Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Denpasar > Artikel
Siwaratri, Malam Perenungan Dosa untuk Introspeksi Diri
Septsonno
Selasa, 31 Januari 2023   |   11018 kali

Setiap hari raya keagamaan di semua agama pasti mengandung arti/filosofi tersendiri. Salah satu hari raya umat Hindu Bali yaitu Shivaratri (baca : Siwaratri) adalah hari suci yang dirayakan setahun sekali selama Tilem atau bulan mati ketujuh sesuai kalender Hindu Bali dengan melaksanakan pemujaan terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Siwa.

Kata Siwaratri sendiri berasal dari kata “Siwa” dan “Ratri”. Di mana Siwa berarti dewa atau dalam bahasa sansekerta berarti jenis, penuh harapan dan pemaaf, dan Ratri malam atau kegelapan. Jadi kalau dirangkai menjadi kata 'Siwaratri' yang berarti puncak malam.

Makna Siwaratri sendiri tidak lepas dari cerita Lubdaka yang ditulis oleh Mpu Tanakung, yaitu merupakan momen atau malam yang baik untuk introspeksi diri merenungkan segala dosa untuk masa depan yang lebih baik. Pada malam renungan seyogyanya dilakukan evaluasi diri atau introspeksi terhadap perbuatan di masa lalu dan permohonan dibebaskan dari dosa.

Sehari sebelum malam Siwaratri, dilakukan ritual/brata yang mana umat Hindu tidak tidur dan diharuskan melakukan beberapa fungsi keagamaan. Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan yaitu :

1.   Mona Brata adalah menahan diri dalam kata-kata atau diam dan tidak berbicara. Ini untuk membiasakan berbicara dengan kendali penuh, sehingga kata-kata yang tidak perlu tidak muncul. Ritual ini berlangsung selama 12 jam dari pagi hingga malam, tepatnya pukul 06.00 hingga 18.00.

2.   Upawasa dilakukan selama 24 jam yaitu mengatur makan dan minum, bermakna mengatur diri sendiri dari keterikatan duniawi (warigya).

3.  Jagra berarti kesadaran yang diwujudkan dengan mengendalikan tidur atau terjaga. Makna jagra adalah agar panca indera dibuka sepenuhnya dan diisi dengan ajaran suci untuk tetap mawas diri. Ritual ini berlangsung selama 36 jam.

 

Masih banyak pemahaman masyarakat yang salah mengartikan siwaratri sebagai malam tobat atau penghapusan dosa, padahal salah karena bertentangan dengan ajaran agama Hindu yang meyakini hukum Karma Phala. Jadi tidak ada penghapusan dosa, karena apa yang kita tabur, itulah yang kita tuai. Lebih tepat memaknai malam Siwaratri sebagai waktu merenungi dosa-dosa, yang seyogyanya dilakukan setiap hari sebagai pengingat untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik.

 

 (Muhamad Fur’qon//Ida Ayu Trisna Pariastini)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini