Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Kisaran > Artikel
Belajar Strategi Komunikasi Pemasaran Ala Indomaret dan Alfamart
Mahmud Ashari
Minggu, 13 September 2020   |   6277 kali

Indomaret, Alfamart; dua waralaba ritel yang penulis yakin hampir semua diantara kita mengenalnya. Karena  dua mini market itu tak ubahnya sepasang mata. Selalu ada bersamaan, di tempat yang berdekatan, dan pandai melihat peluang. Seandainya kamus peribahasa baru disusun hari ini, kita tak perlu heran kalau muncul peribahasa “Ada Indomaret ada Alfamart” alih-alih “Ada gula ada semut”.

Hal tersebut tidak mengagetkan jika kita membuka data jumlah gerai kedua waralaba berprofit triliunan tersebut. Pada Januari 2020 tercatat sudah ada 17.681 gerai Indomaret (lokadata.id) dan 14.310 gerai Alfamart  (market.bisnis.com). Luar biasa. Dengan dominasinya di sektor ritel, maka pantas jika Indomaret dan Alfamart dicatat sebagai salah satu aktor yang berkontribusi pada perekonomian Indonesia. Mengutip salah satu baris puisi karya maestro sastrawan Indonesia, Chairil Anwar dalam puisi yang berjudul “Catatan Tahun 1946” (di buku: Aku Ini Binatang Jalang), pada baris terakhir bait kedua: keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat. Penggalan puisi yang sangat kontekstual untuk menggambarkan posisi Indomaret dan Alfamart. Keduanya mendapatkan tempat di hampir seluruh komunitas masyarakat Indonesia.

Namun bukan posisi, tempat maupun pengaruh dua gerai waralaba tersebut yang akan penulis angkat dalam artikel ini, namun salah satu kalimat yang eksis dari kasir gerai waralaba tersebut saat konsumen melakukan transaksi pembayaran, yaitu “pulsanya sekalian kak?”. Kalimat tersebut terkesan sepele, namun demikian kalimat tersebut merupakan salah satu wujud strategi komunikasi mereka dalam mengedukasi konsumen bahwa gerai mereka menyediakan pulsa, memasarkannya dan tentunya bertujuan meningkatkan omset dan income gerai melalui penjualan pulsa.

Strategi komunikasi itulah yang menurut Burnett dan Moriarty (1998:4) menjadi faktor kunci dalam memasarkan produk. Burnett dan Moriarty berdalih bahwa pemasaran di era “knowledge based society” telah mengubah posisi komunikasi sebagai jantung kegiatan pemasaran. Dalam setiap kegiatan pemasaran, orkestrasi elemen-elemen pemasaran memerlukan analisis yang terintegrasi. Komunikasi pemasaran adalah elemen dari marketing mix yang digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai elemen penting lainnya dalam pemasaran untuk meningkatkan kemungkinan pembelian konsumen.

Nah jika dikorelasikan dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) sebagai ujung tombak (=gerai DJKN), maka tidak berlebihan kiranya jika metode dan strategi komunikasi pemasaran kasir gerai Indomaret dan Alfamart tersebut perlu dicontoh. Hal tersebut dapat diimplementasikan oleh KPKNL melalui penugasan edukasi Penilai (Seksi Penilaian maupun Pejabat Fungsional Penilai) pada saat dilaksanakan Lelang BMN oleh Seksi Pelayanan Lelang maupun Pejabat Fungsional Pelelang. Dalam pelaksanaan lelang BMN yang notabene merupakan muara pengelolaan aset milik negara, para Penilai dapat memanfaatkan momen tersebut untuk “melakukan orkestrasi dan memasarkan produknya” misalnya dengan mengedukasi Pengguna Barang mengenai alur penilaian sampai dengan BMN tersebut ditetapkan jadwal lelang maupun nilai limitnya. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada Pengguna Barang bahwa BMN yang pada saat itu dilelang merupakan BMN yang secara usia pemanfaatan telah mendapatkan izin untuk “dilikuidasi” dan nilai limit yang ditentukan merupakan nilai yang telah melalui tahapan penilaian, jadi bukan nilai/harga yang tiba-tiba ditetapkan atau ditentukan sepihak.

Selain itu, metode pemasaran Indomaret dan Alfamart juga dapat diimplementasikan pada “produk” tusi KPKNL yang lain, misalnya pada saat sosialisasi Pengelolaan Kekayaan Negara dapat disisipkan dengan edukasi alur tusi pelayanan lelang, sosialisasi pengurusan piutang Negara dapat disisipkan dengan edukasi mengenai alur tusi penilaian, pelaksanaan penerimaan permohonan lelang dapat disisipkan dengan alur tusi penanganan perkara, dan tusi-tusi lain di KPKNL yang saling beririsan. Hal ini merupakan perwujudan dari marketing mix sebagaimana yang dicetuskan oleh Burnett dan Moriarty.

Selanjutnya, agar metode marketing mix tersebut lebih efektif dan efisien, setiap KPKNL bisa menunjuk agen atau duta Kekayaan Negara (agen/duta KN) yang memiliki kapabilitas dan kompetensi dalam memberikan edukasi terkait tusi-tusi DJKN sebagai “sales pemasaran” produk-produk (baca=tusi) DJKN, misalnya dalam setiap pelaksanaan lelang agen/duta KN tersebut dilibatkan dengan ditunjuk menjadi saksi kegiatan e-action sekaligus menjadi “loudspeaker” KPKNL untuk memberikan edukasi tusi DJKN.

Jika metode strategi tersebut dapat diterapkan secara serentak, optimal, dan berkesinambungan, tidak berlebihan kiranya jika penulis berhipotesis bahwa pemahaman para stakeholder mengenai tugas dan fungsi KPKNL sebagai ujung tombak DJKN akan meningkat. Namun demikian, hal tersebut kembali kepada kepedulian dari masing-masing personel KPKNL terhadap upaya mengedukasi tusinya kepada stakeholder. Kewajiban kita adalah menyampaikan, sedangkan kemauan untuk belajar dan memahami masing-masing orang tidak bisa kita paksakan.

 Referensi :

 Anwar, Chairil. 1993. Aku Ini Binatang Jalang. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Burnett, J and S.E Moriarty. 1998. Introduction to Marketing Communications: an Integrated Approach. New York: Prentice-Hall.

https://market.bisnis.com/read/20200217/192/1202171/sumber-alfaria-amrt-targetkan-pengoperasian-15.310-gerai-alfamart

https://lokadata.id/data/jumlah-gerai-indomaret-2015-2020-1586939036

Penulis: Mahmud Ashari (Kepala Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Kisaran)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini