Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Denpasar > Artikel
Kain Endek : Potensi Bangkitnya Ekonomi Bali di Tengah Pandemi
Heni Kholifatul Ulum
Kamis, 16 Desember 2021   |   11289 kali

Selain terkenal sebagai destinasi wisata, Bali juga kaya akan kerajinan tangan mulai dari ornamen, pernak-pernik, aksesoris, hingga fashion. Salah satu kerajinan tangan yang telah melambung namanya baik di Indonesia maupun mancanegara adalah kain tenun Endek Bali. Nama “Endek” diambil dari kata gendekan atau ngendek yang maknanya diam atau tetap, tidak berubah warnanya. Endek telah dikenal sejak abad ke-16 dan terus berkembang hingga saat ini. Pada prinsipnya kain endek digunakan sebagai pakaian, simbol persaudaraan, dan juga cindera mata. Dalam kehidupan sehari-hari kain endek memiliki berbagai fungsi. Kain endek digunakan sebagai pakaian sakral dalam kegiatan upacara besar dan sembahyang di pura. Selain itu endek juga digunakan untuk seragam sekolah dan kantor. Zaman semakin modern, kain endek pun mengikuti dinamikanya. Banyak inovasi yang dikembangkan antara lain tas, kipas, pernak-pernik dekorasi, dan masker.

Motif yang dipakai untuk membuat kain endek beragam, antara lain motif geometris, flora, fauna, figuratif, dan dekoratif. Motif geometris merupakan motif tertua yang digunakan sebagai symbol keyakinan masyarakat Bali. Motif geometris dilambangkan dengan garis lurus, garis putus, garis lengkung, dan berbagai bidang geometri. Motif flora mengadaptasi bentuk tumbuhan dan tampilannya cenderung rapat dan harmonis. Sementara motif fauna mengadaptasi bentuk hewan baik darat, laut, maupun udara. Motif figuratif biasanya mengadaptasi tokoh manusia atau pewayangan yang digambarkan lebih sederhana baik secara utuh maupun sebagian. Gabungan dari motif-motif yang telah ada sebelumnya dan disesuaikan dengan keyakinan masyarakat dinamakan motif dekoratif.

Kain endek tergolong karya seni yang membutuhkan waktu cukup lama dalam pembuatannya. Hal tersebut dikarenakan tahapan-tahapnnya yang cukup rumit dan sepenuhnya menggunakan tangan manusia (handmade). Secara ringkas pembuatan kain endek diawali dengan pemintalan benang kemudian membentuk motif dan pattern yang diinginkan dengan cara mengikat benang menggunakan tali rafia. Selanjutnya benang-benang tersebut dicelupkan ke dalam zat pewarna, proses pencelupan dapat dilakukan berkali-kali sesuai dengan banyaknya warna yang akan diaplikasikan dalam motif . Benang kemudian diangkat, dikeringkan, dan dipisahkan sesuai pola untuk selanjutnya ditenun menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Karena proses panjang tersebut maka tidak heran untuk satu lembar kain endek dibutuhkan waktu hingga satu bulan.

Memiliki keindahan dan daya tarik yang besar, tidak menutup kemungkinan kain endek akan digunakan dan diakui sebagai karya seni negara lain. Maka sebagai bentuk perlindungan terhadap kekayaan budaya dan apresiasi terhadap pengrajin kain endek, pada Februari 2021 Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM telah menerbitkan surat pencatatan kekayaan intelektual komunal (KIK) kepada Gubernur Bali. Legalitas hukum atas kain endek akan mendatangkan berbagai manfaat diantaranya melindungi budaya Indonesia khususnya budaya lokal Bali, meningkatkan perekonomian melalui komersialisasi kekayaan intelektual, dan menambah daya tarik wisatawan asing.

Tidak dipungkiri bahwa kain endek memiliki “taksu” yang memikat daya tarik pasar internasional. Beberapa negara tujuan ekspor kain endek antara lain Amerika Serikat, Korea Selatan, Arab Saudi, Belanda dan negara Eropa lainnya. Bahkan rumah mode Christian Dior menggunakan endek dalam pameran busananya pada September 2020 lalu. Dampaknya tentu kain endek akan dikenal lebih luas dan mengangkat nama Bali di kancah internasional dan membuka gerbang baru bagi kain endek menambah pangsa pasar dengan ragam motif dan kreasi yang baru. Hal ini menjadi motivasi dan peluang bagi UMKM dan para pengrajin kain endek terlebih selama pandemi mayoritas sektor pariwisata mengalami “kelumpuhan” yang juga berdampak pada penurunan omset secara drastis pelaku UMKM.

Bangkitnya perekonomian Bali tidak bisa lepas dari peran pemerintah termasuk Ditjen Kekayaan Negara Kemenkeu, diantaranya yaitu melalui lelang produk UMKM komoditas kain endek Bali. Daerah yang terkenal sebagai pusat kain endek diantaranya adalah Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung yang merupakan cakupan wilayah kerja KPKNL Denpasar. Sebagai kantor pelayanan yang salah satu tusinya memberikan pelayanan lelang, KPKNL Denpasar turut serta memasarkan endek bali secara luas melalui lelang sukarela UMKM secara virtual dengan lelang.go.id. Momentum lelang ini juga dimanfaatkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat sekaligus ajang pameran seni. Hal ini selaras dengan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada Apresiasi Pengelolaan Kekayaan Negara (15/11) bahwa dalam situasi covid dimana pertemuan secara fisik sangat dibatasi, tidak berari kegiatan ekonomi berhenti. Maka lelang.go.id yang memberikan fasilitas bagi UMKM menjadi salah satu solusi. (Penulis : Humas KPKNL Denpasar) 
Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini