Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Denpasar > Artikel
Mengenal Upacara Setelah Ngaben
I Dewa Ayu Oka Maya Saputri Artini
Kamis, 21 April 2022   |   19426 kali

Mamukur adalah rangkaian acara setelah Ngaben yang dilakukan oleh Umat Hindu di Bali. Ada beberapa istilah yang mempunyai arti sama dengan mamukur yaitu:  ngarorasin . Upacara mamukur / ngarorasin adalah upacara 12 hari setelah ngaben. Tujuannya adalah mengingatkan lagi kesucian roh orang yang telah diaben.

Upacara memukur merupakan suatu keharusan bagi umat Hindu untuk dilaksanakan, guna roh seseorang itu mencapai kesucian sampai tingkat roh suci  agar dapat reinkarnasi kembali kedunia sesuai dengan karmanya. Di dalam mamukur, ada beberapa rangkaian yang harus dilaksanakan antara lain yaitu:

Purwa daksina . Saat dilaksanakannya purwa daksina, umat Hindu selain melakukan berbagai persembahyangan juga melakukan jalan beriringan sebanyak 3 kali mengelilingi upakara banten mamukur. Pakaian yang digunakan harus putih kuning dan menjunjung puspalingga ( simbul roh yang telah diaben).

 

Setelah selesai melaksanakan purwa daksina, keesokan paginya dilanjutkan dengan prosesi Ngeseng Puṣpalingga, yakni membakar puṣpaśarīra (wujud roh) di atas dulang dari tanah liat atau dulang perak dengan api pembakaran yang diberikan oleh pandita pemimpin upacāra. Upacara ini sangat baik dilakukan pada dini hari, saat dunia dan segala isinya dalam suasana hening guna mengkondisikan pelepasan roh dari keduniawian.

Selesai upacāra Ngeseng puspalingga  maka arang/abu dari puṣpaśarīra dimasukkan ke dalam degan (kelungah) kelapa gading, dibungkus kain putih dan dihias dengan bunga harum. Dan dilakukan upacara Nganyut Sekah ke Segara. Upacāra ini merupakan tahap terakhir dari upacāra Mamukur, Puspalingga yang telah dihias kembali dijunjung di kepala dan di bawa ke pantai dengan berjalan beriring-iringan oleh sanak saudara. . Di pantai puspalingga yang  telah diupacarai oleh pandita di anyud / dibuang ke laut.

 

Upacara selanjutanya yaitu nyegara gunung (laut dan gunung), Nyegara Gunung adalah filosofi Bali bahwa antara laut (segara) dan gunung adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Oleh karena itu, setiap tindakan di gunung akan berdampak pada laut. Demikian pula sebaliknya.  Umat Hindu di Bali biasanya nyegara gunung dilakukan di Pura Goa Lawah Klungkung Tujuannya untuk memanggil kembali roh yang telah dianyud /dibuang ke laut untuk ditempatkan di Sanggah Kemulan (Pura yang berada di rumah masing-masing).

 

Gunung, daratan yang menjulang ke angkasa adalah sumber penghidupan semua makhluk. Sedangkan lautan mengelilingi daratan dan hampir memenuhi seluruh permukaan bumi. Vibrasi dari dua tempat ini juga memancarkan aura keagungan dari Sang Pencipta,

 

Tahap terakhir adalah upacara Meajar-ajar. Meajar-ajar adalah upacara untuk mengiringi para roh suci dalam perjalanan tirtha yatra ke berbagai pura di Bali yang dilaksanakan setelah upacara nyegara agung. 

Tujuan upacara meajar-ajar ini untuk mengajak sang roh suci ke berbagai pura stana para Dewa  agar mendapat restu serta dikenal sebagai roh  yang sudah disucikan.

Setelah meajar-ajar, maka selesailah seluruh rangkaian upacara ngaben yang dilaksanakan.

 

(humas HI/foto maya)

 

 

 

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini