran sebagaimana
yang ditulis Stephen Covey dalam buku The 8th Habit: From Effectiveness to
Greatness. Buku ini terkenal dengan julukan: Kebiasaan Kedelapan.
Dua film ini, secara menarik,
mengajarkan kepada kita bahwa menjadi efektif saja tidaklah cukup. Selain
efektif, seseorang perlu untuk menjadi luhur, terhormat, mulia, bijak, yang
dirangkum dalam kata Berjiwa Besar (Greatness). Sebab dengan efektivitas,
seseorang hanya akan bisa mengubah dirinya sendiri menjadi orang sukses. Namun
dengan keluhuran, seseorang dimungkinkan untuk mengubah lingkungannya menjadi
sukses. Dalam konteks buku Stephen Covey, kondisi tersebut tercermin dalam
ungkapan sederhananya: “Find your voice, and inspire others to find their
voice.”
***
Itulah kenapa seseorang yang
berkinerja tinggi, yang efektif sekaligus efisien, belumlah lengkap jika tidak
memiliki jiwa besar; yang salah satunya tercermin dari sikap memanusiakan
manusia.
***
Anda mungkin akan menemukan apa yang saya maksudkan di atas dengan menonton dua film tersebut tanpa harus membaca bukunya. Namun maksud itu tidak akan sepenuhnya Anda tangkap jika Anda belum membaca dua buku yang disebut di atas. Namun terkadang harus diakui bahwa membaca buku memang lebih memberatkan dibandingkan menonton film.