Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Kisaran > Artikel
Mendoan Garing, Bakpia Kukus, dan Pemanfaatan BMN
Mahmud Ashari
Senin, 02 Agustus 2021   |   1052 kali

Minggu ketiga bulan Juli yang lalu, Penulis mendapatkan pesan di grup whatsapp angkatan kuliah semasa menimba ilmu di Prodip (PKN STAN) tentang salah satu kuliner yang sedang bikin heboh grup angkatan. Seorang teman yang bertugas pada salah satu unit vertikal Kemenkeu di Yogyakarta membagikan postingan mengenai kuliner bakpia kukus. Haaa, bakpia kukus? Sebentar sebentar sebentar, bakpia kukus? Kagak salah ente bro? Yap, benar. Lahhh bakpia kan biasanya di panggang, kulitnya jadi garing dan isinya, baik kacang ijo, coklat, maupun isian yang lain menjadi empuk dan menyatu dengan lidah. Lhaa bakpia yang udah settle dengan singgasana “panggangan” kok sekarang malah dikukus? Dapat wangsit darimana itu yang memasaknya?

Pemikiran anda semua sama seperti pemikiran penulis. Kemunculan bakpia kukus bisa dianggap sebagai “penistaan” sebab si bakpia dipisahkan dari asli identitas sebelumnya dan mendapatkan identitas baru.

Kawan saya mengakui, kalo bakpia kukus tuh rasanya enak. Dia bertestimoni bahwa nggak ada yang salah dengan cita rasa sempalan salah satu kuliner legendaris itu. Oleh karena itu, nggak salah kalau saat ini bakpia kukus menjadi salah satu opsi oleh-oleh khas Jogja. Hmmm…okelah kalo begitu.

Sebenarnya dalam hal ini si bakpia kukus nggak sendirian. Ada satu kuliner khas daerah Banyumas yang bernasib sama dengan si bakpia, yaitu mendoan. Baik bakpia maupun mendoan saat ini sudah banyak “melenceng dari khittahnya”, dipisahkan dari ciri khas mereka sendiri. Aslinya, mendoan adalah tempe goreng tepung setengah matang (half done). Namanya aja mendoan, yang dalam dialek ngapak Banyumasan akronim itu merupakan singkatan dari mendo-mendo dipangan, yang  kurang lebih artinya ‘masih belum matang, sudah dimakan’. Tapi para produsen gorengan telah mem-face off mendoan asli menjadi tempe yang dilumuri tepung dan menggorengnya sampai matang (well done). Mendoan yang dulunya lembek dan unyu-unyu, disulap menjadi mendoan yang kempripik dan kriuk-kriuk. Tapi rasanya tetap enak tuh. Dan pangsa pasarnya juga ada. Terbukti dari eksistensinya, walaupun pada awalnya dipandang sebagai pengkhianatan terhadap originialitas mendoan setengah matang (half done).

Fenomena bakpia kukus maupun eksistensi mendoan well done merupakan salah satu bentuk inovasi terhadap salah satu produk yang sudah “dianggap” settle. Apa yang dianggap baik-baik saja di suatu masa, ternyata masih menyisakan ruang untuk dieksplore dan digali lebih dalam. Para pencetus ide bakpia kukus dan mendoan well done mungkin termasuk out of the box idea creator. Mungkin pada masa dicetuskannya mendoan well done, banyak mendatangkan cibiran dan pandangan miring, mosok mendoan kok matang 100 persen dan garing, lhaa kan aneh. Namun ternyata hal yang dianggap aneh itu, saat ini bisa diterima oleh pasar dan menjadi salah satu diversivikasi kuliner saat ini.

JIka direfleksikan pada tusi DJKN, khususnya pemanfaatan BMN, sudah saatnya pemikiran-pemikiran out of the box dicetuskan oleh jajaran DJKN untuk ditularkan kepada satker sebagai pengguna BMN. Kreativitas dalam memanfaatkan BMN idle agar menjadi diversifikasi atas asset utility perlu untuk ditingkatkan, agar tidak hanya bertumpu pada satu atau dua jenis pemanfaatan saja, pemanfaatan yang terkesan rutinitas dan itu-itu saja. Pemanfaatan asset BMN dapat lebih diekspansi dan dieksplorasi sehingga tercipta opsi-opsi pemanfaatan lain yang lebih optimal, tentunya masih dalam koridor perundang-undangan. Apa yang dipandang sebelah mata pada hari ini, mungkin akan menjadi salah satu inovasi dan produk unggulan di masa yang akan datang. So, jangan berhenti untuk berinovasi ya guys... 

Penulis: Mahmud Ashari, Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Kisaran
Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini