Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Jambi > Artikel
Mengenal Perubahan Iklim dan Dampaknya
Helisa Wini Novita
Senin, 22 Januari 2024   |   3650 kali

Mari kita membahas tentang perubahan iklim, isu tentang perubahan iklim telah berkembang sejak dua dekade terakhir, semua orang di berbagai belahan bumi mulai membicarakan isu tersebut, bahkan muncul organisasi atau kelompok masyarakat yang serius mengkampanyekan agar kita peduli terhadap lingkungan yang mulai terasa tak ramah akibat dari dampak negatif perubahan iklim yang kian nyata.

Berdasarkan grafik tingkat karbon dioksida (CO2) di atmosfer selama 800.000 tahun, level CO2 di atmosfer mencapai puncaknya pada tahun 1950 dan terus meningkat hingga sekarang1. Perubahan iklim sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, sejak Revolusi Industri kita telah melepaskan karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya dalam jumlah besar ke atmosfer2. Penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batubara sebagai sumber energi utama, telah berkontribusi melepaskan karbon dioksida yang merupakan penyebab utama perubahan iklim.

Konsumsi produk yang berasal dari hewan juga menghasilkan gas rumah kaca lainnya seperti metana. Produksi pangan menghasilkan emisi karbon dioksida, metana, dan gas rumah kaca lainnya melalui pembukaan lahan untuk pertanian, peternakan hewan, produksi dan penggunaan pupuk, dan penggunaan energi berbahan bakar fosil untuk menjalankan peralatan pertanian3. Semua gas tersebut terlepas ke udara dan ketika sinar matahari masuk ke atmosfer, sebagian panas terperangkap di atmosfer dan terjadi peningkatan suhu bumi, inilah yang dinamakan efek rumah kaca.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan saat ini suhu bumi sekitar 1,1°C lebih panas dibandingkan masa pra-industri (sekitar tahun 1800)4. Para ilmuwan menyatakan bahwa suhu pemanasan global tidak boleh melebihi 2°C. Jika kenaikan suhu bumi melebihi batas tersebut, diperkirakan akan terjadi perubahan iklim yang sangat dahsyat, kenaikan muka air laut, cuaca ekstrem, dan kerusakan ekosistem di seluruh permukaan bumi. Berdasarkan Perjanjian Paris tahun 2015, 2°C ditetapkan sebagai batas atas suhu pemanasan global dan mengupayakan membatasi kenaikan hingga 1,5°C. Batas kenaikan suhu 1,5°C menjadi target atau tujuan yang ingin dicapai karena dapat mengurangi risiko dampak buruk perubahan iklim5.

Permasalahannya sekarang level CO2 global terus meningkat, laporan PBB menyebutkan bahwa bahwa emisi gas rumah kaca (GRK) global meningkat sebesar 1,2 dari tahun 2021 hingga 2022 dan mencapai rekor baru sebesar 57,4 gigaton karbon dioksida ekuivalen (Gt CO2e). Hal ini menyebabkan bumi berada pada jalur kenaikan suhu yang jauh melebihi target yang telah disepakati sebelumnya6.

Rata-rata permukaan air laut global meningkat 3,4 milimeter/tahun7, naiknya air laut seiring dengan meningkatnya suhu akibat pemanasan global, mencairnya lapisan es dan gletser mengakibatkan triliunan ton air tumpah ke lautan. Daerah pesisir akan terkena dampaknya, bukan tidak mungkin sebagian besar pulau akan hilang akibat naiknya permukaan laut.

Selanjutnya bagaimana cara menahan laju kenaikan suhu bumi, para pemimpin dunia menandatangani Perjanjian Paris sebagaimana telah dijelaskan di atas. Negara-negara menentukan target mereka masing-masing mengenai seberapa besar penurunan CO2 yang diemisikan. Indonesia telah menyampaikan target penurunan emisi GRK kepada Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) yang telah diperbaharui melalui dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) dengan kemampuan sendiri 31,89% dan dengan dukungan internasional sebesar 43,20%8

Negara-negara dunia termasuk Indonesia telah berupaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dengan mulai melakukan transisi energi kepada energi hijau yang ramah lingkungan, hal ini dilakukan agar kita tidak terus bergantung pada energi berbahan bakar fosil yang berkontribusi besar terhadap perubahan iklim. Kita bisa turut serta dalam mengurangi dampak perubahan iklim dengan mengurangi pengunaan kendaraan berbahan bakar fosil dengan mulai beralih ke kendaraan listrik atau bersepeda. Lebih memilih menggunakan transportasi publik ketimbang kendaraan pribadi juga bisa menjadi salah satu pilihan yang menarik.


Sumber :

1 https://earth.org/data_visualization/a-brief-history-of-co2/

2 https://www.epa.gov/climatechange-science/causes-climate-change

3 https://www.un.org/en/climatechange/science/causes-effects-climate-change

4 https://www.un.org/en/climatechange/science/key-findings

5 https://climate.mit.edu/ask-mit/why-did-ipcc-choose-2deg-c-goal-limiting-global-warming

6 https://www.unep.org/news-and-stories/press-release/nations-must-go-further-current-paris-pledges-or-face-global-warming

7 https://sealevel.nasa.gov/understanding-sea-level/global-sea-level/overview

8 https://www.menlhk.go.id/news/perdagangan-karbon-untuk-pencapaian-target-ndc-kontribusi-indonesia-bagi-agenda-perubahan-iklim-global/


 Penulis: Draya Tugus Kladery (Penilai Pemerintah Ahli Pertama KPKNL Jambi)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini