Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Denpasar > Artikel
Rangkaian Upacara Menjelang Nyepi
I Dewa Ayu Oka Maya Saputri Artini
Selasa, 08 Maret 2022   |   17918 kali

Bulan Maret ini, umat Hindu di Bali merayakan Nyepi yang merupakan Tahun Baru Saka  yang dimulai sejak tahun 78 Masehi . Nyepi jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa. Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Sebelum merayakan Nyepi Umat Hindu menjalani beberapa rangkaian upacara antara lain yaitu Melasti, Tawur Agung Kesanga dan Pengerupukan .

Pada umumnya  upacara Melasti dilaksanakan  dua hingga tiga hari menjelang Nyepi. Melasti sendiri memiliki makna membersihkan Bhuana Alit (kekuatan dalam diri manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta) yang dilaksanakan di segara (laut) . Biasanya dalam pelaksanaan Melasti, Pralingga-pralingga  yang berupa Rangda, Barong, Arca, dan Pretima turut pula dibawa dan diarak mengelilingi desa menuju ke pantai terdekat. Umat Hindu yang mengikuti upacara Melasti umumnya mengenakan pakaian putih.  Melasti dilakukan di setiap desa, sehingga menjelang Nyepi kita akan sering melihatnya di sepanjang jalan. Di Bali Melasti disebut juga melis atau mekiyis  

Sehari sebelum Nyepi dilaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga yang bertempat di lapangan Puputan Badung Denpasar. Tawur Agung Kesanga memiliki makna membersihkan Jagad Bhuana Alit dan Bhuana Agung berdasarkan pada konsep Tri Hita Karana atau menyelaraskan hubungan tiga elemen penting yakni manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Tawur Agung Kesanga adalah upacara Bhuta Yadnya yang dilakukan untuk kesejahteraan dan keselarasan alam. Yadnya ini dilaksanakan  untuk kesejahteraan alam. Keseimbangan dan keselarasan alam menjadi fokus utama selama hidup di dunia. Di rumah masing-masing juga di lakukan upacara mecaru yang memiliki makna yang sama dengan Tawur Agung Kesanga, namun upacaranya dalam skala kecil . 

Pada malam harinya dilaksanakan upacara pengerupukan yang mana merupakan tradisi yang masih bertahan di Bali. Pada saat pengerupukan akan ada banyak ogoh-ogoh yang turun ke jalan. Ogoh-ogoh adalah karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Kala., Bhuta Kala merepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan. Ogoh-ogoh melambangkan elemen buruk yang harus dihancurkan dan membawa kembali unsur yang baik untuk lingkungan. Bentuk dan sosok ogoh-ogoh biasanya berukuran besar dan berbentuk menakutkan untuk menggambarkan sifat buruk yang ada di dunia.  Ogoh-ogoh di arak  keliling desa dengan membawa obor dan diiringi gamelan bleganjur. Belakangan ini ogoh-ogoh mengalami transformasi menyesuaikan jaman yaitu mulai memakai mesin sehingga badan ogoh-ogoh bisa digerakkan . 

Keesok harinya Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa, semua kegiatan ditiadakan.  Pada hari Raya Nyepi  umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Proses Nyepi dimulai pukul 6 pagi hingga 24 jam kemudian.  Nyepi juga memberikan dampak positif pada lingkungan. Selama Nyepi di Bali tercatat dapat menghemat listrik hingga 60% di banding hari biasa.  (humas HI/foto maya) 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini