Mamukur
adalah rangkaian acara setelah Ngaben yang dilakukan oleh Umat Hindu di Bali.
Ada beberapa istilah yang mempunyai arti sama dengan mamukur yaitu: ngarorasin . Upacara mamukur / ngarorasin
adalah upacara 12 hari setelah ngaben. Tujuannya adalah mengingatkan lagi
kesucian roh orang yang telah diaben.
Upacara
memukur merupakan suatu keharusan bagi umat Hindu untuk dilaksanakan, guna roh
seseorang itu mencapai kesucian sampai tingkat roh suci agar dapat
reinkarnasi kembali kedunia sesuai dengan karmanya. Di dalam
mamukur, ada beberapa rangkaian yang harus dilaksanakan antara lain yaitu:
Purwa daksina . Saat
dilaksanakannya purwa daksina, umat Hindu selain melakukan berbagai persembahyangan
juga melakukan jalan beriringan sebanyak 3 kali mengelilingi upakara banten
mamukur. Pakaian yang digunakan harus putih kuning dan menjunjung puspalingga (
simbul roh yang telah diaben).
Setelah selesai melaksanakan purwa daksina, keesokan paginya dilanjutkan dengan prosesi Ngeseng
Puṣpalingga, yakni membakar puṣpaśarīra (wujud roh) di atas dulang dari tanah
liat atau dulang perak dengan api pembakaran yang diberikan oleh pandita
pemimpin upacāra. Upacara ini sangat baik dilakukan pada dini hari, saat dunia
dan segala isinya dalam suasana hening guna mengkondisikan pelepasan roh dari
keduniawian.
Selesai upacāra Ngeseng puspalingga maka arang/abu dari puṣpaśarīra dimasukkan ke
dalam degan (kelungah) kelapa gading, dibungkus kain putih dan dihias dengan
bunga harum. Dan dilakukan upacara Nganyut Sekah ke Segara. Upacāra ini
merupakan tahap terakhir dari upacāra Mamukur, Puspalingga
yang telah dihias kembali dijunjung di kepala dan di bawa ke pantai dengan
berjalan beriring-iringan oleh sanak saudara. . Di pantai puspalingga yang telah diupacarai oleh pandita di anyud / dibuang
ke laut.
Upacara selanjutanya yaitu
nyegara gunung (laut dan gunung), Nyegara
Gunung adalah filosofi Bali bahwa antara laut (segara)
dan gunung adalah satu kesatuan tak terpisahkan. Oleh karena itu,
setiap tindakan di gunung akan berdampak pada laut. Demikian pula
sebaliknya. Umat Hindu di Bali biasanya nyegara gunung
dilakukan di Pura Goa Lawah Klungkung Tujuannya untuk memanggil kembali roh yang
telah dianyud /dibuang ke laut untuk ditempatkan di Sanggah Kemulan (Pura yang
berada di rumah masing-masing).
Gunung,
daratan yang menjulang ke angkasa adalah sumber penghidupan semua makhluk.
Sedangkan lautan mengelilingi daratan dan hampir memenuhi seluruh permukaan
bumi. Vibrasi dari dua tempat ini juga memancarkan aura keagungan dari Sang
Pencipta,
Tahap terakhir adalah upacara
Meajar-ajar. Meajar-ajar adalah upacara
untuk mengiringi para roh suci dalam perjalanan tirtha yatra ke berbagai pura di Bali yang dilaksanakan setelah
upacara nyegara agung.
Tujuan upacara meajar-ajar ini untuk mengajak sang roh suci ke berbagai
pura stana para Dewa agar mendapat
restu serta dikenal sebagai roh yang
sudah disucikan.
Setelah meajar-ajar, maka selesailah seluruh
rangkaian upacara ngaben yang dilaksanakan.
(humas HI/foto maya)