Bandara Dhoho Kediri: KPBU Unsolicited Pertama di Indonesia
Putu Tusta Ari Candhana
Jum'at, 19 Juli 2024 |
1823 kali
Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) menjadi
salah satu skema pembiayaan kreatif dalam pembangunan infrastruktur, di tengah
terbatasnya kemampuan APBN. Pembangunan infrastruktur sangat penting sebagai
upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu tantangan dalam pencapaian
pertumbuhan ekonomi adalah biaya logistik yang tinggi. Pembangunan
infrastruktur di sektor transportasi menjadi salah satu solusi terhadap
perrmasalahan tersebut. Selain itu, kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan mengakibatkan pembangunan infrastruktur seperti bandara dan
pelabuhan menjadi sangat relevan untuk mendukung interkoneksi antar daerah.
Pembangunan Bandara Dhoho Kediri menjadi salah satu
milestone penting dalam pelaksanan KPBU. Pembangunan bandara ini menjadi proyek
KPBU pertama yang diprakarsai oleh Badan Usaha (Unsolicited) (Kantor Bersama
KPBU, 2024). Pembangunan Bandara Dhoho dimulai sejak tahun 2021, diinisiasi
oleh badan usaha PT Gudang Garam, Tbk. melalui anak usahanya yaitu PT. Surya
Dhoho Investama. Jangka waktu kerjasama Bandara Dhodo adalah 50 tahun dengan
skema Design-Build-Finance-Operate-Maintain-Transfer (DBFOMT) dan estimasi
capital expenditure sebesar Rp.8,8 Triliun (Kantor Bersama KPBU Republik
Indonesia, 2022). Lebih lanjut, PT. Surya Dhoho Investama melakukan pengadaan
lahan/pembebasan lahan untuk proyek bandara. Perusahaan ini juga merancang,
membangun, membiayai, dan selanjutnya melakukan pengelolaan dan pemeliharaan
bandara. Setelah jangka waktu kerjasama berakhir, perusahaan meyerahkan
keseluruhan fasilitas dan infrastruktur kepada Pemerirntah Republik Indonesia
c.q Kementerian Perhubungan.
Bandara
Dhoho resmi beroperasi pada tanggal 5 April 2024, dengan spesifikasi berupa
landasan pacu sepanjang 3.300 meter dengan lebar 45 meter. Bandara ini mampu
menampung 1,5 juta penumpang pada tahap awal dan sekitar 10 juta penumpang pada
saat beroperasi penuh (Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri, 2024). Pengoperasian
bandara Dhoho dilakukan dengan skema Kerja Sama Operasi (KSO) antara Angkasa
Pura Airports dengan PT Surya Dhoho
Investama. Pembangunan Bandara Dhoho merupakan bagian dari upaya Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Timur dalam mengembangkan ekonomi di daerah Selingkar
Wilis yang meliputi Kabupaten Nganjuk, Kediri, Tulungagung, Trenggalek,
Ponorogo dan Madiun (Muchson & Kumar, 2023). Guna mendukung keberlangsungan
bisnis Bandara Dhoho, beberapa infrastruktur pendukung turut dibangun, antara
lain pembangunan tol Kediri-Tulungagung yang dibiayai oleh PT Gudang Garam,
Tbk. dan pembangunan jembatan Jongbiru yang didanai oleh Pemerintah Kabupaten
Kediri (F. Azzahra, 2023).
Artikel ini
akan membahas tidak hanya terkait dengan aspek ekonomi/finansial dari proyek
KPBU Bandara Dhoho namun juga terkait dengan aspek sosial dan lingkungan dalam
mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Aspek Ekonomi
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kediri pada tahun 2023 ialah sebesar 4,53%
sedikit dibawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yang sebesar
4,95%. Persentase laju pertumbuhan lapangan usaha tertinggi pada tahun 2021
hingga 2023 secara konsisten ialah pada sektor transportasi dan pergudangan
sebesar 10,06%, 14,81%, dan 9,96%. Berdasarkan studi yang dilakukan Harianto
(2021), sektor transportasi dan pergudangan di Kabupaten Kediri memiliki
potensi perkembangan yang lebih cepat dibandingkan dengan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Kediri yang memiliki comparative advantage
untuk sektor transportasi dan pergudangan, yang dapat mendukung keberlangsungan
bisnis Bandara Dhoho.
Pembangunan bandara juga akan memberikan trickle-down
economics bagi wilayah Kediri Raya (Kabupaten Nganjuk, Madiun, Ponorogo, Tulungagung,
Trenggalek dan Blitar) (Widodo et al., 2022). Adanya Bandara Dhoho akan
memberikan kemudahan mobilisasi bagi masyarakat, terbukanya kesempatan usaha
dan kesempatan kerja baru baik yang berkaitan langsung dengan kegiatan operasi
bandara ataupun kegiatan yang bersifat tak langsung, meliputi jasa
transportasi, penginapan dan pariwisata (Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM,
2023).
Pembangunan bandara
didanai oleh PT. Gudang Garam, Tbk. yang merupakan leader usaha industri
pengolahan di Kabupaten Kediri, dimana PT. Gudang Garam, Tbk. menyumbang
sekitar 70% produk domestik regional burto (PDRB) di Kota Kediri. Bandara Dhoho
diperkirakan akan turut mendukung sektor industri dan UMKM khususnya yang
bergerak pada industri perkebunan, peternakan, makanan, minuman dan industri
kertas. Industri-industri ini merupakan industri dengan tingkat spesialisasi
tinggi dan memiliki keunggulan komparatif di Kabupaten Kediri (Hidayah &
Sumanto, 2022). Adanya bandara ini diharapkan secara tidak langsung dapat
meningkatkan efisiensi bisnis dan biaya transaksi di Kabupaten Kediri.
Pada sektor pariwisata, data BPS merepresentasikan
tingkat wisatawan dan jumlah tempat wisata pada Kabupaten Kediri mengalami
peningkatan. Kabupaten Kediri yang berlokasi di lintasan dua daerah wisata
unggulan yaitu Yogyakarta dan Bali, menyimpan potensi wisata yang meliputi
wisata alam (Gunung Kelud dan Kawasan Wisata SLG), wisata budaya dan sejarah
(Situs Gambyok dan Situs Candi Dorok) dan wisata buatan (Kampung Inggris Pare
dan Agrowisata Sepawon) (Ghozali et al., 2021). Pengembangan sektor pariwisata
tersebut dapat didukung dengan adanya akses transportasi yang memadai melalui
Bandara Dhoho.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri yang dirilis oleh BPS, jumlah wisatawan nusantara (Wisnus) dan wisatawan mancanegara (Wisman) yang berkunjung ke beberapa objek wisata tersebut terus mengalami peningkatan pasca pandemi Covid-19 tahun 2020. Seperti yang terlihat pada gambar 1, jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Kediri pada tahun 2022 mencapai hampir 1,5 juta wisatwan. Dengan adanya dukungan infrastruktur bandara di Kabupaten Kediri, harapannya sektor pariwisata Kabupaten Kediri dapat berkembang.
Aspek Sosial
Pembangunan Bandara Dhoho diharapkan dapat menyerap
pasar tenaga kerja di Kabupaten Kediri dan daerah sekitar. Tingkat pengangguran
terbuka di Kabupaten Kediri relatif tinggi yaitu sekitar 5,15%, sehingga
persaingan untuk akses kesempatan kerja menjadi ketat (Pusat Studi Pedesaan dan
Kawasan UGM, 2023). Pengangguran terbuka pada Kabupaten Kediri didominasi oleh tenaga
kerja berpendidikan rendah, setingkat SMP dan SD (Dikiakhyar, 2022). Diperlukan
peningkatan kualitas sumber daya manusia secara komprehensif untuk menyerap
permintaaan pasar tenaga kerja dengan adanya Bandara Dhoho.
Terbukanya kesempatan usaha dan kesempatan kerja yang
memerlukan tingkat kompetensi dan pendidikan tinggi, sehingga memaksa
masyarakat untuk menempuh pendidikan lebih tinggi. Kesempatan ini harus dapat
dikapitalisasi oleh Pemerintah Daerah dengan adanya pemberian beasiswa (bekerja
sama dengan pihak swasta), pemberian insentif pada pendidikan vokasi, serta
pelatihan intensif pada Balai Pelatihan memperhatikan kebutuhan pasar. Dengan
adanya demand dari masyarakat terhadap pendidikan tinggi yang diakomodasi
dengan kebijakan pemerintah daerah yang tepat, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas SDM Kabupaten Kediri untuk memanfaatkan peluang kesempatan kerja yang
dihasilkan dari pembangunan Bandara Dhoho.
Pembebasan lahan dan relokasi masyarakat terdampak
pembangunan bandara turut menghadirkan perubahan sosial. Pembebasan lahan untuk
bandara seluas 376 hektar dilakukan sejak tahun 2017 dan sempat mendapatkan
penolakan dari masyarakat terdampak akibat perbedaan kompensasi harga tanah
(Muchson & Kumar, 2023). Pembebasan lahan turut mengakibatkan hilangnya mata
pencaharian masyarakat sekitar terutama petani (Nanang Ramadhan et al., 2024).
PT. Surya Dhoho Investama, selaku badan usaha, turut
menyiapkan lahan sebagai tempat relokasi masyarakat terdampak di daerah Tanjung
Baru, namun tidak seluruh masyarakat terdampak berkenan untuk menetap di
Tanjang Baru, lokasi mereka tersebar di daerah Kediri yaitu Desa Cerme dan Desa
Kalipang (Muchson & Kumar, 2023). Dari aspek budaya, kedatangan pekerja
asing dan arus modernitas, mengakibatkan nilai budaya lokal (sederhana dan
tradisional) mulai bergeser. Pembangunan Bandara Dhoho mengakibatkan adanya
perubahan persepsi masyarakat sekitar terdapat aspek pendidikan, sosial, dan
budaya.
Aspek Lingkungan
Bandara Dhoho dibangun di lahan yang tercakup dalam 3
kecamatan yaitu Kecamatan Banyakan, Kecamatan Grogol, dan Kecamatan Tarokan. Lebih
dari 90% merupakan lahan pertanian serta perkebunan, dan sisanya merupakan
lahan permukiman, jaringan jalan dan lahan terbuka (Prasetya & Wibowo,
2024). Pengalihan lahan pertanian ke pembangunan infrastruktur, mengakibatkan
penurunan luas lahan pertanian yang siginifikan. Kabupaten Kediri mengalami
penyusutan luas lahan pertanian dengan rata-rata luas yang berkurang sebesar
130.00 Ha pada tahun 2020 dan 2021. Hal ini berpotensi mempengaruhi ancaman
ketahanan pangan nasional (Kardiono et al., 2023).
Pembangunan fasilitas penunjang bandara meliputi
pembangunan akses jalan tol di daerah Grogol. Pembangunan infrastruktur di
wilayah ini memiliki tantangan tersendiri karena daerah ini merupakan daerah
rawan longsor dengan kontur tanah yang berbukit (Khalid et al., 2023). Adapun,
dampak lingkungan lainnya meliputi polusi udara dan polusi suara akibat dari
pembangunan dan kegiatan operasi Bandara Dhoho. Hal ini harus dapat dimitigasi
dengan baik,memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan program pemerintah dalam
menurunkan emisi karbon.
Pembangunan Bandara Dhoho merupakan salah satu proyek
strategis nasional yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun
2020, tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, dimana dalam
pembangunan Bandara Dhoho peran swasta sangat signifikan. Bandara Dhoho Kediri
merupakan proyek KPBU pertama dengan pendanaan dan pengoperasian sepenuhnya
dijalankan oleh Badan Usaha. Kedepannya diharapkan akan lebih banyak proyek
infrastruktur dengan keterlibatan penuh pihak swasta. Peran pihak swasta tetap
diawasi oleh pemerintah dengan penyusunan kajian yang tidak hanya
mempertimbangkan aspek ekonomi/finansial, tetapi juga turut mempertimbangkan
keberlanjutan lingkungan.
Pembangunan infrastruktur dengan skema pembiayaan
kreatif, yang tidak bergantung pada APBN, diharapkan dapat menunjang sektor perekonomian
basis di Kabupaten Kediri, dan memberikan dampak spill-over pada sektor
non-basis lainnya sehingga perekonomian Kabupaten Kediri dapat berkembang
dengan pesat serta dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat setempat yang
inklusif .
Ditulis: Dian Pitriyani (BPS Provinsi Bali) dan Ari Erawan (KPKNL
Denpasar)
Referensi
Angkasa Pura Airports. (2024, April 5). RESMI! BANDARA
DHOHO KEDIRI LAYANI PENERBANGAN KOMERSIAL REGULER.
Dikiakhyar. (2022, January 26). Penyusunan Perencanaan
Tenaga Kerja Makro Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kediri Tahun 2021-2026.
Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Kediri. (2024, April
6). Bandara Dhoho Kediri Resmi Beroperasi, Sekda Kota Kediri Hadiri
Inaugural Flight.
F. Azzahra, A. P. S. (2023, November 27). Pemkab Kediri
Perluas Akses Menuju Bandara Melalui Pembangunan Jalan Simpang empat Banyakan .
Ghozali, R. Z., Talkah, A., & Askafi, E. (2021).
Pengembangan Sektor Pariwisata Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah (Studi Kasus Pada Sektor Pariwisata Kabupaten Kediri). Magister
Agribisnis, 21.
Harianto, K. (2021). Analisis Potensi Ekonomi Dalam
Menetapkan Rencana Pembangunan Kabupaten Kediri Ditengah Pandemi Covid-19. JAE
(JURNAL AKUNTANSI DAN EKONOMI), 6(3), 49–63.
https://doi.org/10.29407/jae.v6i3.16553
Hidayah, A. C., & Sumanto, A. (2022). Analisis potensi
subsektor unggulan di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Keuangan, 4(11).
https://journal.ikopin.ac.id/index.php/fairvalue
Kantor Bersama KPBU. (2024). Kantor Bersama KPBU Republik
Indonesia:Weekly Newsletter Edisi 217 Tahun 2024.
https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1100-1678/umum/newsletter-kantor-bersama-kpbu
Kantor Bersama KPBU Republik Indonesia. (2022). Kantor
Bersama KPBU Republik Indonesia: Weekly Newsletter Edisi 141 Tahun 2022.
Kardiono, A., Susantinah Wisnujati, N., & Siswati, E.
(2023). Persepsi Petani Melaksanakan Alih Fungsi Lahan Pertanian (Studi Kasus
Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur). Jurnal Ilmiah Sosio
Agribis (JISA), 23(1), 23–34.
Khalid, N., Derahman, A., Razali, R., & Kamaluddin, N.
A. (2023). The Construction of a Gravity Retaining Wall to Prevent Landslides
on the Grogol Kediri Highway. UKaRsT, 7(1), 119–134.
https://doi.org/10.30737/ukarst.v7i1.4554
Muchson, M., & Kumar, V. (2023). Social Changes in the
Development of Dhoho Kediri Airport from a Media Perspective. The Journal of
Society and Media, 7(1), 89–113.
https://doi.org/10.26740/jsm.v7n1.p89-113
Nanang Ramadhan, M., Rista, D., Umbu Saga Bodu, K., Dominic,
R., & Dwi Pristiani Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas
Nusantara PGRI Kediri, Y. (2024). Seminar Nasional Dampak Sosial dan Ekonomi
Masyarakat Desa Grogol Akibat Pembangunan Bandara Kediri sebagai Pembelajaran
Sosial. Seminar Nasional Sains, Kesehatan, Dan Pembelajaran 3, 3.
Prasetya, F. A., & Wibowo, A. (2024). ANALISIS
SPASIAL-TEMPORAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT PEMBANGUNAN BANDARA
INTERNASIONAL DHOHO KEDIRI BERBASIS DATA GOOGLE EARTH. Geodika: Jurnal
Kajian Ilmu Dan Pendidikan Geografi, 8(1).
https://doi.org/10.29408/geodika.v8i1.25731
Pusat Studi Pedesaan dan Kawasan UGM. (2023, January 13). Kegiatan
Kajian Kebutuhan Tenaga Kerja dalam Optimalisasi Keberadaan Bandara di
Kabupaten Kediri.
Widodo, S., Artha Prissando, F., & Publik,
A. (2022). ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN SOSIAL DAN EKONOMI MASYARAKAT AKIBAT
PEMBANGUNAN BANDARA INTERNASIONAL DHOHO KEDIRI (STUDI DI DESA TIRON KABUPATEN
KEDIRI). In Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara (Vol. 6,
Issue 2).
Disclaimer |
---|
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja. |