Indomaret, Alfamart; dua waralaba ritel yang penulis
yakin hampir semua diantara kita mengenalnya. Karena dua mini market itu tak ubahnya sepasang mata. Selalu
ada bersamaan, di tempat yang berdekatan, dan pandai melihat peluang.
Seandainya kamus peribahasa baru disusun hari ini, kita tak perlu heran kalau
muncul peribahasa “Ada Indomaret ada Alfamart” alih-alih “Ada gula ada semut”.
Hal tersebut tidak mengagetkan jika kita membuka data jumlah gerai kedua waralaba berprofit triliunan tersebut. Pada Januari 2020 tercatat sudah ada 17.681 gerai Indomaret (lokadata.id) dan 14.310 gerai Alfamart (market.bisnis.com). Luar biasa. Dengan dominasinya di sektor ritel, maka pantas jika Indomaret dan Alfamart dicatat sebagai salah satu aktor yang berkontribusi pada perekonomian Indonesia. Mengutip salah satu baris puisi karya maestro sastrawan Indonesia, Chairil Anwar dalam puisi yang berjudul “Catatan Tahun 1946” (di buku: Aku Ini Binatang Jalang), pada baris terakhir bait kedua: keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat. Penggalan puisi yang sangat kontekstual untuk menggambarkan posisi Indomaret dan Alfamart. Keduanya mendapatkan tempat di hampir seluruh komunitas masyarakat Indonesia.
Namun bukan posisi, tempat maupun pengaruh dua gerai
waralaba tersebut yang akan penulis angkat dalam artikel ini, namun salah satu kalimat
yang eksis dari kasir gerai waralaba tersebut saat konsumen melakukan
transaksi pembayaran, yaitu “pulsanya sekalian kak?”. Kalimat tersebut terkesan
sepele, namun demikian kalimat tersebut merupakan salah satu wujud strategi komunikasi
mereka dalam mengedukasi konsumen bahwa gerai mereka menyediakan pulsa,
memasarkannya dan tentunya bertujuan meningkatkan omset dan income gerai melalui
penjualan pulsa.
Strategi komunikasi itulah yang menurut Burnett dan
Moriarty (1998:4) menjadi faktor kunci dalam
memasarkan produk. Burnett dan Moriarty berdalih bahwa pemasaran di era “knowledge based society” telah mengubah
posisi komunikasi sebagai jantung kegiatan pemasaran. Dalam setiap kegiatan pemasaran,
orkestrasi elemen-elemen pemasaran memerlukan analisis yang terintegrasi. Komunikasi
pemasaran adalah elemen dari marketing
mix yang digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai elemen penting lainnya
dalam pemasaran untuk meningkatkan kemungkinan pembelian konsumen.
Nah jika dikorelasikan dengan pelaksanaan tugas dan
fungsi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sebagai ujung tombak (=gerai DJKN), maka tidak berlebihan kiranya
jika metode dan strategi komunikasi pemasaran kasir gerai Indomaret dan Alfamart
tersebut perlu dicontoh. Hal tersebut dapat diimplementasikan oleh KPKNL melalui
penugasan edukasi Penilai (Seksi Penilaian maupun Pejabat Fungsional Penilai) pada
saat dilaksanakan Lelang BMN oleh Seksi Pelayanan Lelang maupun Pejabat Fungsional
Pelelang. Dalam pelaksanaan lelang BMN yang notabene merupakan muara
pengelolaan aset milik negara,
para Penilai dapat memanfaatkan momen tersebut untuk “melakukan orkestrasi dan memasarkan
produknya” misalnya dengan mengedukasi Pengguna Barang mengenai alur penilaian
sampai dengan BMN tersebut ditetapkan jadwal lelang maupun nilai limitnya. Hal tersebut
bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada Pengguna Barang bahwa BMN yang pada
saat itu dilelang merupakan BMN yang secara usia pemanfaatan telah mendapatkan
izin untuk “dilikuidasi” dan nilai limit yang ditentukan merupakan nilai yang
telah melalui tahapan penilaian, jadi bukan nilai/harga yang tiba-tiba
ditetapkan atau ditentukan sepihak.
Selain itu, metode pemasaran Indomaret dan Alfamart juga dapat diimplementasikan pada “produk” tusi KPKNL yang lain, misalnya pada saat sosialisasi Pengelolaan Kekayaan Negara dapat disisipkan dengan edukasi alur tusi pelayanan lelang, sosialisasi pengurusan piutang Negara dapat disisipkan dengan edukasi mengenai alur tusi penilaian, pelaksanaan penerimaan permohonan lelang dapat disisipkan dengan alur tusi penanganan perkara, dan tusi-tusi lain di KPKNL yang saling beririsan. Hal ini merupakan perwujudan dari marketing mix sebagaimana yang dicetuskan oleh Burnett dan Moriarty.
Jika metode strategi tersebut dapat diterapkan secara serentak,
optimal, dan berkesinambungan, tidak berlebihan kiranya jika penulis
berhipotesis bahwa pemahaman para stakeholder mengenai tugas dan fungsi KPKNL
sebagai ujung tombak DJKN akan meningkat. Namun demikian, hal tersebut kembali
kepada kepedulian dari masing-masing personel KPKNL terhadap upaya mengedukasi
tusinya kepada stakeholder. Kewajiban kita adalah menyampaikan, sedangkan
kemauan untuk belajar dan memahami masing-masing orang tidak bisa kita
paksakan.
Anwar, Chairil. 1993. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Burnett, J and S.E Moriarty. 1998. Introduction to Marketing
Communications: an Integrated Approach. New York: Prentice-Hall.
https://lokadata.id/data/jumlah-gerai-indomaret-2015-2020-1586939036
Penulis: Mahmud Ashari (Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Kisaran)